"Gila!" Desis Jungkook tak percaya, sependek pengetahuannya gadis yang telah ia kencani selama 3 tahun setengah itu memang punya seorang saudari perempuan, tapi ia tak pernah menyangka bahwa saudari yang dimaksudkan Chaeyoung waktu dulu itu adalah kembarannya.
"Dimana Chaeyoung sekarang? Gue harus tanya ke dia dan juga orangtuanya kenapa mereka malah ngirim lo buat jadi pengantin gue dan bukannya Chaeyoung yang jelas-jelas calon istri gue." Ucap Jungkook penuh penekanan.
"Gak usah lo cari dia lagi!" Ujar Rosé bersamaan dengan aksi mendorong kedua bahu milik Jungkook dengan mengerahkan seluruh tenaganya sehingga kungkungan pria itu padanya kini terlepas.
Jungkook meringis pelan tapi hanya sebentar sebelum kembali menatap gadis yang ada di hadapannya itu, Rosé.
"Kenapa?! Dia sengaja kabur? Kenapa dia tega ninggalin gue dengan semua persiapan pernikahan itu? Ck, atau jangan-jangan dia sengaja karena udah punya yang lain?"
Kalimat terakhir yang Jungkook lontarkan itu sontak menyulut kembali emosi Rosé.
"Gak tau diuntung, dasar sampah! Udah ditolongin bukannya ngomong makasih malah nuduh orang macem-macem""Buat apa gue bilang makasih?" Masih dengan tatapan tajamnya yang jelas terarah pada si pemilik surai pink lava.
Mendengar penuturannya itu membuat Rosé makin merasa gelap mata dan melangkah cepat mendekati Jungkook.
"Bahkan disaat terakhir, dia masih sempet mikirin lo! Dia gak mau ngerusak konsentrasi lo yang lagi sibuk ngurus printilan pernikahan, dia juga gak mau buat keluarga lo malu kalau pernikahannya dia batalin gitu aja."
"Kurang baik apa kembaran gue sama lo dan keluarga lo itu HAH?!" Tanya Rosé dengan suara yang meninggi dan kedua tangan yang mencengkram kuat kerah kemeja Jungkook.
"Tapi gak seharusnya dia ngirim lo buat gantiin dia. Kalau dia emang belum siap nikah kenapa gak bilang? Gue bisa undur waktu pernikahannya sampai dia bener-bener siap, bukannya malah tuker posisi sama lo, kembarannya." Jungkook mengucapkannya dengan susah payah karena Rosé yang masih mencengkram kerah kemejanya dan beberapa kali mengguncang cengkraman pada kemejanya itu.
Jungkook bukannya tidak bisa melawan, ia bisa saja balik mencekik gadis di hadapannya itu. Tapi sayang, ajaran yang telah diberikan oleh ibunya selama ini tentu tidak akan membenarkan tindakannya itu.
"Chaeyoung udah gak ada. Puas lo?!" Ujar Rosé dengan muka yang sudah memerah padam dan riasan mata yang sedikit luntur karena terkena cipratan air yang menggenang di pelupuk matanya.
"Alibi lo kelewatan, jangan jadiin kematian buat nutupin kebohongan lo dan kembaran lo."
"Itu. Bukan. Alibi!" Ucap Rosé berapi-api.
"Chaeyoung baik-baik aja, gue bahkan sempet telponan sama dia kemarin."
"Lo ngibulin gue kan?" Tuduh Jungkook.
"Cih, gue bener-bener ngerasa ketipu." Ucapnya sambil berdecih."Siapa yang ngibulin Lo?!"
"Bener-bener ngerasa ketipu, mata lo! Jangan sok jadi pemeran yang paling dirugikan! Gue juga korban!" Ucap Rosé dengan lantang seraya menarik kembali kerah Jungkook dan menggeretnya keluar apartemen setelah mengunci pintunya tanpa mengindahkan lagi banyaknya pasang mata yang memperhatikan mereka atau bahkan repot-repot menyingkap ujung gaunnya yang terjuntai di lantai hingga membuat Rosé beberapa kali limbung karena tak sengaja terinjak olehnya maupun Jungkook yang tengah digelandangnya.Brakk.
"Arghh ... Uhukk bisa santai gak sih? Lo mau bawa gue kemana?!"
Jungkook dibanting begitu saja ke jok penumpang bagian depan dan Rosé sendiri yang mengisi jok di balik kemudi.
Rosé tak menjawab pertanyaan Jungkook, ia mulai fokus menginjak pedal gas, menjalankan mobil itu dengan kecepatan penuh dan juga ugal-ugalan, jujur saja ia sudah lupa bagaimana cara berkendara yang baik dan benar mengingat selama di Australia ia terbiasa membawa mobil seperti ini akibat tuntutan pekerjaannya sebagai pebalap mobil ilegal.
Sementara Rosé tengah fokus berkendara, Jungkook sendiri sedang dilanda shock berat dengan satu tangannya menggenggam erat gagang di atas kaca mobil itu juga tangannya yang lain pada sabuk pengaman seraya merapalkan beberapa doa yang ia hapal di luar kepala.
"Lo mau ngajak gue mati?!" Tanya Jungkook dengan suara yang menggelegar agar Rosé dapat mendengarnya.
Rosé menoleh ke arah Jungkook sebentar sebelum kembali fokus ke jalanan yang untungnya sepi itu.
"Kenapa enggak?" Jawabnya sambil mengulas senyum dan kembali menambah kecepatan mobil tersebut."Orang gila!" Hardik pemuda bergigi kelinci itu.
💐💐💐
Jungkook langsung terduduk lemah di atas jalanan beraspal tepat setelah mobil yang dikendarai oleh Rosé berhenti disebuah tempat yang ia ketahui sebagai tempat pemakaman."Dia beneran mau ngajak gue mati." Gumam Jungkook seraya menatap gerbang besar yang menjulang tinggi di depannya.
Greb.
Jungkook kembali merasa pasokan udaranya menyempit karena lagi-lagi Rosé menarik kerah kemejanya membuat pemuda bergigi kelinci itu bangkit dari posisi terduduknya.
"Gak bisa lebih manusiawi lagi apa?! Gue bukan kambing yang digeret-geret!"
Rosé tak menjawab tampaknya gadis itu tak mendengar seruan protes yang dilayangkan Jungkook itu atau mungkin pura-pura menulikan kedua telinganya.
Rosé semakin menggeretnya masuk ke dalam lingkungan tempat pemakaman tersebut.
Dalam posisinya yang seperti ini, Jungkook hanya bisa mengernyitkan dahinya sembari menatap ngeri batu-batu nisan yang ada di sana.
Ni cewek ngapain sih bawa gue malem-malem ke makam. Mau jadi Hunter? Pemburu hantu?
Jungkook masih berperang dengan pikirannya.
"Lo cari Chaeyoung kan?" Tanya Rosé menyadarkan Jungkook dari lamunannya.
Jungkook pun menelan kasar salivanya setelah mendengar pertanyaan dari Rosé, ia berharap pernyataan yang akan diungkap oleh Rosé nanti tidak sama dengan apa yang kini tengah ia pikirkan.
"Dia ada di sana." Tunjuk Rosé pada satu gundukan yang masih baru dan terdapat banyak sekali bunga-bunga cantik yang menyelimutinya dengan nisan bertuliskan nama sang kekasih. 'Park Chaeyoung'.
Cengkraman pada kerah kemejanya terlepas seketika itu juga ia luruh ke tanah yang tadi dipijaknya dengan mata yang berkabut menatap makam yang kini berada tepat di hadapannya.
Tbc!
KAMU SEDANG MEMBACA
Replacement Bride
Fanfiction💐 Niat awal seorang Roseanne Park menginjakkan kaki kembali ke tanah kelahiran kedua orangtuanya adalah untuk memenuhi undangan pernikahan milik saudarinya, bukannya untuk menikah dengan seorang pemuda yang bahkan tidak ia kenal siapa gerangan. Ros...