Bagian 12. Akhir Mereka Berdua

374 57 1
                                    

Chenle lelah.

Air matanya sudah habis. Setelah dua jam lebih menangis di taman itu, yang tersisa hanya sepasang mata sembab dan tubuh yang mulai menggigil kedinginan.

Chenle memilih untuk berjalan kaki kembali ke flatnya; ia tidak mau berinteraksi dengan siapa pun. Ia belum bisa mengontrol emosinya. Berjalan perlahan melewati taman, langkahnya mulai Chenle mendekati dengan restoran favoritnya.

Tempat ia seharusnya menemui kekasihnya.

Chenle tersenyum pahit. Ia tahu, tidak seharusnya ia menyakiti Jisung separah itu. Tapi ia tidak sanggup mengontrol amarah yang tiba-tiba meruak itu. Setidaknya, dengan melampiaskan amarahnya kepada Jisung, sekarang ia merasa sedikit tenang.

Sayang sekali, Chenle salah besar.




Karena saat tatapannya disambut oleh tatapan kosong pemuda yang terlihat kusut di depan restoran itu, amarahnya kembali tersulut. 

"Kamu ngapain masih di sini?" tanya Chenle dingin, kontras dengan tatapannya yang sepanas api.

Tatapan itu mengembalikan api amarah yang telah lama padam dalam diri Jisung.

"Maksud kamu? Kamu yang ngapain, Zhong Chenle?" jawab Jisung dengan suara yang tercekat, berusaha menahan amarah yang kembali mengisi kekosongan di dalam dirinya. Rahangnya mengeras, tatapannya dikabuti emosi yang meletup-letup.

Chenle terus menatap Jisung dengan penuh kebencian.

"Aku mau pulang" ujarnya,

lalu berjalan begitu saja melewati kekasihnya yang berdiri terpaku.

Jisung segera menggenggam pergelangan tangan Chenle sebelum ia semakin menjauh.

"Jawab aku Chenle." nada bicara Jisung sedikit meninggi, sehingga orang-orang yang masih ramai di halte bus dekat restoran itu mulai memperhatikan dua sejoli ini.

"Buat apa aku jawab Sung? Emang kamu jawab pertanyaan aku tadi?"

"Sung? Apa maksud kamu manggil aku 'Sung'?" suara Jisung semakin meninggi. Matanya melotot penuh amarah, genggamannya di pergelangan tangan Chenle semakin menguat.

Selama mereka berdua berkencan, Chenle selalu memanggilnya dengan panggilan 'Ji'. Itulah panggilan sayangnya.

Apakah Chenle sudah tidak menyayanginya?




"AKH LEPAS!" pekik Chenle ketika rasa sakit di pergelangan tangannya terus bertambah. Air mata yang tadi terkuras habis sedikit demi sedikit kembali menghiasi kedua matanya.

Namun Jisung tetap menggenggamnya kuat, seakan menikmati pemandangan kekasihnya yang berteriak kesakitan.

"Sung, please, aku bener-bener lagi ga sanggup berantem...." Ucap Chenle lirih, berusaha melepaskan genggaman Jisung dari pergelangan tangannya.

Perih, tidak pernah Jisung menyentuh Chenle sekasar itu.

"Emang aku ada ngajak kamu berantem?! Aku cuma nanya, kamu kenapa Le? Aku cuma minta jawaban!"

Tajam dan penuh amarah, tidak pernah Jisung menaikkan nada bicaranya kepada Chenle seperti itu.

Cukup. Mengapa harus dirinya yang selalu memberikan jawaban?

"Lo bisa ga sih ga egois?! Minta-minta mulu?! Gue cuma sekali minta ketemu sama lo semalem, dan lo dengan gampangnya nolak, bilang sibuk! Jadi kenapa gue harus jawab lo sekarang hah?! Gue capek Sung, sekali aja ikutin mau gue, please gue udah ga sanggup harus..."

PLAK

Dan amarah akhirnya berhasil menguasai tubuh lelaki tinggi itu, menghasilkan rona merah yang seharusnya tidak ada di pipi kiri kekasihnya, dan setetes darah segar di ujung bibir Chenle yang mengering.

"Apa maksud kamu tiba-tiba marah pake gue-lo?! Berani kamu Zhong Chenle? Udah bukan pacar aku?!"

Air mata memenuhi kedua mata pemuda manis itu seketika, dan jari lentiknya menyeka darah yang menetes dari bibirnya. Ia pun menatap Jisung dengan pengelihatan yang buram oleh air mata.

Yang dibalas oleh tatapan penuh amarah dari sepasang mata kekasihnya.

"Cuma gara-gara aku bilang aku sibuk, kamu seenaknya nyakitin aku kayak tadi Le?!" teriak Jisung tanpa memutus tatapannya. Tatapan penuh kebencian itu lalu berubah menjadi tatapan penuh kesedihan, seiring dengan genggamannya yang melonggar.

"Ga ada maaf buat kamu, Zhong Chenle." lanjutnya dengan suara gemetar. 




Tersenyum pahit, Chenle hanya menjawab singkat, "Nor for you, Park Jisung."

Chenle segera membalikkan badan dan berlari menjauh dari hadapan kekasihnya itu.

Meninggalkan kekasihnya yang menyaksikan dirinya pergi . 





Jisung terus menatap kosong ke arah kekasihnya, berdiri terdiam di depan restoran itu. Hingga ia melihat sebuah mobil berkecepatan tinggi yang mendekat ke arah Chenle yang sedang berlari menyebrang jalan.

Dan kakinya bergerak begitu saja, berlari mengejar sang pujaan yang telah mengoyak hatinya.

"CHENLE!"





BRAAAAK






tbc.







Akhirnya udah ngeloop balik ke prolog yeaaay~

untuk yang baca silakan balik ke chapter pertama kalo mau bandingin apa aja yang beda atau yang sama dengan prolog hehe


makasih yang sudah baca, dan semoga ff ini bisa menghibur~

One More Chance | Sungle/Chenji story ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang