A ROMANTIC STORY ABOUT PARK JIHOON ( SUKHOON VER,)

eleven

[REMAKE] A Romantic Story About Serena by Santy Agatha
.
.
.
.

"Seorang pelacur harus diperlakukan seperti pelacur."

Kata-kata Hyunsuk yang diucapkan dengan nada dingin dan ketenangan menakutkan itu seolah-olah bergaung di ruangan yang hening itu.

Lelaki itu sudah melepaskan kemejanya, dan membuka ikat pinggangnya lalu meletakkannya di ujung ranjang. Matanya begitu dingin, ekspresi wajahnya tenang, terlalu tenang, hingga membuat Jihoon gemetar cemas.

"Kau....harus.....mendengarkan." Jihoon masih mencoba, meskipun melihat ekspresi wajah Hyunsuk, ia tahu ia tidak akan berhasil.

Hyunsuk terlalu marah, dia terlalu dibutakan oleh kemurkaan.

"Lepaskan kemejamu Jihoon." gumam Hyunsuk datar.

"Hyunsuk..."wajah Jihoon langsung pucat pasi mendengar perintah yang diucapkan tanpa ekspresi.

"Lepaskan."

Nada suara Hyunsuk begitu menakutkan. Mungkin Jihoon akan lebih berani menghadapi jika Hyunsuk berteriak-teriak marah dan membentaknya. Tetapi lelaki ini begitu tenang hingga menakutkan.

Dengan gemetar Jihoon melepas kancing demi kancing kemejanya. Menatap Hyunsuk dengan wajah memohon, tetapi lelaki itu tidak terpengaruh.

Setelah seluruh kancing kemeja Jihoon terlepas, dia berdiri sambil menggenggam kemejanya yang terbuka dengan kedua tangannya erat-erat, berlutut di ranjang itu, memohon balas kasihan kepada lelaki yang berdiri di tepi ranjang dan tampak kejam.

"Aku bilang lepaskan kemejamu, Jihoon."suara Hyunsuk tetap lembut dan terkendali, tapi entah kenapa Jihoon makin gemetar mendengarnya, dengan susah payah dia melepaskan kemejanya dan menjatuhkannya ke kasur, menatap Hyunsuk tanpa daya.

"Sekarang celananya."sambung Hyunsuk setelah mengamati tubuh Jihoon tanpa malu-malu, membuat seluruh wajah dan tubuh Jihoon merah padam.

"Tidak.....!"Jihoon berusaha membantah, dia tidak mau dilecehkan seperti ini.

"Aku bilang celananya!"suara Hyunsuk sedikit naik, tetapi tetap tenang. Matanya menatap tajam tak terbantahkan, hingga mau tak mau Jihoon bergerak melepaskan celananya, air mata mulai mengalir di mata Jihoon.

Hening cukup lama, Hyunsuk terdiam sambil menatap Jihoon tajam. Dan Jihoon berlutut di ranjang itu dengan tubuh gemetaran.

"Tidak!"dengan was-was Jihoon berseru, tanpa sadar tubuhnya beringsut ke ujung ranjang, ketakutan.

Sikapnya itu malah menyalakan api kemarahan di wajah Hyunsuk, lelaki itu sudah tidak setenang tadi.

"Kenapa tidak Jihoon? sudah tak terhitung berapa kali aku melihatmu telanjang, dan kau melakukan semuanya dengan sukarela kan? Demi uang tiga ratus juta..."suara Hyunsuk terdengar jijik, dia melangkah maju mendekati ranjang dan secara otomatis Jihoon langsung beringsut mundur menjauh.

"Aku membeli tubuhmu seharga tiga ratus juta, seharusnya tubuhmu itu bisa kupergunakan semauku, tetapi aku terlalu baik padamu, memberimu kemewahan, tidak menyentuhmu di saat kamu sakit, merawatmu....itu semua terlalu baik untukmu."Mata Hyunsuk tampak menyala.

"Dan kau pria murahan tak bermoral!Bukannya mensyukuri kebaikan hatiku, kau malah merayu sahabatku!"

"Kau salah paham Hyunsuk."Jihoon mulai menangis terisak.

Tetapi Hyunsuk tetap mengeraskan hatinya.

"Aku tidak mungkin salah paham dengan apa yang kulihat dengan mata kepalaku sendiri."Dengan gerakan secepat kilat Hyunsuk meraih kedua lengan Jihoon, sebelum Jihoon sempat menghindar dan menempelkan tubuh Jihoon ke tubuhnya sendiri.