Bagian 6. Tekad di Awal Pekan

405 70 0
                                    

"Jadi ngapain lu ngajak gue ketemuan? Biasanya ada maunya nih....." ucap pemuda dengan rambut hitam gondrong itu. Ia menghisap sebatang rokok yang bertengger di kedua jari tangan kanannya, dan dengan sengaja menghembuskan asapnya ke arah wajah Jisung.

"... apalagi sampe nraktir gue sarapan sama kopi di kafe gini." lanjutnya dengan seringai penuh makna. "Lu ngilangin barang gue yang mana lagi? Udah cepet ngaku, ngantuk gue abis jaga, mau cepet pulang."

"Yaelah ngga bang gue ngga ngerusakin apa-apa" jawab Jisung sambil mengibas-ngibas asap rokok di depan wajahnya. Tidak salah si memang jika sahabatnya ini berpikiran seperti itu, selama ini Jisung hanya akan membelikan sesuatu jika ada maksudnya.

Dan memang saat ini pun, Jisung punya maksud tertentu.

"Gue mau minta tolong sama lu... tentang Chenle." jujur Jisung.

Na Jaemin hampir tersedak makanannya ketika mendengar Jisung. Orang yang sudah fasih berteman dengan seorang Park Jisung dari jaman kuliah itu segera menenggak air putih di sebelahnya. "Eits kenapa ni bos, lu berantem terus mau gue bantuin baikan? Ngga ngga mau lagi gue ah, capek debatnya apalagi gue yakin lu yang salah!" tuduh Jaemin setelah menghabiskan setengah gelas air itu.

Jisung menghela napas kasar. Memang penuh curiga sekali manusia satu ini. "Astaga ngga bang, sumpah gue ngga ngapa-ngapain. Jelek banget image gue ya buat lu?"

"Sorry bos, track record ngga bisa boong" celetuk Jaemin santai sambil mengambil kopinya. Jisung membalas dengan tertawa lebar.

"Alah kayak lu ngga aja bang"

.

Walaupun statusnya senior berjarak dua tahun, Jaemin adalah sahabat terdekat Jisung. Senasib sepenanggungan, keduanya sejak kuliah seringkali dicap berandal salah jurusan, dan tidak disukai karena gaya mereka yang terkesan 'tidak serius'.

Bocah-bocah bodoh yang kalau lulus hanya akan membahayakan pasien

Pasti bertahan karena koneksi orang tua

Kalau tidak, paling nyogok

Tapi mereka tidak peduli dengan cemoohan itu. Toh, mereka kuliah kedokteran atas keinginan sendiri -walaupun latar belakang keinginan mereka berbeda; lalu membuktikan diri bisa lulus dengan nilai yang baik, dan sekarang menjadi dokter yang handal. Tentunya, sebagai manusia, mereka pasti masih banyak kurangnya.

.

"Semalem gue jalan sama Chenle bang. Ya intinya jadi cerita personal banget dan dia bilang, gue satu-satunya rumah buat dia... " ucap Jisung serius. Matanya sudah sedikit berkaca-kaca mengingat tangisan Chenle kemarin malam, namun memori sentimental itu buyar oleh celetukan sahabatnya.

"Aaaaw so sweee- AH SAKIT ANJIR!"

Jaemin yang sedang menjawab sok imut itu langsung ditempeleng oleh Jisung. "Gue serius anjir bang etdah", sambar Jisung.

"Ya gue juga serius itu muji scene so sweet lu?!" Jaemin sudah ingin memiting adik kelas kurang ajarnya itu, namun ia urungkan karena ingat mereka berada di dalam kafe. "Yaudah terus lu mau minta tolong apa?" tanya Jaemin sambil melanjutkan sarapannya, masih menahan amarah.

Jisung lalu mengeluarkan senyum termanisnya. Senyum yang hanya keluar di depan Chenle, atau di saat-saat seperti ini: ada maunya.
"Gue pengen beneran jadi rumah buat dia bang.... Gue pengen ngelamar Chenle Sabtu ini pas kita ketemuan. Bantuin gue ngerencanain lamarannya, ya?"

"HAH SABTU INI?!" teriak Jaemin sambil melotot. Jisung langsung menahan kedua bahu Jaemin ketika Jaemin refleks akan berdiri hingga tidak sengaja menendang meja makan, menyebabkan kopinya hampir tumpah.

One More Chance | Sungle/Chenji story ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang