22

14 3 0
                                    

"Baso sapinya Bu Atik gak pernah mengecewakan deh! Enak banget."

Wanita itu menyendokkan baso sapi yang ia beli untuk makan siang ke dalam mulutnya. Raut wajah gadis itu berubah menjadi senang dan cerah karena akhirnya perutnya yang sedari tadi meronta - ronta untuk diberi makan kini terisi penuh.

Ini sudah mangkuk kedua yang ia makan, memang sih baso sapi dari Bu Atik yang ada pada kantin sekolah itu memang juara. Banyak anak juga yang berbondong - bondong untuk membeli baso itu karena takut kehabisan.

Sean yang berada di depan Alita hanya memperhatikan wanita itu dengan senyum lembut yang terukir diwajahnya melihatnya makan dengan semangat.

"Laper ato doyan itu? Ampe nambah dua kali haha." goda Sean kepada di gadis yang daritadi masih sibuk dengan baso sapinya.

"Dua - duanya hehe. Kamu gak mau pesen lagi? Enak banget ini Se sumpah!" ujar si gadis dengan wajah cerahnya. Ini pertama kalinya Sean melihat seorang gadis yang sangat antusias hanya karena baso sapi.

Sean menganggap Alita itu lucu, ia lama - kelamaan nyaman berada di sisi Alita. Ia sudah menganggap gadis itu sebagai sahabat sekaligus adik perempuan yang ia tidak pernah punya karena ia terlahir menjadi anak bungsu.

"Pelan - pelan makannya, nanti kesedak." jawab Sean dengan senyum yang terukir di wajahnya.

"Kamu beneran gak mau nambah? Aku pesenin nih."

"Emangnya kamu mau nambah lagi?" tanya Sean dengan wajah sedikit terkejut.

"Engga sih udah cukup 2 mangkuk aja hehe, soalnya aku mau lanjut makan es krim."

"Astaga Lit, kamu daritadi gak berenti - berenti makannya."

"Aku tuh dari pagi gak makan Se, soalnya bangunnya kesiangan. Jadi laper banget." jawab Alita yang sekarang menyendoki baso terakhirnya kedalam mulutnya.

"Oh ya, kamu mau es krim gak? Aku beliin."

"Gak usah kamu aja." jawab Sean yang sekarang sedang bermain dengan ponselnya.

Setelah mengabiskan mangkuk bakso keduanya itu, ia membawa kedua mangkuk itu ke tempat peralatan makan kotor yang sudah disediakan dan pergi untuk membeli es krim.

Gadis itu pun kembali dengan 2 buah es krim, satu es krim stik magnum dan satu lagi es krim cup rasa mint choco. Ia membelinya untuk jaga - jaga karena biasanya Sean tidak akan mau jika ditanyakan, tapi jika sudah dibelikan ia akan tetap memakannya. Lagipula makan es krim bersama - sama menjadi jauh lebih nikmat bukan?

"Nih rasa mint choco buat kamu." ujar Alita sambil menyodorkan es krim cup yang sudah ia beli itu kedepan wajah si pria.

"Padahal tadi aku bilang gak usah tetep di beli." jawab Sean dengan wajah bingung, tapi setelah mengetahui rasa es krim yang dibeli oleh si gadis, wajah Sean berubah menjadi senang.

"Aku tau pasti kamu mau, makanya aku jaga - jaga beli. Kebetulan ada rasa mint choco, biasanya mereka gak pernah jual rasa itu." jawab Alita yang sekarang sedang menikmati es krim stik miliknya.

Keduanya pun saling menikmati es krim masing - masing dengan tenang. Untungnya waktu masuk kelas masih tersisa 20 menit lagi, jadi masih banyak waktu untuk mereka menikmati es krim milik mereka tanpa tergesa - gesa.

Sean pun kembali bermain dengan ponselnya, saat ia melihat tanggal pada hari itu ia teringat akan sesuatu. Naya sebentar lagi berulang tahun. Sean sempat menanyakan hari ulang tahun dari gadis pemilik cafe itu dan ternyata tidak lama lagi.

Pria itu memutuskan untuk membelikan Naya hadiah, tapi ia bingung hadiah apa yang cocok untuk gadis itu. Jujur ia tidak pernah membeli kado ulang tahun untuk wanita sebelumnya, ya tentu saja ia pernah membelikan kado untuk mamanya tapi itu berbeda.

Melihat teman gadis didepannya, pria itu memiliki ide cemerlang.

"Lit, Sabtu besok kamu ada acara gak?" tanya Sean dengan penuh harapan.

"Emm enggak sih, kenapa?"

"Aku mau ngajak pergi ke mall, temenin aku beli kado yuk."

"Ayo banget! Kado ulang tahun ya?"

"Iya, soalnya aku bingung mau kadoin apa. Siapa tau kamu tau gitu kado apa yang pas."

"Oke aku mau." jawab Alita dengan senyum lebar khas miliknya sambil menghabiskan es krim stik miliknya.

"Oke, nanti aku jemput ke rumah, Sabtu sore aja ya? Biar gak kepanasan kamunya."

Akhirnya teman gadisnya itu mengiyakan ajakannya untuk menemani membeli kado. Sean tidak perlu khawatir lagi mengenai kado yang akan ia berikan ke Naya.


Disisi lain, Alita senang teman pria sekaligus pria yang ia sukai itu yang mengajaknya duluan untuk jalan bersama karena biasanya si gadis yang selalu mengajak Sean jalan terus. Ya walau hanya untuk membeli kado saja tapi tetap saja sudah membuat perasaan hati si gadis berbunga - bunga. Tapi disaat yang bersamaan, Alita bingung. Ia berfikir - fikir siapa yang akan dibelikan kado oleh Sean? Pria atau wanita?

Tapi fikirnya jika Sean menanyakan kado yang pas untuk ulang tahun kepadanya, bisa dipastikan bahwa Sean akan membeli kado untuk wanita.

Apa jangan - jangan Sean membelikan kado untuk dirinya makanya pria itu mengajaknya membeli kado tersebut agar pria itu tahu secara langsung kado apa yang Alita mau. Tapi jika difikir - fikir lagi hal itu tidak mungkin juga jika pria itu membelikan kado untuk dirinya, karena ulang tahunnya masih lama. Bahkan Alita terkesan sangat percaya diri sekarang.

Kemungkinan kado tersebut akan diberikan kepada orang lain yang Alita tidak tahu siapa. Hal seperti ini yang selalu membuat Alita overthinking. Memikirkan bahwa Sean, pria yang ia sukai akan memberikan kado ulang tahun kepada gadis lain membuatnya sedih sekaligus marah.

Tapi untuk sekarang ia tidak mau mempedulikan hal tersebut dulu, yang penting untuk hari Sabtu mendatang ia akan berjalan - jalan dengan Sean.

blue & grey | sunooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang