34

23 11 0
                                    

Suara gemericik hujan menghias kesunyian malam di salah satu ruang rawat. Seorang gadis cantik terlihat anteng membaca buku di atas brankar.

"Serius amat baca bukunya" tegur seorang wanita paruh baya dari arah pintu. Dinda menoleh ke sumber suara merespon dengan senyuman manis lalu kembali fokus pada benda kotak yang di pegangnya

Bu Lia berjalan ke arah jendela memandangi tetesan air hujan yang mengguyur bumi

Dinda yang sedang asyik membaca tanpa sengaja matanya melihat ke arah bu Lia yang berdiri menghadap jendela membelakangi dirinya

"Dari dulu aku suka sama hujan" ucap Dinda. Bu Lia membalikkan tubuhnya menatap ke arah Dinda "hujan selalu menyamarkan air mata seseorang yang berada di bawah guyurannya" lanjut Dinda sambil meletakan bukunya di nakas

"Dan kamu adalah hujan yang menyamarkan kesedihan ibu" sambung Bu Lia sambil berjalan ke arah Dinda. Memeluk Dinda tulus dan dibalas oleh Dinda

Beberapa saat dua wanita beda usia itu hanyut dalam pikirannya masing-masing. Nyaman

"Dinda bosen Bu" lontar Dinda

Bu Lia melepaskan pelukan itu "kamu bosen pelukan sama ibu" goda bu Lia

"Nggak. Dinda bosen di kamar rawat  mulu Dinda pengen pulang" jawab Dinda

"Sabar. Kalo keadaan kamu udah bener-bener pulih pasti kamu bisa pulang" hibur bu Lia. Dinda tersenyum lalu kembali memeluk bu Lia

"Dinda bersyukur bisa bertemu orang sebaik ibu" adu Dinda dalam pelukannya

Tiga bulan kemudian............

"Dinda kerja dulu ya Bu" teriak Dinda dari teras sambil mengikatkan tali sepatu

Dari arah pintu terlihat Bu Lia yang berjalan tergopoh-gopoh sambil membawa sebuah bekal makanan

"Jangan lupa di makan ya bekalnya" pesan Bu Lia sambil menyerahkannya pada Dinda

"Siap bu bosss" hormat Dinda lalu menerima bekal itu dan memasukannya ke dalam tas yang tergantung di pundak kirinya "kalo gitu Dinda berangkat dulu ya Bu" pamit Dinda dilanjutkan dengan mencium punggung tangan Bu Lia

Setelah keluar dari rumah sakit karna keadaan Dinda yang sudah membaik Dinda memang tinggal bersama dengan Bu Lia. Untuk membalas kebaikan Bu Lia, Dinda membantu Bu Lia melakukan pekerjaan rumah selain itu Dinda juga menggantikan Bu Lia untuk mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari

Dinda bekerja sebagai seorang petugas kebersihan di sebuah rumah sakit dimana rumah sakit itu adalah tempat dulu ia di rawat

Jarak rumah hingga ke rumah sakit tempat ia bekerja cukup jauh sehingga ia harus berangkat pagi untuk mendapatkan tumpangan angkutan umum

Beberapa menit Dinda menunggu angkutan umum namun tak kunjung ia jumpai, beberapa angkot yang ia jumpai sebelumnya selalu saja kepenuhan tumpangan sehingga mau tidak mau Dinda harus bersabar menunggu angkutan umum berikutnya

Tak berapa lama sebuah angkot berhenti di hadapannya. Tak mau terlambat Dinda segera masuk ke dalam angkot tersebut lalu duduk di belakang supir dengan perasaan was-was karna takut terlambat bekerja. Beberapa kali ia melihat arloji abu-abu yang tertempel pas di tangan mulusnya

"Kerja ya mbak" tanya Supir sambil melihat Dinda dari kaca yang tergantung pada dinding angkot

"Iya mas" jawab Dinda sopan

Tak ada pembicaraan setelahnya hanya terdengar suara bising kendaraan di sekitar

****

Sesampainya di RS Dinda segera mengganti pakaiannya dengan seragam petugas kebersihan lalu mulai melakukan tugasnya seperti biasanya

"Kakak" panggil seorang anak lelaki dari arah belakang

Dinda menolehkan kepalanya ke arah belakang sambil fokus mengepel lantai

"Albara" sapanya "kok disini ?" Tanyanya lembut

"Kakak, main yuk" seolah tak mendengar pertanyaan yang dilontarkan Dinda. Bocah laki-laki itu malah mengajaknya bermain

Dinda menghentikan pekerjaannya sejenak, membungkuk berusaha menyesuaikan dengan tubuh mungil Albara

"Main apa ?" Tanya Dinda, seolah tertarik dengan ajakan Al

"Main petak umpet" usul Al sambil nyengir bangga

"Al, kakak kerja dulu ya.... Al mainnya sama Anin sama Aliza aja, gimana ?"

"Anin sama Aliza kesininya siang kak" ucap Al

Dinda mengusap lembut rambut Al sambil menatapnya sayang

"Al" panggil sseseorang

"Abang" respon Albara

"Pak dokter" gumam Dinda. Secepat mungkin Dinda melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda

"Ngapain kesini" tanya Albara dengan nada kesal pada fernan-dokter tampan itu

"Ya seterah Abang dong, harusnya Abang yang tanya ngapain kamu kesini pake ngerengek minta dianterin sama supir lagi bukannya diem aja di rumah temenin bunda" jawab fernan dengan nada bicara dibuat kesal

Dinda yang dari tadi sibuk membersihkan lantai diam-diam menahan senyum karna perdebatan tak berfaedah dua saudara beda umur  di belakangnya

"Aku tanya kakak mau ngapain kesini" tanya Albara sedikit membentak

Bukannya menjawab fernan malah terkikik melihat tingkah kesal adik nya itu

"Abang mau nganter  aku pulang ya, aku gak mau dianter pulang Ama  abang" ucapnya

Albara melangkahkan kaki mungilnya ke arah Dinda yang sedang bekerja

"Kakak cantik, main yuk" ajak Albara untuk kesekian kalinya

Dinda kembali menghentikan pekerjaannya sejenak lalu mensejajarkan tubuhnya dengan Albara

"Al... Kakaknya kerja dulu, Al main sama pak dokter aja ya" ucap Dinda

"Abang gak bisa main sama Al kak, Abang sibuk main sama orang sakit" elak Albara ngelantur

Seketika jawaban Albara membuat fernan cengo ditempat

Gak tau deh ya Albara

Guys akoh cambeck, jangan lupa buat votte, COMMENT and follow hhe.....

Tararengkyu atuh nya

See you




ADINDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang