Sixteen

1.1K 107 54
                                    


[REMAKE] A Romantic Story About Serena by Santhy Agatha
.
.
.
.

Hampir sebulan sejak kejadian itu, dan Hyunsuk menepati janjinya. Tidak menemui Jihoon lagi. Atas bujukan dan desakan Junkyu, Jihoon kembali bekerja di perusahaan Hyunsuk, lagipula bujukan Junkyu ada benarnya juga, Jihoon butuh gajihnya untuk menghidupi mereka semua.

Dan selama sebulan itu Hyunsuk, sang CEO menjadi orang yang paling sulit dilihat di kantor, jika tidak sedang melakukan perjalanan bisnis, lelaki itu mengurung diri di ruangan kerjanya dan tidak keluar-keluar. Sesekali Jihoon masih berpapasan dengan Haruto, lelaki itu masih bekerja di sini, Hyunsuk tidak jadi memecatnya, sepertinya dia dan Hyunsuk sudah berhasil menyelesaikan kesalahpahaman di antara mereka.

Dan Jihoon merindukan Hyunsuk. Dia sudah bertekad melupakan Hyunsuk, tetapi hatinya punya mau sendiri, kadang dia menatap lift khusus direksi yang menyambung langsung ke ruangan Hyunsuk dengan penuh harap. Berharap tanpa sengaja dia melihat Hyunsuk keluar dari sana, melangkah ke parkiran mobilnya. Tuhan tahu betapa ia bersyukur seandainya saja dia bisa melihat Hyunsuk, biarpun hanya satu detik, biarpun hanya dari kejauhan. Tapi entah kenapa Hyunsuk seperti punya pengaturan waktu sendiri agar tidak bertemu Jihoon.

Sore itu Jihoon melangkah memasuki apartemennya dengan lunglai, dia tidak enak badan, sedikit panas dan meriang, jadi dia minta izin pulang cepat. Ketika memasuki ruang tamu, dia mendengar suara tawa dari ruang tengah. Suara Yoonbin dan dokter Junkyu. Dokter Junkyu sudah mendapat ijin Hyunsuk menggunakan setengah hari kerjanya untuk melakukan terapi khusus pada Yoonbin. Terapinya sudah membuahkan hasil, Yoonbin sudah bisa menggerakkan jari-jari kakinya, sedikit mengangkatnya dan melatih saraf-sarafnya. Optimisme bahwa Yoonbin akan bisa berjalan lagi semakin besar.

Jihoon melangkah ke ruang tamu dan melihat Yoonbin sedang duduk di kursi rodanya sedangkan dokter Junkyu menuangkan teh untuknya, sepertinya session terapi sudah selesai. Yoonbin mendongak ketika merasakan kehadiran Jihoon dan tersenyum lebar, mengulurkan tangannya. "Hai sayang."

Dengan senyum pula Jihoon melangkah mendekat, menyambut uluran tangan Yoonbin, lelaki itu membawanya ke mulutnya dan mengecupnya. "Bagaimana session terapi kali ini?"tanyanya lembut.

Yoonbin tertawa dan Jihoon mengamatinya dengan bahagia, Yoonbin banyak tertawa akhir-akhir ini. Lelaki itu semakin sehat, warna kulitnya juga sudah putih sehat, tidak pucat pasi seperti dulu. Badannya sudah berisi dan tampak lebih kuat. Yoonbin sudah menjadi Yoonbinnya yang dulu, yang penuh tawa dan vitalitas, dengan semangat hidup yang memancar dari dalam dirinya. "Aku tadi sudah belajar berdiri, sulit sekali Jihoonie sampai keringatku bercucuran, tapi aku senang sudah sampai di tahap sejauh ini."jelas Yoonbin bahagia.

Jihoon membelalakan matanya senang. "Benarkah?"dengan gembira ditatapnya dokter Junkyu. "Benarkah dokter?"

Dokter Junkyu mengangguk dengan senyum dikulum. "Perkembangan Yoonbin sangat pesat Jihoon, aku optimis dia akan berjalan lagi." Dengan bahagia Jihoon memeluk Yoonbin erat-erat.

"Oh aku bangga sekali mendengarnya sayang!"serunya dengan kegembiraan murni.

Tapi tiba-tiba Yoonbin melepaskan pelukannya dan menatap Jihoon sambil mengerutkan alisnya. "Sayang, badanmu panas."

Gantian Jihoon yang mengerutkan keningnya lalu meraba dahinya sendiri. "Benarkah? Aku memang merasa tidak enak badan, makanya aku pulang cepat."

Dengan cemas, Yoonbin menoleh ke arah Junkyu. "Dokter, badannya panas bukan?" Junkyu segera mendekat dan menyentuh dahi Jihoon lembut. "Benar, kau panas Jihoon, apakah kau terserang flu?".

Jihoon menggelengkan kepalanya. "Tidak, saya tidak pilek ataupun batuk dokter, tapi ada masalah dengan perut saya, akhir-akhir ini saya sering memuntahkan makanan yang saya makan, makanya badan saya terasa lemah dan..."

A ROMANTIC STORY ABOUT PARK JIHOON ( SUKHOON VER,)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang