Gadis berperawakan tinggi semampai dengan rambut tergerai yang ditata dengan gaya Messy hair berwarna pink lava menterengnya tersebut berjalan mendekati gerbang kedatangan. Pesawat yang membawanya dari negara dimana ia menghabiskan separuh dari usianya untuk menetap di sana, Australia, baru saja mendarat di negara tempat kedua orangtua serta saudarinya tinggal beberapa tahun terakhir, Korea Selatan.
"HOI ROSÉ!" Pekik seorang pemuda berkulit pucat dengan surai pirang sambil menenteng sebuah banner bertuliskan namanya dan melambaikan tangan kanannya heboh.
Beberapa orang yang kebetulan ada di dekat sana pun sontak memusatkan perhatian mereka pada kedua makhluk berbeda warna rambut itu.
Gadis dengan surai pink lava yang pertama menyadari situasi di sekitarnya pun mengumpat sembari menunduk dan berjalan ke arah si pirang dengan emosi yang sudah sampai ke ubun-ubun.
"Astaga, aku benar-benar malu."Setelah sampai di hadapan si pemuda pirang yang kini tengah memamerkan senyum bodohnya itu pun ia segera berbalik dan menggumamkan kata-kata maaf sembari tersenyum kaku atas kegaduhan yang telah diciptakan oleh si pemuda pirang tadi.
Plak.
"Awwhh."
Si gadis dengan surai pink lava dan riasan mata gelap itu menampar kuat lengan pemuda di hadapannya.
"Kok gue yang digebuk?" Tanya pemuda itu sembari mengelus lengannya.
"Lo bikin malu tau gak! Nih bawain koper gue! Mobilnya yang mana?!" Ujar gadis itu dengan nada yang tidak bisa dikatakan halus tersebut.
"Ngamuk mulu! Serangan jantung baru tau." Gerutu pemuda itu pelan yang dapat ia pastikan gadis di depannya itu tidak akan bisa mendengarnya.
Gadis yang berpakaian serba hitam seperti sehabis kembali dari upacara pemakaman dengan warna rambut pink lava mentereng itu sudah berjalan dengan tas gitar di gendongannya menjauhi pemuda berambut pirang tersebut.
Pemuda itu pun cepat-cepat menyusul dengan menggeret koper besar milik gadis itu.
"ROSÉ! PARKIRAN MOBILNYA DI SEBELAH KIRI!!" Pekik pemuda itu sekali lagi saat melihat Rosé -gadis berambut pink lava mentereng itu- keluar dari jalur dan hendak berbelok ke arah kanan.
Sepertinya pemuda itu tidak belajar dari pengalaman sebelumnya, mereka berdua pun kini kembali menjadi pusat perhatian.
💐💐💐
"Kelamaan hidup di tengah hutan ya lo sampai-sampai gak tau malu teriak-teriak kayak Tarzan gitu di tengah bandara?!" Ucap Rosé sambil menekan keinginan dalam dirinya untuk menjentukkan kepala si pemuda pirang itu ke stir kemudi."Kan biar lo gak celingak-celinguk lagi cari jemputan. Lagian harusnya lo tuh bilang makasih gitu ke gue atau gak apresiasi apalah gitu karena udah mau repot-repot jemput lo, bukan ngomel-ngomel gak jelas gini. Masih untung gue jemput."
"Gue kan gak ada minta buat dijemput, lo nya aja yang sok-sokan Chris."
"Ya, sama-sama." Ucap pemuda yang di panggil Chris itu dengan gurat wajah yang masam.
Mobil yang mereka tumpangi dengan Chris yang duduk di balik kemudi itu pun berjalan dengan suara deru mesin yang mengiringi alih-alih suara radio, membelah temaramnya kota Seoul malam ini.
Perjalanan yang memakan waktu kira-kira 45 menit itu pun akhirnya sampai di parkiran milik sebuah rumah sakit swasta terbesar yang terdapat di kota Seoul tersebut.
Rosé kembali berjalan mendahului Chris dengan menggendong tas hitam gitarnya, membiarkan Chris kembali bersusah payah menggeret koper besar berwarna senada dengan rambutnya itu, pink lava.
Langkah kaki Rosé pun terhenti di hadapan pintu berkelir putih khas ruang rawat inap yang kini tengah tertutup rapat itu tanpa tanda-tanda akan mengetuk pintunya, gadis itu merasa kehilangan seluruh energi dalam dirinya saat tangan kanannya terangkat ke udara hendak mengalunkan ketukan pada pintu tersebut."Kenapa gak diketuk?" Tanya Chris yang baru saja sampai, berdiri di belakang punggung Rosé.
Gadis itu mundur beberapa langkah, kembali mensejajarkan diri dengan Chris. "Lo aja yang ketuk." Tawarnya sambil mendorong pundak Chris ke arah pintu dan beralih menggenggam erat gagang koper miliknya.
Alis Chris bertaut namun setelahnya ia pun mengetuk pintu itu sesuai dengan usulan Rosé tadi.
Tok tok.
Chris yang membuka pintu itu pun berjalan lebih dulu dan membuat tubuh Rosé pun kini terhalang oleh badan bongsornya Chris.
Dari balik punggung Chris Rosé dapat melihat seorang gadis terduduk di atas ranjang rumah sakit dengan senyum yang merekah sampai ke mata bahkan saat punggung tangan kirinya itu tertancap jarum infus atau juga kedua lubang hidungnya yang saat ini tersumpal selang ventilator sekalipun, senyum itu tetap tidak luntur.
"Chan! Apa Rosé sudah sampai? Apa kau yang menjemputnya?" Tanya gadis itu nada riang, dia sangat antusias.
Rosé yang mendengar itu pun tersenyum tipis dengan genangan air yang tertahan di pelupuk matanya.
Ia menggeser tubuh ke arah yang berlawanan dengan Chris.
"Hai Chaeng." Ucap Rosé sembari melempar senyuman hangatnya pada sang saudari kembar.Tbc!
N/A:
Selamat malam!
Aku dateng bawa buku lain, anak kedua aku :)).Rencananya ini bakal jadi buku selingan semisal Evanescent belum bisa update, happy reading!
[Ditulis 23 Maret kemarin tapi baru berani publish hari ini.]
KAMU SEDANG MEMBACA
Replacement Bride
Fanfiction💐 Niat awal seorang Roseanne Park menginjakkan kaki kembali ke tanah kelahiran kedua orangtuanya adalah untuk memenuhi undangan pernikahan milik saudarinya, bukannya untuk menikah dengan seorang pemuda yang bahkan tidak ia kenal siapa gerangan. Ros...