tw // family issues
“Ngelamun lagi?”
Mata bulat itu mengerjap cepat, empunya berbalik. “Huh? Nggak.”
“Nggak usah boong, aku tau.”
Jihoon tersenyum kecil, “yaudah nggak usah tanya.” Tangannya menepuk bangku kosong disebelah, “sini duduk.”
Pemuda itu menurut lalu duduk disebelah Jihoon. Selang beberapa detik, Jihoon menyandarkan kepalanya ke bahu si pemuda, mencari kenyamanan.
“Chi…”
“Hm?”
“Kepalaku berisik.”
Tangan milik pemuda itu bergerak mengusap punggung tangan Jihoon. “Mikirin apa?”
“Ujian, Papa, sama sekolah,
dan liburan besok.”
“Emang liburannya kenapa? Kok kayak nggak seneng.”
“Aku bakal ke Jepang.”
“Bagus dong, kita bisa berangkat bareng Papa.”
“Ayah ada disana, Yoshi — aku nggak mau ketemu ayah.”
Hening, Jihoon masih menyembunyikan wajahnya di bahu tegap Yoshi.
“Ya kalau gitu nggak usah ketemu Ayah.”
“Papa pasti suruh aku datengin Ayah. Gimanapun, dia tetep orangtuaku.”
“Kamu kenapa sih nggak mau ketemu Ayah?”
Jihoon diam sejenak lalu menjawab, “kecewa aja nggak cukup untuk menjelaskan. Aku lebih dari kecewa sama Ayah. Nggak benci, tapi — gimana ya…”
Yoshi mengangguk lamat, “tapi gimanapun, Ayah tetep orangtuamu. Papa bener. Kamu harus ketemu Ayah, udah lama banget sejak terakhir kamu ketemu Ayah kan?”
Jihoon mengangguk, lalu memilih diam. Genggamannya di tangan Yoshi menguat, sementara si empu tangan sibuk mengusap punggung tangan Jihoon dengan jempolnya. Berusaha membuat Jihoon merasa lebih baik.
"Everything is gonna be okay, Ji. Kamu punya Papa sama aku, oke?"
Jihoon mengangguk lagi. Berharap kata kata Yoshi benar benar terjadi.
— — —
Jihoon menatap layar ponselnya yang menampilkan ruang percakapannya dengan sang Ayah. Statusnya menunjukkan ayahnya terakhir mengecek aplikasi itu semalam — lewat tengah malam.
Sebaris kalimat yang ia tulis disana adalah mengabarkan bahwa ia akhirnya akan kembali ke tanah kelahirannya — Jepang. Tempat dimana sang Ayah menetap sejak hampir 20 tahun terakhir.
Yoshi dan Papanya — Baekhyun sibuk memakan sandwich yang dibeli sebelum masuk ke waiting lounge.
“Ayah belum baca,”