08

56 11 2
                                    

Waktu menunjukkan pukul 3 sore dan bel sekolah sudah berbunyi tanda bahwa waktu sekolah sudah selesai.

Murid sekolah berbondong-bodong untuk mengemas barang mereka dengan cepat pulang ketujuan mereka masing - masing. 

Sean pun juga melakukan yang sama.

Ia sedang mengemas buku pelajaran kimianya karena kebetulan itu pelajaran terakhir setelah jam pulang sekolah. Setelah selesai, ia langsung pergi ke parkiran motor sekolah seperti biasa.

Koridor sekolah dipenuhi oleh murid - murid yang belum pulang karena masih ada yang harus mereka selesaikan atau ada beberapa diantara mereka yang masih ingin di sekolah karena malas pulang.

Sean berfikir untuk pergi ke cafe keluarga Haryasa untuk pergi membeli caramel macchiato lagi.

Tapi kita semua tahu alasan utama ia pergi ke cafe itu.

Lagipula ia pergi ke cafe keluarga Haryasa itu untuk menepati janjinya bersama Naya kemarin.



Sesampainya ia di depan cafe, tiba - tiba Sean merasakan getaran dari kantung celana sekolahnya. Ia menerima sebuah telepon.

Kebetulan sekali ia baru sampai depan parkiran cafe, saat melihat handphone-nya ternyata mamanya yang menelepon Sean.

Sean pun segera mengangkat telepon tersebut.

"Halo kenapa ma?"

"Sean nak, kamu masih di sekolah?"

"Udah enggak sih ma, kenapa?"

"Pulang sekarang ya nak, siap - siap pakai baju yang rapi dan sopan terus kamu pergi ke restoran Pasola ya soalnya mau ada dinner sama teman lama papa."

"Oh oke ma, Sean pulang sekarang."

Telepon di diputuskan oleh mama Sean. Setelah itu ia menaruh kembali ponselnya ke dalam kantung celananya seperti sebelumnya dan menatap ke arah pintu masuk cafe HY. Sean yang tadinya akan minum caramel macchiato bersama dengan Naya jadi batal karena acara keluarga dadakannya itu.

Karena Sean tidak mau membuat orang tua mereka menunggu, tanpa memberitahu Naya jika ia tidak bisa datang hari ini, segera menyalakan mesin vespanya dan pulang kerumah.


<<----------------------------->>


Sean sedang berada di depan cermin. Memperhatikan dirinya sendiri yang sudah memakai pakaian rapi.

Orang tuanya menyuruh anak pria semata wayang mereka untuk menggunakan baju yang lebih sopan dan rapi karena tamu yang akan datang adalah teman lama papanya. Sean menggunakan kemeja putih lengan panjang dengan vest berwarna coklat yang dipadukan dengan celana jeans dan sepatu kets putih. Tanpa berlama - lama lagi, Sean langsung berangkat ke tempat tujuan.

Tak terasa Sean pun sampai, tempatnya cukup mewah dan berkelas tapi tidak terlalu formal.

Ia pun mengangkat kedua tungkainya dan mendorong pintu kaca restoran untuk masuk ke dalamnya. Saat masuk Sean pun langsung didatangi oleh pelayan restoran.

"Permisi, pesan untuk berapa orang?"

Sebelum Sean berangkat dari rumah, orang tuanya sudah memberi tahu jika sudah sampai restoran ia hanya perlu berkata kepada pelayan atas nama teman papanya.

"Saya bersama Pak James Argawijaya."

"Atas nama Pak James Argawijaya, meja no. 10 ya kak mari saya antar." jawab pelayan yang mulai berjalan untuk menunjukkan meja ke arah Pak James untuk Sean.

Setelah sampai di meja no. 10, di sana sudah ada kedua orang tuanya dan satu keluarga dengan ayah, ibu dan satu anak perempuan.

Saat sudah mendekati meja tersebut, pria tua yang memiliki wajah mirip dengan Sean pun melambaikan tangannya menandakan untuk Sean menghampiri mereka dan duduk.

"Akhirnya nak Sean datang juga, selamat datang ayo duduk." sambut seorang bapak - bapak dengan kisaran umur pertengahan 40 yang tidak disalahkan lagi merupakan Pak James.

Sean pun refleks membungkuk sedikit dengan senyum terukir di wajahnya untuk menghormati teman papanya. Saat Sean hendak duduk, ia berhadapan dengan anak perempuan dari teman papanya ini dan saat ia melihat perempuan itu ia sedikit terkejut karena orang tersebut adalah

"Loh?"

"Eh?"

blue & grey | sunooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang