09

51 11 2
                                    

Kedua mata sang pria masih dengan intens menatap wajah mungil seorang wanita diseberangnya yang ia kenal. Dengan wajah sedikit bingung terukir di wajahnya, Sean baru menyadari bahwa teman dari papanya adalah seorang Argawijaya. Ya padahal tadi ia sudah diberi tahu bahwa nama dari teman papanya adalah James Argawijaya, tapi entah apa yang ada di pikiran sang empu yang masih memasang muka cengo.

"Wah kenapa? Kalian sudah saling mengenal?" tanya papa Sean.

"Wah kebetulan sekali ya haha" jawab Pak James sambil mengeluarkan tawa ciri khas bapak - bapak.

Wanita di depannya itu adalah Alita, anak baru di kelas Sean. Jika difikir - fikir lagi, teman sekelasnya itu merupakan anak perempuan dari teman papanya. Dunia memang begitu sempit.

Semenjak hari pertama mereka bertemu dan makan bersama saat makan siang waktu itu, mereka bisa dibilang lumayan dekat. Tidak sedekat itu kok, hanya pada saat mereka berpapasan di koridor sekolah mereka akan saling menyapa dan hanya bercakap singkat mengenai pelajaran sekolah. 

Tapi selain itu ya sudah, tidak pernah ada percakapan intens di antara mereka setelah itu.

"Oh ya? Dunia ini begitu sempit ya haha." kata mama Sean.

"Bagus lah kalau anak kita sudah dekat tanpa kita yang menyuruh mereka untuk lebih dekat lagi."

Sean dan Alita hanya mendengarkan percakapan dari orang tua mereka.

Tidak lama makanan pun sampai dan mereka menyantap makanan yang sudah tersedia di depan mereka yang sudah di pesan sebelumnya oleh orang tua Sean dan teman papanya.

"Oh ya, anak kamu yang paling besar kemana?" tanya Pak James mencairkan suasana ditengah mereka yang sedang menyantap hidangan.

Sean memiliki kakak perempuan yang sedang berkuliah di luar negeri. Kakaknya yang berbeda 3 tahun dengannya itu juga merupakan anak terpelajar dan tentu saja merupakan wanita yang cantik, mirip sekali dengan Sean. Bahkan kebanyakan dari teman Sean yang sudah bertemu dengan kakak perempuannya sering berkata bahwa kakak perempuannya merupakan Sean tapi versi wanita, karena mereka benar - benar serupa seperti kembar faternal.

"Shella masih kuliah di Jerman, setahun lagi lulus. Kalau anak kamu yg paling besar?" kini giliran papa Sean yang bertanya.

"Reyhan akhirnya kuliah di Jakarta sekarang, padahal saya sudah paksa untuk tetap di Amerika tapi dia kekeh maunya di Jakarta. Dia gak ikut makan malam hari ini katanya mau ketemu seseorang."


<<------------------------>>


Naya berfikir apakan Sean akan datang hari ini untuk membeli caramel macchiato seperti yang ia janjikan kemarin?

Sang empu yang sedang duduk di tempat duduk biasanya menunggu lelaki yang menolongnya 2x kemarin datang. Bukan karena apa, tapi agar ia bisa memberi tahu kakaknya untuk memberikan minuman kesukaan lelaki itu dengan gratis sebagai tanda terima kasihnya.

Tapi ini sudah hampir jam 5 sore dan Sean masih belum datang juga.

Tak lama kemudian, lonceng pintu cafe berbunyi menandakan ada yang datang.

Naya fikir itu adalah Sean.

"Hesa, apa kabar?"

Ternyata bukan, sang gadis yang tadinya akan beranjak dari tempat duduknya untuk pergi ke meja kasir terhenti karena suara dari pria itu bukanlah Sean. Ia fikir sepertinya pria tersebut adalah teman dari kakaknya.

"Eh? Udah lama banget! Apa kabar lo?" tanya Hesa yang sebelumnya sedang mengatur keuangan dari komputer yang ada di meja kasir.

"Baik kok, eh Naya?"

Orang itu menyadari keberadaan Naya di tempat duduknya.

Naya yang merasa terpanggil pun menoleh, sedikit bingung karena ia merasa tidak mengenal 'pria' ini. Karena lelaki yang ia kenal dan ajak bicara hanyalah kakaknya, dan akhir - akhir ini juga Sean.

Ia juga tidak mengenal suara orang ini.


"Naya, inget aku gak? Aku Reyhan."

Setelah mendengar nama itu keluar dari mulut pria yang dipastikan bernama Reyhan, sang gadis yang tadinya akan bertanya tentang siapa pria tersebut pun terdiam dan tidak bisa bereaksi apapun.

"Nay, halo?" Reyhan pun melambaikan tangan di depan wajah Naya, dan ya itu tidak akan menyadarkan lamunan Naya.

Karena wanita yang dari tadi masih memasang wajah datar sambil menatap ke arah lantai cafe tidak bisa melihatnya.

Reyhan bingung karena kelihatannya Naya tidak melihat tangannya melambai di depan wajahnya. Hesa yang melihat itu menarik Reyhan untuk pergi ke menjauhi Naya sang adik.

"Rey, beberapa tahun setelah lo pergi, orang tua gue sama Naya kecelakaan. Bokap nyokap gak selamat, dan Naya..


buta permanen."


Pria dengan nama Geraldi Reyhan Argawijaya pun yang sadar langsung tidak bisa berkata - kata. Kedua tungkai yang tadinya berdiri tegap seketika melemas, tak kuasa menahannya ia pun terduduk disalah satu kursi cafe yang berada didekatnya.

Rasanya ingin menangis dan memeluk tubuh ringkih sang gadis yang dari tadi masih duduk di tempat yang sama menatap ruang kosong.

Ia tidak menyangka hal ini akan terjadi kepada Naya, dan yang paling buruknya ini semua terjadi setelah ia pergi meninggalkannya untuk pergi ke Amerika.

Tetapi tidak ada yang tau takdir Tuhan bukan?

Reyhan tidak menyangka bahwa kehidupan teman kecil sekaligus cinta pertamanya itu sangat sulit semenjak ia pergi.






Cast

Park Jongseong (Jay) as Geraldi Reyhan Argawijaya (19 tahun)

Park Jongseong (Jay) as Geraldi Reyhan Argawijaya (19 tahun)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
blue & grey | sunooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang