07

664 112 55
                                    

Maaf untuk segala typo..

selamat membaca :)

.

.

.

Pukul dua dini hari, Taehyung masih tidak bisa menyelami alam mimpi. Kalimat terakhir sang isteri sebelum mengurung diri di kamar membuatnya gelisa. Apa benar wanita itu telah jatuh cinta padanya ? padahal dulu Taehyung sudah bilang untuk jangan mencintainya. Tapi mengapa wanita itu tidak pernah mau mendengarkannya ?

Kepalanya berdenyut nyeri, Taehyung tidak ingin Sohyun mencintainya. Karena bagaimana-pun, dirinya tidak mungkin membalas perasaan itu. Taehyung sudah punya Hyejin di hatinya. Tapi, jika memang begitu, jika memang hanya Hyejin saja yang ada di hatinya. Lalu mengapa otaknya tidak pernah mau berhenti memikirkan Sohyun? mengapa dirinya harus menyiksa tubuh yang jelas-jelas punya hak untuk beristirahat hanya untuk memikirkan wanita itu ? dan mengapa dia tidak terima saat wanita itu berujar akan mencoba mencintai lelaki lain.

Katakan saja Taehyung egois. Dia tidak bisa membalas perasaan Sohyun, karena dia harus menjaga perasaan kekasihnya. Tapi dia juga tidak ingin jika wanita yang baru saja mengatakan cinta padanya itu, mencintai lelaki lain.

Dibagian kamar yang lain, Sohyun-pun tak jauh berbeda dengan sang suami, wanita itu bahkan tidak bisa memejamkan matanya. Keadaannya cukup berantakan, matanya sembab, hidung serta pipinya sedikit memerah. Sohyun rasa sudah terlalu banyak air mata terbuang malam ini karena kalimat asal-asalannya sore tadi. Bagaimana bisa Sohyun mengatakan akan mencintai Jimin dan mengajak Taehyung cerai setelahnya. Wanita sampai sekarang bahkan tak berhenti mengerutuki dirinya sendiri.

Sohyun menatap dirinya dari pantulan kaca di depannya. "Kau sangat menyedihkan, Kang Sohyun. Kau menangisi pria yang bahkan tidak mencintai dan tidak bisa menghargaimu sama sekali." Wanita itu lalu tersenyum getir dan mengusap kasar air matanya yang kembali jatuh. "Tidak, Sohyun. Berhenti menangis. Kau harus menjadi kuat mulai hari ini. Jangan pernah tunjukan lagi air mata dan tatapan lemah ini di depan suamimu."

.

.

.

Pagi itu berjalan seperti biasa seakan tidak ada teriakan dan tangisan sebelumnya. Sohyun menyiapkan coklat panas dan roti dengan selai stoberi kesukaan Taehyung.

"Oh, selamat pagi suami." Sapa Sohyun sambil tersenyum saat melihat Taehyung yang sudah rapi dengan setelan kantornya.

Sedangkan Taehyung, pria itu nyaris kehilangan keseimbangan saat menuruni tangga karena sapaan dan senyum dari wanita yang sedang menata meja makan tersebut. Wanita itu masih memakai kaos putih pendek dengan training hitam panjang, rambutnya di cepol asal.

"Duduklah, aku sudah menyiapkan sarapanmu." Senyum itu tak luntur sedikitpun walaupun Taehyung dapat melihat adanya lingkaran hitam di sekitar mata wanita itu. Tak mau ambil pusing, Taehyung segera duduk lalu menikmati sarapannya.

"Kenapa menatapku seperti itu ?" tanya Taehyung yang merasa sedikit risih atau mungkin gugup karena tatapan dari Sohyun.

Sohyun lagi-lagi hanya tersenyum, Taehyung jadi berpikir jika wanita itu mendadak menjadi tidak waras.

"Aku masih waras, kok. Kau tenang saja. Aku hanya senang karena kau menikmati sarapanmu." Ucap Sohyun seolah tahu apa yang sedang ada di pikiran suaminya itu.

Belum hilang keterkejutan karena wanita itu seolah bisa membaca pikirannya, Taehyung kembali di buat terkejut bahkan hampir tersedak saat Sohyun berujar, "Mau aku siapkan bekal ? Aku sudah membuat nasi goreng kimchi, nanti kau bisa membaginya dengan Hyejin di kantor. Siapa tahu dia belum sarapan. Aku dengar dia sangat sibuk, pagi-pagi sekali sudah harus ke ruanganmu. Dia pasti tidak sempat sarapan karena harus mengurusmu__, Ah, maksudku mengurus pekerjaan di kantor."

Without You ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang