Bel pulang sekolah berbunyi, irama debuman kaki para murid menyertainya, seperti beribu-ribu ayam lepas (?)
"OIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII!!!!!!!!!!"
Supra menutup telinganya karena teriakan itu nyaris merobek gendang telinganya.
"apaan sih??? Ehh? Viona? Lama nggak ketemu."
Supra berbalik dan auto kalem karena yang memanggilnya barusan adalah cewe (pilkas)
"iya juga ya... sejak aku pindah ke kelas D ya?"
"ngomong-ngomong kenapa kamu pindah kesana?"
"sebenernya ganti suasana aja sih..."
Supra menyeritkan dahinya heran, kemudian lanjut berjalan diikuti Viona.
"btw rumah kamu dimana? Kayaknya aku jarang liat kamu sama temenmu yang lain deh."
"lumayan deket sekolah sih... kamu sendiri dimana Supra?"
"aku... lumayan jauh sebenernya..."
"kok jalan kaki?"
"kadang naik motor, tapi kalo lagi mood ya jalan kaki aja."
"oh.. gitu ya?"
Hening menyelimuti mereka untuk beberapa saat, sampai mereka tiba di gerbang sekolah, Viona memilih untuk berjalan mendahului Supra. Di saat Viona sudah menjauh, Veltro tiba-tiba saja berada di belakang Supra.
"maaf mengganggu. Supra, apa kau ada waktu?"
Supra menoleh kebelakang dan nyaris jantungan karena mata merah milik Veltro bersinar dipandangannya.
"v-velt... kamu... kenapa-"
"aku baik-baik saja. Tapi seharusnya aku yang bertanya akan hal itu."
Veltro menutup mata merahnya menggunakan sehelai kain putih.
"kenapa? Aku baik-baik saja kok."
"bahkan ketika salah satu keluargamu hilang?"
Supra terdiam, dan memandang Veltro. Namun tidak lama hujan dengan nistanya turun tiba-tiba.
"a-ah!!! Hujan!! Aku lupa bawa payung!!!"
"aku juga lupa."
Supra sweatdrop melihat wajah Veltro yang masih datar walau beberapa tetes air hujan mengenai seragam putihnya.
"sebaiknya kita berteduh sejenak."
"t-tunggu! Jangan tarik aku!"
Tidak menghiraukan ucapan Veltro, Supra terus berlari dan menariknya menuju kedepan toko yang kebetulan sedang tutup.
"kita berteduh disini saja ya?"
"terserah."
Walau samar, tapi Supra yakin dia melihat wajah Veltro memerah sebelum dia bersin-bersin.
"kau sakit? Kenapa berangkat sekolah?"
"aku tidak sakit kok, aku hanya tidak tahan dengan dingin..."
Veltro memeluk tubuhnya sendiri dan mengigil kedinginan.
"kau tidak tahan dengan dingin? Tapi saat itu Yoru hujan-hujanan..."
"Yoru hanyalah tubuh tanpa nyawa, tentu saja dia tidak bisa merasakan dingin."
Supra terdiam dan memandangi Veltro sejenak. Setengah seragamnya basah sehingga terlihat lengan Veltro cukup ramping untuk ukuran laki-laki, belum lagi surai birunya yang basah terkena hujan. Sungguh menggoda iman//plakkk//
KAMU SEDANG MEMBACA
a criminal's afection
Fanfictioncerita tentang bagaimana Supra menjalani kehidupan sehari-harinya dan membalaskan dendam sang ibu. tapi, di sekolah barunya dia memiliki teman baru. seorang lelaki cantik yang ternyata memiliki sisi dalam yang berbeda dari yang dia bayangkan penasar...