Chapter 10

99 63 21
                                    

ADIRA

Di kantor...

"Kenapa kantor ini sepi sekali? Dan pencahayaannya banyak dimatikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa kantor ini sepi sekali? Dan pencahayaannya banyak dimatikan. Apa para staff di pulangkan lebih awal?" aku mengamati seisi kantor ini.

"Apa perlu pak budi antar sampai ruangan tuan Dareen?"

"Tidak perlu pak budi pulang saja. Biar aku ke ruangannya sendiri saja" Tersenyum.

"Baiklah kalau gitu pak budi pulang ya Non, nona jaga diri baik baik, jangan sampai kandungannya terluka" berlajan keluar.

Perlahan aku mulai menelusuri setiap koridor lantai dan naik ke lantai ruangan Dareen.
_

Ternyata benar kantor ini sepi sekali. Kurasa Dareen mempulangkan staff lebih awal.

Sesampainya aku di depan pintu ruangan Dareen, aku mendengar tangisan seseorang dari dalam. Sepertinya Dareen menangis di dalam sana. Tanganku masih terus menggenggam gagang pintu.

Aku teringat kalimat Bunda Dareen ia berkata bahwa sekecewa apapun aku pada Dareen, namun jika dia menangis dia membutuhkan seseorang untuk memeluknya.

Aku meyakini diriku untuk membuka pintu. Aku membuang nafas dan mendorong pintunya. Dan betapa kagetnya aku melihat vas bunga yang sudah pecah berserakan di dekat pintu dan ruangan yang gelap. Serta Dareen yang menunduk memeluk kakinya di dekat jendela.

Di dalam rungan Dareen...

Dengan pencahayaan yang minim dari matahari terbenam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan pencahayaan yang minim dari matahari terbenam. Perlahan aku berjalan ke arah Dareen dan memeluknya.

"Tidak apa apa aku ada disini"

Aku memeluk erat Dareen yang sedang duduk di lantai dengan memeluk kedua kakinya.

"Ayo menangislah jangan malu. Ayo menangislah sampai kau puas. Ayo menangislah selagi ini membuatmu merasa tenang" aku mengusap rambut Dareen.

"Hiks... Hiks... Tetap disini... Hiks..." Dareen memelukku erat.

"Teruslah menangis, aku tetap disini, aku akan menemanimu" terus mengusap rambut Dareen.

story of my lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang