12

47 12 5
                                    

Sean mulai sering bertemu dengan Naya, hubungan mereka pun juga semakin dekat. Naya sekarang sudah mulai terbiasa dengan kehadiran lelaki yang sudah ia kenal selama hampir sebulan itu yang selalu menemani harinya.

Sudah menjadi keseharian Sean untuk pergi berkunjung ke cafe keluarga Naya sepulang sekolah untuk bertemu dengan si gadis pemilik cafe. Tentu saja ia tidak minum caramel macchiato setiap hari karena itu tidak bagus untuk kesehatannya. Hanya dengan sekedar datang dan berbincang dengan Naya tentang kesehariannya di sekolah dan lain - lain.

Sean senang sekali berbagi cerita dengan Naya karena gadis tersebut akan selalu mendengarnya. Begitu juga dengan Naya. Seiring berjalannya waktu, ia semakin nyaman dengan kehadiran lelaki tersebut dan juga selalu membagi ceritanya kepada si lelaki. Walau menurut sang gadis kesehariannya tidak semenarik Sean, pria itu tetap dengan antusias mendengarkan ceritanya dengan tatapan yang cerah.

<<------------------------------>>

Sean hendak pergi menuju parkiran sekolah dimana ia memarkir motor vespanya, tiba - tiba kakinya berhenti bergerak karena ada seseorang yang memanggil namanya. Pria jangkung itu pun menoleh ke sumber suara dibelakangnya dan ia melihat Alita sedang berjalan kearahnya.

"Kenapa Lit?" tanya Sean.

"Em.. mumpung pulang sekolah aku bosan deh, kamu mau temenin aku jalan gak?" ajak si gadis sambil menggenggam kedua tali tas punggung yang berada di dekat kedua pundaknya.

Karena hari ini Sean berencana untuk mengajak Naya pergi keluar, Sean memutuskan untuk menolak ajakan Alita. Lagipula sudah hampir sebulan Sean setiap hari pergi ke cafe keluarga Naya. Gadis pemilik cafe itu juga sudah terbiasa menunggu kehadiran Sean, jadi ia tidak mau membuat Naya menunggunya.

"Maaf Lit, aku ada janji hehe. Lain kali aja ya?" jawab Sean dengan senyum canggung karena tidak enak menolak ajakan si gadis didepannya.

"Oh yauda gapapa kok, hati - hati ya Se."

Menjawab dengan senyum, Sean pun langsung menuju motornya yang diparkir dan pergi ke cafe HY.



Naya terduduk di kursi tempat biasa ia duduk sedang menunggu Sean datang. Ini sudah seperti rutinitas yang Naya lakukan selama hampir sebulan, biasanya ia akan menemani kakaknya di belakang meja kasir dibandingkan duduk di meja pengunjung.

Lonceng pintu masuk cafe pun berbunyi menandakan adanya pengunjung yang datang. Beberapa detik setelah lonceng tersebut berbunyi ia mencium wangi vanilla yang ia kenal, Sean berada di depannya. Walau Naya tidak bisa melihat, indera penciumannya cukup tajam.

"Nay, udah lama nunggu ya?" tanya pria yang masih menggunakan seragam sekolahnya itu sambil melepas tas punggung yang ia jinjing dan menaruhnya di kursi sebelahnya.

"Engga kok Yan, lagian juga aku emang selalu disini kan aku tinggal disini."

"Iya juga ya hehe, ngomong - ngomong kamu gak bosen di cafe terus? Gimana kalo aku ajak ke taman? Sekalian udaranya lagi gerah banget kita makan es krim?" ajak Sean.

Naya sangat jarang sekali bepergian keluar terutama ke taman, karena Ia tidak memiliki teman untuk menemaninya. Kakaknya Hesa selalu sibuk bekerja di cafe sepulang kuliah, ia tidak memiliki waktu untuk menemani adiknya kecuali saat malam.

Sekarang ia memiliki teman untuk menemaninya pergi ke taman, Naya sebenarnya mau tapi apa yang bisa dinikmatinya saat ia berada di taman? Ia tidak bisa melihat indahnya cuaca hari itu saat berada di taman. Tapi tidak ada salahnya kan? Lagipula Sean mengajaknya untuk makan es krim juga.

"Ayo ya Nay? Mau kan?" tanya Sean yang menunggu jawaban dari Naya.

"Hm, yauda ayo."

Sean pun langsung refleks tersenyum dengan lebar mendengar jawaban dari Naya. Si pria pun langsung membantu Naya berjalan ke pintu keluar cafe menuju motor vespa Sean.

"Kita naik motor ya Nay, gapapa kan?" tanya Sean sambil mengenakan helm yang semula ia gantung di stang motornya.

"Gapapa, asal bawanya jangan kenceng - kenceng."

"Tenang aja, aku bawanya pelan kok."

Sean membantu memasangkan helm untuk Naya yang tersimpan di jok motor dan membantu si gadis naik ke atas motornya.

"Pegangan ya Nay, nanti kamu terbang." kata Sean sambil tertawa kecil.

"Apaan sih Yan haha, iya aku pegangan."

Tiba - tiba Sean merasakan sesuatu berada di pinggangnya, ternyata itu merupakan tangan Naya yang berpegangan di saku jaket Sean. Sean yang melihat itu sempat kaget, ia tidak menyangka Naya akan berpegangan pada pinggangnya. Tapi disaat yang bersamaan ia juga tersenyum melihatnya.

Sesampainya mereka di tujuan, Sean langsung memesan es krim untuk mereka berdua. Satu mint choco dan satu lagi rasa cotton candy. Setelah membeli es krim mereka pun langsung berjalan ke arah taman.

Taman yang mereka kunjungi tidak terlalu ramai, jadi tidak berisik dan lebih nyaman. Cuaca hari itu memang cukup panas, tapi pohon rindang yang menjulang tinggi membantu memblokir sinar matahari yang terik.

"Kamu pesen rasa apa Yan?" tanya Naya sambil menyendokkan es krim rasa cotton candy ke mulutnya.

"Mint choco, enak loh! Mau coba?"

"Kok suka mint choco sih? Rasanya kan kayak odol dicampur sama cokelat tau."

"Mana ada? Jelas - jelas mint choco tuh rasa es krim paling enak di dunia."

"Aneh deh kamu Yan haha."

Naya memang sudah mulai bisa membuka percakapan saat bersama Sean. Ia juga suka bercanda tawa bersama Sean, walau biasanya si pria yang memulainya. Naya mulai nyaman dan terbiasa dengan keberadaan Sean disampingnya.

"Nay tau gak?" tiba - tiba Sean membuka suara.

"Apa?"

"Di depan kita sekarang itu danau, cuacanya juga bagus banget cahaya mataharinya mantul di danaunya gitu cantik banget."

Naya tersenyum sendu sambil membayangkan apa yang Sean katakan tadi di pikirannya. Membayangkan seperti apa danau tersebut sekarang dibenaknya. Andai saja Naya bisa melihat betapa indahnya pemandangan yang ada di depannya itu dengan matanya sendiri.

Tidak mendengar jawaban dari Naya, Sean menoleh kearah Naya dan melihat sang gadis yang menatap lurus ke depan dengan wajah sendu. Melihat itu Sean langsung meletakkan tangannya ke atas kepala Naya dan mengelusnya pelan.

"Suatu saat nanti kamu pasti bisa melihat lagi Nay, aku janji."

Perkataan itu sering Naya dengar dari kakaknya, tapi entah kenapa mendengarnya dari bibir Sean memberinya semangat.

"Makasih Yan."

"Aku kangen pergi ke taman pas kecil sama keluargaku pas aku masih bisa melihat, kadang kita sekeluarga suka piknik juga. Tapi ya sekarang keadaannya udah beda."

Sean mendengarkan cerita dari Naya sambil mengangguk walau tidak bisa dilihat Naya.

"Dulu juga aku punya temen kecil, dia selalu ajak aku ke taman bareng. Dia tetangga aku dan aku udah ngerasa deket banget sama dia. Sampai suatu saat dia harus tiba - tiba pergi ke luar negeri. Semenjak itu aku ngerasa sepi karena dia selalu ada disamping aku saat itu. Sekarang aku bersyukur Tuhan kasih aku orang yang mau nemenin aku lagi kayak dia, makasih ya Yan."

Naya benar - benar besyukur bisa mengenal Sean, walau mereka baru dekat tapi Naya senang bisa bertemu dengan lelaki itu.

Sean yang mendengar itu pun tersenyum karena senang bisa mengenal sosok Naya, gadis cantik pemilik cafe berambut pendek dengan senyum yang manis.

"Makasih juga Nay udah mau nerima aku jadi temen kamu."

blue & grey | sunooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang