banyak yang bilang, yoshi dan asahi adalah pasangan yang sempurna.
selalu adem, jarang bertengkar, percaya satu sama lain juga tidak saling mengekang dan menghormati personal space masing masing.
they had all the things that any relationship want and need.
tapi akhir akhir ini yoshi merasa ada yang berbeda.
baik dirinya maupun asahi, ada yang berubah.
keduanya makin hilang komunikasi, hanya bertemu untuk makan bersama tanpa percakapan. menggenggam tangan, memeluk, bahkan berciuman.
tapi tidak ada emosi disana, semuanya kosong.
yoshi jelas merasa ini tidak benar. ada yang salah dengan dia, ada yang salah dengan mereka.
“asahi,”
“ya?”
“aku mau bicara boleh?”
“tentu.”
yoshi menidurkan kepalanya di pangkuan asahi, membiarkan kekasihnya itu memainkan rambut ash grey miliknya.
“asahi,”
“hm?”
“you know that i love you, right?”
“iya, yoshi.”
“kamu... do you still love me?”
asahi mengernyit, “tentu saja.”
“because you look like you are not.”
asahi tersenyum, “ada apa?”
yoshi menggeleng pelan lalu memeluk pinggang ramping asahi. “aku merasa makin kesini kita makin jarang komunikasi, kita ketemu setiap hari disini. peluk cium semuanya, tapi nggak ada feedback nya. aneh, aneh banget.”
“terus kamu maunya gimana?”
yoshi kembali mendudukkan dirinya lalu menarik asahi untuk dipeluk, “sahi, kita nggak selamanya harus adem terus. masalah emang kadang harus ada biar kita berkembang, aku jadi lebih paham kamu dan sebaliknya. oke?”
“kamu... nggak suka kita diem diem aja?”
“bukan, bukan gitu. maksudku, kalau kamu ada masalah atau ada hal yang nggak suka dari aku, bilang. aku nggak akan marah selama kamu ngomongnya baik baik. paham?”
asahi mengangguk pelan lalu mengeratkan kalungan tangannya ke leher yoshi, “maaf.”
***
seminggu setelah yoshi meminta asahi untuk lebih terbuka, masih tidak ada perkembangan.
asahi masih sama diamnya seperti sebelumnya.
kalau boleh jujur, yoshi lelah. yoshi lelah jadi satu satunya yang berjuang untuk hubungan ini.
