13

37 11 0
                                    

Setelah hari dimana Reyhan bertemu kembali dengan Naya untuk pertama kalinya, Reyhan mulai sering berkunjung ke cafe keluarga Naya.

Karena Reyhan sekarang berkuliah tidak jauh dari tempat Naya tinggal, setiap ada waktu ia akan menyempatkan diri untuk mampir.

Saat Reyhan datang biasanya ia berbincang dengan Mahesa, karena Naya selalu diam saja dan menjawab seadanya. Naya masih sedikit kesal sekaligus merasa aneh berada di dekat teman kecilnya itu karena Reyhan meninggalkannya 10 tahun yang lalu tanpa berpamitan sama sekali dan tak memberikan alasan yang jelas juga mengapa ia pergi meninggalkan si gadis.

Reyhan dan Naya masih canggung satu sama lain.


Kamis siang, Reyhan baru saja menyelesaikan sesi kelas paginya. Ia memasukkan buku pelajarannya ke dalam tas dan berencana untuk mengunjungi cafe keluarga Naya untuk segelas kopi karena kebetulan ia hanya memiliki satu kelas hari ini.

Saat sampai cafe, seperti biasa ia menuju ke meja kasir untuk bertemu dengan Mahesa, kebetulan hari ini Mahesa tidak memiliki kelas yang harus ia hadiri maka dari itu dia berada di cafe.

Setelah Reyhan memesan segelas americano, ia berbalik untuk melihat kearah kursi familiar yang biasa diduduki oleh gadis pemilik cafe. Matanya mencari keseluruh sudut cafe, tapi tidak melihat ada Naya di cafe tersebut.

"Sa, Naya kemana?"

"Dia keluar nyari udara seger katanya, bentaran lagi juga balik." jawab Hesa yang sedang membuatkan minuman berkafein untuk sahabat lamanya itu. Mahesa dan Reyhan memang sangat dekat dulu, tapi Reyhan tetap memilih selalu menghabiskan waktunya bersama adik kecil sahabatnya itu.

Naya, gadis cilik yang cantik, periang dengan senyuman yang manis. Tapi sekarang, Naya sudah berbeda dari yang ia kenal dulu. Setiap Reyhan berkunjung ke cafe dan bertemu dengan si gadis, ia jarang sekali melihat gadis itu tersenyum. Padahal dahulu ia selalu tersenyum dengan manis dan cerah saat bertemu dengannya.

Reyhan pun duduk di meja pengunjung. Saat itu cafe cukup ramai karena sedang istirahat makan siang, jadi Hesa tidak bisa menemani Reyhan.

Reyhan berencana mengajak Naya ke suatu tempat untuk menghabiskan waktu bersama, karena sudah 10 tahun mereka tidak bertemu dan ia mau melepas rindu dengan teman kecil sekaligus cinta pertamanya itu. Mungkin ini juga bisa menghilangkan kecanggungan diantara mereka berdua.

Tak lama setelah Reyhan datang, lonceng pintu cafe berbunyi dan Naya pun masuk dengan anjing peliharaannya yang ia ajak pergi untuk menemaninya.

"Hai Nay." kata Reyhan sambil menarik pelan tangan Naya untuk duduk di kursi dimana ia duduk sebelumnya.

"Rey?"

"Iya Nay." Reyhan rindu nama panggilannya itu keluar dari bibir Naya. Jelas suara dari Naya sudah berubah menjadi lebih berat dibanding dulu saat sih berumur 7 tahun. Dari kecil Naya selalu memanggil Reyhan dengan sebutan 'Rey' karena lebih singkat dan lucu.

"Biasanya kamu dateng malem, tumben siang?" tanya Naya pelan.

"Iya hari ini cuma ada kelas pagi jadi bisa kesini."

Kalimat itu dijawab dengan anggukan kepala oleh Naya. Setelah itu hening, tidak ada yang mengeluarkan kata satu pun.

"Em, oh ya Nay sabtu kamu ada acara gak?"

"Kayaknya engga, kenapa?"

"Aku mau ngajak kamu jalan, udah lama juga kan terakhir kita jalan bareng. Aku mau kita jalan berdua lagi kayak dulu. Ke taman tempat kita biasa pergi mau?"

Awalnya Naya masih kesal dengan Reyhan dan tidak mau bertemu atau mendengar suaranya lagi, tapi berbohong jika Naya berkata ia tidak rindu pria tersebut. Tetangganya, sahabat kecilnya, sekaligus kakak baginya. Naya tidak bisa terus - terusan menyimpan amarah kepada Reyhan.

Mungkin saat pergi bersama nanti, Naya bisa menanyakan alasan Reyhan pergi meninggalkan Indonesia.

"Hm, boleh Rey.."

"Beneran Nay? Oke kalau begitu nanti aku bilang ke Hesa sabtu kita mau pergi, nanti pas hari h aku jemput ya."



Tak terasa jam menunjukkan pukul 15.30, Reyhan harus kembali karena ada hal yang harus lakukan.

Saat hendak membuka pintu cafe, Reyhan yang keluar sambil memegang handphone-nya itu tidak sengaja bertabrakan dengan seorang lelaki yang menggunakan seragam SMA dan jaket denim berwarna biru muda.

Saat dilihat, ternyata lelaki berseragam SMA itu adalah Sean yang akan masuk ke dalam cafe.

"Sorry gue gak sengaj- Sean?"

"Lo? Reyhan kan?"

Sean mengenal Reyhan karena ia anak teman ayahnya, Pak James. Tidak hanya itu, mereka juga pernah berada di tempat kursus yang sama jadi mereka dekat karena itu. Mereka selalu bermain bersama setelah pulang kursus dulu. 10 tahun yang lalu, tapi mereka masih saling mengingat satu sama lain.

"Iya, anjir dah lama banget." jawab Reyhan.

"Iya nih, apa kabar lo?" tanya pria yang lebih muda dari Reyhan setahun sambil mengangkat tangannya untuk mengajak teman lamanya itu untuk bersalaman.

"Baik kok, lo gimana? Udah kelas 12 kan?"

"Iya bentar lagi lulus, lo bukannya di Amerika?"

"Iya tapi gue mutusin untuk kuliah di Jakarta aja, bosen di Amerika."

"Idih lo gak berubah dari dulu haha."

"Lo juga sama aja sampe sekarang. Yauda kalo gitu gue ada urusan, gue duluan ya."

Setelah kedua teman lama itu bercakap, Reyhan harus pergi karena urusan yang harus ia lakukan. Bersalaman untuk terakhir kalinya sebelum berpisah, lalu Sean pun masuk ke dalam cafe untuk bertemu Naya.

blue & grey | sunooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang