36

20 5 0
                                    

Hamparan sungai jernih, daun daunan nan hijau serta pohon-pohon rindang. Ah, sungguh pemandangan yang menyenangkan

Dibawah sebuah pohon rindang nampaklah seorang pria tampan dengan topi hitam di kepalanya sambil duduk di sebuah bangku panjang berwarna putih. Matanya tak luput dari hamparan air sungai yang tenang

"Maaf ya lama" suara seorang wanita cantik itu mampu mengambil alih perhatian sang pria tampan

"Gak papa" balasnya datar

"Lo masih marah sama gw ya ga ?" Tanya sang gadis sambil duduk di sebelah pria itu

Untuk beberapa saat Angga tidak menjawab pertanyaan qilla, matanya kembali fokus pada hamparan sungai di depannya

Qilla tersenyum kecut melihat respon lelaki di sebelahnya "perubahan itu emang ada ya"

Angga menatap penuh tanya ke arah qilla namun kini qilla lah yang menatap lurus ke depan

"Dulu pernah ada seorang pria yang bahkan selalu bersikap hangat ke seorang wanita, selalu memberikan senyumannya pada wanita itu bahkan gak pernah sekalipun wanita itu tau wajah datar dari pria itu'

"Dan sayangnya, wanita itu menghilang tanpa memberikan kabar sekali pun pada lelaki itu" lanjut Angga dengan masih menatap qilla. Kini qilla mengalihkan penglihatannya ke arah Angga. Untuk beberapa saat tidak ada yang mau membuka suara hanya mata yang saling bertatap. Mengisyaratkan kerinduan masing-masing yang enggan untuk mereka ungkapkan

"Apa pria itu tau kesulitan yang tengah dirasakan oleh sang wanita ?" Tanya qilla

"Dan apa wanita itu tau bagaimana khawatirnya pria itu, berusaha mencari keberadaannya, takut sesuatu terjadi padanya. Apa wanita itu tau ?" Tanya Angga dengan tatapan tajamnya. rahangnya terlihat mengetat menandakan ia berusaha menahan amarah

Secepat kilat qilla membuang pandangannya dari Angga, bahkan seolah ia tak mampu untuk menelan ludahnya sendiri melihat Angga seperti ini

"Waktu pertama kalinya gw ngeliat Lo di toilet, gw seneng la karna gw pikir Lo kembali buat gw. Tapi kenapa setiap gw berusaha ngedeketin, Lo seolah berusaha ngenghindar" ucap Angga dengan suara yang mulai melemah namun masih bisa terdengar jelas oleh qilla

"G-gw gaada maksud kaya gitu"

Terlihat dari wajah Angga yang tidak suka dengan respon yang ditunjukan oleh qilla. Angga berdiri dari duduknya bersiap untuk pergi "kalo itu mau Lo gw turutin la" ucap Angga lalu melangkahkan kakinya tanpa melihat lagi ke arah qilla

Qilla bangkit dari duduknya menatap punggung Angga dengan tangisan yang tak bisa ia tahan

"Lo berubah ngga, Lo berubahh.... Lo bukan Angga yang gw kenal lagi" ucap qilla setengah berteriak. Angga menghentikan langkah kakinya

"Dimana Angga yang selalu nenangin saat gw ada masalah,  dimana Angga yang selalu bikin gw ketawa lepas, dimana Angga yang selalu ngerti setiap keadaan gw, dimana Angga yang rela berkorban demi gw" tangis qilla pecah tak terbendung

Angga membalikan tubuhnya menghadap qilla yang tengah menatapnya penuh harap dengan genangan air mata di pipinya. Ia berjalan menghampiri qilla

"Berkorban ?" Tanya Angga parau persis seperti orang habis menangis
"Lo mau gw berkorban gimana lagi ?"
Qilla menundukkan kepalanya, matanya ia tutup rapat-rapat berusaha menutup celah agar air matanya tidak terlalu banyak keluar
"Waktu gw kebuang sia-sia cuma buat nunggu jawaban dari Lo. Apa Lo lupa sama perasaan yang pernah gw ungkapin" kali ini nada bicaranya sedikit meninggi

"Gw punya alasan kuat buat itu" jawab qilla pelan sambil mengangkat kepalanya menatap Angga penuh harap

Kini, untuk pertama kalinya qilla dapat melihat tatapan tajam Angga. Sungguh, qilla tidak ada maksud membuat Angga semarah itu

"G-gw....." Gugup qilla

Angga mengusap wajahnya gusar "la" panggil Angga sambil mencengkram kedua bahu qilla "kalo seandainya Lo gak mau terima gw, Lo bisa bilang" lanjutnya kembali melemah

"Bukan gituuuu......"

"Kalo cuma karna rasa kasihan Lo gak usah maksain"

"Bukan gitu ga"

Angga mengusap air mata qilla sambil tersenyum, sebenarnya qilla tahu saat ini Angga sedang menahan amarahnya

"Gw minta maaf" ucap qilla sambil menghapus air mata Angga pelan namun Angga segera menjauhkan tangan qilla dari wajahnya lembut. Qilla berhambur memeluk Angga namun untuk pelukan kali ini tidak ada balasan qilla dapat merasakan itu

"Biarin kaya gini dulu ya ga" pinta qilla dengan isakan kecil

1 menit
2 menit
3 menit

Drrrtttttt
Terdengar suara getaran dari saku celana Angga. Qilla melepas pelukannya membiarkan Angga leluasa menjawab panggilannya

"Ada apa bi ?" Tanya Angga pada orang dibalik ponsel

"............."

"Kok bisa ?" Tanya Angga dengan nada khawatir

".............."

"Ok sekarang juga Angga kesana" setelah itu Angga segera mematikan teleponnya

"Gw duluan ya" pamit Angga pada qilla dengan wajah yang terlihat begitu panik

"Kenapa ngga" tanya qilla penasaran namun Angga tidak menjawab pertanyaan qilla. Ia justru bergegas pergi meninggalkan qilla sendiri. Qilla menatap punggung Angga yang mulai menjauh

"Kok gw penasaran ya" gumam qilla. Tanpa ba-bi-bu qilla segera berlari ke arah mobilnya lalu mengemudikannya berusaha mencari sosok Angga

"Argh kok gak diangkat sih" kesalnya setelah menghubungi nomor Angga namun lelaki itu tak kunjung menjawab nya

"Gw khawatir ga" gumamnya sambil sesekali memukul kemudi mobil

Ku hanya diaaammm..... Menggenggam menahan segala kerinduan

Teruntuk para silent reader kalo rindu sama cerita ADINDA jangan dipendem yaa hhe. (Astaga PD syekalle aku)

Ok jangan lupa buat votte, COMMENT dan follownya ya

See you in my next chapter

ADINDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang