Bagian 1. Akhir mereka berdua

1.3K 162 1
                                    

tw// blood, harsh words, mention of suicide


"Ngga..... Chenle...... Ga mungkin jangan becanda......"

Jisung merasakan seluruh tenaganya menghilang ketika ia membalikkan tubuhnya dan melihat tempat Chenle seharusnya berdiri. 

Tidak ada Chenle.

Hanya ada bus kota dengan bekas rem mendadak yang tercetak di jalanan. Sayup-sayup ia mendengar suara orang-orang yang mulai mendatangi sebuah titik di trotoar, kira-kira 15 meter dari tempatnya berdiri.

"suara apa itu? ada apa sih?"

"hei ada yang tertabrak!"

"gila! dia tadi tiba-tiba melangkah ke depan jalur bus, langsung ketabrak bus itu tadi terus kelempar ke jauh sampe trotoar sana"

"dia bunuh diri atau gimana sih? sengaja melompat ke depan jalur bus, gitu?"

"aduh lihat itu darahnya banyak sekali.... kayaknya ga akan selamat deh...."

"APAAN SI NI KALIAN? TELPON AMBULANS LAH!"

Para pejalan kaki dan pengendara motor yang lewat mulai berkerubung, beberapa terlihat mengambil telepon genggamnya. Ada yang menelepon ambulans, ada yang membuka kamera. Ada yang ingin membantu, namun takut malah membuat kondisi makin runyam. 

Dengan susah payah Jisung berlari menuju pusat keramaian yang tidak bisa ia lihat di tengah  orang-orang yang berkerubung. Dengan sisa tenganya Jisung menerobos kerumunan itu, lalu jatuh bersimpuh seketika setelah ia melihat bahwa ketakutannya benar terjadi. 

Di tengah keramaian itu, pujaan hatinya terkapar.

Rambut pirangnya yang cantik sudah tidak terlihat lagi, penuh dengan darah hingga menggenang sampai aspal. Matanya tertutup, darah mengalir dari hidungnya dan bibirnya terlihat pucat. Tubuh yang ditutupi baju yang terkoyak itu tergeletak lemah, tidak bergerak kecuali dadanya yang naik turun, berusaha meraup udara dengan napas yang tersengal.

Dan Jisung yang merasakan hatinya hancur berkeping-keping. Matanya memburam penuh air mata, bibirnya ingin memanggil kekasihnya namun tidak ada suara yang dapat keluar. Lidahnya kelu, otaknya buntu.

Tangannya yang gemetar berusaha menyentuh wajah Chenle ketika ambulans dengan sirinenya yang melengking  itu memecah kerumunan dan mengantarkan beberapa orang paramedis yang langsung bergerak untuk mengevakuasi Chenle dari trotoar itu.

"Tuan tolong menjauh dari tubuh korban, kami harus segera membawanya ke rumah sakit terdekat. Apakah tuan kerabatnya?" tanya salah satu paramedis yang membantu Jisung berdiri agar tidak mengganggu rekannya yang sedang mengangkat tubuh Chenle masuk ke dalam ambulans.

"A-aku..... Aku tunangannya...." ucap Jisung dengan sisa kewarasannya. 

"Tolong.... tolong dia...." 


--------------------------------------------------- One More Chance-----------------------------------------------------

Chenle terbangun dengan penuh tanda tanya. Mengapa dia ada di IGD rumah sakit? Ia berdiri di depan kasur pasien dengan beberapa orang berseragam dokter yang menangani pasien di kasur itu.

Mengapa ada dirinya di atas kasur itu?

"CODE BLUE!" teriak salah satu dokter di depannya, yang setelahnya segera menekan dada dirinya yang di kasur itu, disusul beberapa orang yang berlari ke arah kasur itu membawa alat-alat yang tidak dikenalnya.

Mereka berlari menerobos tubuhnya yang berdiri di depan kasur. Tubuh yang setelah ia perhatikan, terlihat tembus pandang. 

Paham. Seketika itu juga Chenle paham, nyawanya sedang di ujung tanduk.

Ia mendekatkan diri menuju kasur itu, menembus semua orang yang sedang sibuk menyelamatkan tubuhnya. Chenle berusaha menyentuh tubuhnya di atas kasur, namun ia tidak bisa menyentuh apa-apa. Yang terlihat hanya tangannya yang menggapai-gapai dan semakin transparan.

Ah, apakah sudah tidak ada harapan untukku?

Air mata mulai membasahi pipinya -apakah mungkin arwah menangis? ah tapi Chenle tidak peduli. Memejamkan kedua mata, sekilas memori hidupnya sejak masa kanak-kanank mulai memenuhi pikirannya. Chenle tersenyum ketika mengingat masa-masa indah itu, lalu menyesal ketika melihat beberapa kebodohannya di masa lampau. Namun, ia kembali tersenyum.

Aku sudah tidak mungkin kembali. Mungkin baiknya aku lupakan saja semua penyesalan itu dan pergi dengan te-...

Pikirannya tiba-tiba teputus saat ia mendengar tangisan meraung dari arah punggungnya. Membuka mata, ia berbalik dan melihat seseorang yang menangis terduduk di lantai sambil meneriakkan namanya, dengan seorang security yang berusaha membuat orang itu berdiri agak tidak mengganggu pasien lain. Namun orang itu tidak bergeming; tetap dengan tangisan pilu yang menyayat hati semua orang yang ada di ruangan IGD itu, memanggil-manggil sebuah nama dengan beribu penyesalan.

"C-Chenle.... sayangku aku minta maaf, jangan tinggalin aku... Chenle aku mohon... jangan becanda gini ga lucu... apa ini mimpi, sayang? Chenle kalo iya tolong bangunin aku sayang, aku ga bisa liat kamu begini..... Ini semua salah aku sayang, biarin aku aja yang pergi jangan kamu..... Semua salah aku....."

Jisung... Park Jisung....

Seluruh memorinya dengan pujaan hatinya merasuk ke dalam pikirannya. Semua memori manis yang mereka jalin bersama selama tujuh tahun, waktu-waktu mereka saling menemani dan membangun tali kasih.....

........ dan pertengkaran sore ini. Yang berakhir dengan Chenle menjadi arwah tidak menapak di depan kekasihnya.

Chenle menangis keras, lebih kencang dari Jisung; namun tidak ada yang dapat mendengarnya. Ia mendekati Jisung yang masih menangis tersedu di lantai IGD, lalu berjongkok dan berusaha merangkul tubuh itu.

Sia-sia, yang ada hanya sosok arwahnya yang semakin transparan. 

Tidak... tidak begini.... Jisung kita tidak boleh berakhir begini, sayang......


Sayangnya itulah akhir mereka.

Sepasang kekasih yang saling bertatapan dengan mata penuh air mata, segudang penyesalan, dan rasa cinta yang tidak ada habisnya. 

Namun tatapan keduanya tidak bertemu. Karena mereka sudah berada di dunia yang berbeda.


tbc.

lupa ngasih note....

Code blue: istilah kalau ada yang jantungnya berhenti di RS, biar langsung ada yang nanganin. Kayaknya sering disebut di drama2 ya wkwkwk

One More Chance | Sungle/Chenji story ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang