Bagian 9. Chenle dalam Tiga Babak

380 60 0
                                    

Hari Jumat pagi itu Chenle sambut dengan wajah lelah. Setelah tidak mengindahkan nasihat Yangyang untuk pulang cepat kemarin, ia terus lembur hingga tidak sadar terus berada di kantor hingga tengah malam. Sesampainya di flat, pikirannya terlalu semrawut untuk tidur, sehingga ia hanya mendapatkan waktu tidur selama tiga.

Chenle hanya berharap hari ini cepat berakhir.

Berbeda dengan wajahnya yang lesu, kantornya hari ini dipenuhi dengan wajah sumringah. Maklum, tanggal gajian. Yangyang yang terlalu semangat gajian pun tidak berhenti bersenandung sejak pagi, padahal sekarang sudah lewat jam makan siang.

"Come on Chenle, senyum dikit dong, have a good time, good time~" goda Yangyang, masih sambil bernyanyi. Setidaknya dengan bertingkah sedikit konyol seperti itu, ia berharap bisa membuat Chenle sedikit terhibur. Sesungguhnya Yangyang selalu khawatir dengan Chenle yang workaholic, apalagi melihat betapa buruk nasib junior kesayangannya satu itu minggu ini.

"Chenle!" panggil seorang rekan kerja mereka tiba-tiba. "Orang HR nelpon nih, katanya lo disuruh ke lantai mereka. Gatau kenapa, langsung ke sana aja." lanjutnya sambil menutup telepon, yang lalu dibalas dengan anggukan oleh Chenle.

Ia segera turun ke bagian HR, hanya untuk disadarkan bahwa nasib buruknya minggu ini belum berakhir

------- One More Chance -------

"Intinya Le, lo harus minta approval bos di form ini biar gue bisa urus tunjangan lo turun bareng gaji bulan ini. Soalnya lo kemaren ga absen fingerprint kan di bawah? Jadi sistem kita ngitungnya lo ga masuk, padahal ada absen lo di rapat sama PT X." ucap Wendy, rekannya di bagian HR. Chenle hanya bisa cengo. Haruskah ia berhadapan dengan bos yang sehabis marah besar kepadanya itu?

"Aduh Wen... Harus banget hari ini ya? Biasanya kalo begini lo yang urus kan Wen...." jawab Chenle memelas. Ia sungguh tidak punya tenaga untuk menghadapi si bos yang pagi tadi saja masih menatapnya sinis.

"Iya, emang biasanya gue yang urus, tapi masalahnya udah keburu waktu gajian Le. Kalo ikut alur gue minimal approval lima hari kerja, jadi tunjangan lo baru cair bareng gaji bulan depan. Mau lo?" ucap Wendy serius. Sungguh ia hanya ingin membantu Chenle agar mendapat gaji tepat waktu.

Chenle hanya bisa manyun, membuat Wendy gemas. "Udah Le gapapa, tahan-tahanin dikit dijutekin bos." hibur Wendy. Chenle hanya bisa menggangguk lalu kembali ke lantainya dengan langkah gontai, merutuki kecerobohannya yang kemarin lupa absen karena terlambat mengejar rapat.

Sesampainya di depan ruangan si bos, Chenle menarik napas panjang lalu mengetuk pintu pelan. Setelah mendengar ia dipersilakan masuk, pemuda itu membuka pintu dan segera disambut dengan tatapan tajam di bosnya. Kembali menarik napas dan menenangkan jantungnya, Chenle mulai berbicara dengan intonasi yang tenang.

"Selamat sore pak, maaf mengganggu waktu anda. Saya mau minta approval absen kemarin pak.. " ucap Chenle sambil membungkuk sopan, dan tangannya menyodorkan map ke atas meja bosnya.

Lelaki paruh baya itu tersenyum penuh makna, membuka map itu lalu menandatanganinya, dan memberikan map itu kembali kepada Chenle.

Jujur, Chenle kaget setengah mati. Beneran ini? Langsung diapprove? Ga dimarahin dulu?

Chenle baru saja ingin mengucapkan terima kasih dan pergi dari ruangan itu, namun niatnya terpotong oleh bosnya yang tiba-tiba berbicara.

"Hah... memang anak muda jaman sekarang tidak tahu malu. Baru saja membuat kesalahan fatal, lalu sekarang seenaknya minta approval."

One More Chance | Sungle/Chenji story ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang