Epilog. Their Good Karma

639 48 4
                                    

Hangat dan menghangatkan.


Begitulah suasana hati Renjun setelah melihat adik tirinya tertidur nyenyak di malam itu, dan perasaan itu ikut menjalar ke relung hati Haechan dan Mark yang berdiri di belakangnya, menemaninya di gerbang arwah penasaran itu. Air mata kembali menghiasi kedua mata Renjun -air mata bahagia yang mengalir entah kali kesekian di hari ini.

Dengan senyuman ia lalu menyeka kedua matanya.

"Oke udah kelar pensiun gue jadi penjaga gerbang, ayo ayo reinkarnasi." ucap Renjun sambil masih sibuk menyeka air matanya. Membalikan badannya, ia melihat dua malaikat yang setelah dua ratus tahun lebih bersamanya di sini, sudah seperti keluarganya sendiri. 

Ah, memikirkan bahwa ia akan meninggalkan keduanya membuat Renjun kembali menangis tersedu di hadapan dua malaikat itu, sehingga Haechan dan Mark spontan memeluk sang penjaga gerbang.

"Yaelah bangsat gue nangis lagi kan..." umpat Renjun sambil sesenggukkan, membuat Mark tertawa sambil mengusak rambutnya. Haechan lalu melonggarkan pelukannya, dan menatap mata Renjun yang masih berlinang air mata,

"Udah dong lu nangisnya, lagian kerjaan lo masih nyisa satu." ucap Haechan dengan senyum penuh arti.

"HAH? MAKSUD LO??" refleks Renjun sambil melepaskan pelukan teletubbies mereka. "Gue harus ngapa-"

Haechan langsung memotong ucapannya dengan membalikkan tubuh Renjun, dan mendorong punggung itu lembut; secara tidak langsung memintanya untuk berjalan ke arah yang berlawanan dengan gerbang arwah di ruangan itu. 

"Just go, Njun. See it for yourself. See him for yourself" ucap Mark.

dan di saat itulah Renjun tersentak.



Dari arah tersebut, ia melihat sosok yang berjalan mendekat.

Sosok yang sama sekali tidak asing.

Sosok yang ia rindukan, yang selalu menjadi bahagianya.

Sosok yang ingin sekali ia temui, namun tidak ingin ia temui. 


Tidak di sini. Tidak dalam penantian panjang atas penyesalannya.


Renjun tenggelam dalam kebingungannya, tidak sadar bahwa sosok itu telah berdiri di hadapannya.

Tidak ada yang berubah, masih dengan kedua mata yang tenggelam dalam senyuman manis itu. Dengan kedua tangan yang terbuka lebar, menunggu kekasihnya kembali dalam pelukannya.

Sambutan yang seketika itu juga Renjun balas dengan pelukan erat.



"Jeno..... kenapa kamu masih di sini?"

.

.

.

.


------- One More Chance ------

Keduanya masih enggan melepaskan pelukan itu, walaupun tidak ada hangat tubuh yang dapat mereka bagi sebagai arwah yang telat mati. 

"Jeno, jawab aku. Kenapa kamu masih di sini? Kenapa kamu ga pergi duluan? Kamu ada penyesalan apa?" serbu Renjun dengan seluruh pertanyaan. "Terus kamu di mana selama ini?"

Jeno menghela napas panjang, masih memeluk dan mengelus rambut Renjun dengan lembut. "Aku..... nungguin kamu. Penyesalan aku, aku ga bisa liat kamu pergi tanpa penyesalan. Jadi ya cara nebus penyesalan aku, aku nunggu sampe penyesalan kamu juga udah ilang." jawab Jeno pelan. 

One More Chance | Sungle/Chenji story ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang