13# Aksara Lara

267 49 10
                                    


***
Dikala Arunika mendekap Bumantara
Dikala itu pula Asahi teringin pulang bersama Swastamita

Asahi lelah dipepah

Oleh dia yang katanya seorang Ayah

***

Aga berdecak kesal sesaat setelah mengusap-usap muka bantalnya dengan kasar. Kira-kira Orang gila mana lagi yang gedor-gedor jendela kamarnya pada pukul setengah tiga dinihari. Ia berjalan selayaknya orang linglung, setelah tirai jendela ia sibak--disana Aga menemukan Asahi tengah menempelkan hidung dan bibirnya pada kaca gelap milik Aga.

Awalnya Aga terkejut karena sempat mengira yang tengah berada dibalik jendela kamarnya adalah babi ngepet. Taunya manusia kurang kerjaan macam Asahi datang.


"Ana opo goblok?! Nggak ngotak ya lo, main ke rumah orang pagi-pagi buta gini!" Aga berkata begitu setelah membuka jendelanya, sembari tangannya masih sibuk mengucek beleknya. Hitung-hitung mengumpulkan setengah nyawanya yang lain.

Sementara Asahi merasakan tulang-tulangnya semakin ngilu tatkala angin malam berhembus menabrak kulit pucatnya.

"Mau numpang."

"Numpang opo cok?"

Aga tertegun sesaat setelah Asa melompat dari jendelanya untuk masuk ke dalam kamarnya, melihat betapa kacaunya penampilan cowok itu saat ini. Pemuda itu melirik pada hasta Asahi yang membiru, lantas tanpa sengaja netranya menangkap pergerakan kaki nya itu penuh luka.

"Maap maap aja nih ye, bukannya mau ngatain--tapi kok lo persis gembel sih?" Aga menggaruk keteknya yang gatal dengan sangat khidmat tanpa memedulikan tatapan datar dari Asa.

"Lo barusan ngatain gue?" Asahi merotasikan bola matanya sembari berjalan menuju kamar mandi milik Aga.

"Lo mau ngapain?" Aga mengikuti pergerakan Asahi yang sibuk menggeledah lemari miliknya. Aga lantas melirik pada jam weker diatas nakas yang baru menunjukkan pukul tiga dinihari. Mungkinkah Aga terlalu bodoh untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi pada Asahi? Ia ingin bertanya perihal 'kenapa' atau 'ada apa'. Tapi lagi-lagi ia hanya mampu menunggu Asahi untuk sukarela menceritakan kepedihan nya selama ini kepadanya.

"Gue pinjem baju lo yang ini! Tumben Ga, lo punya baju bagus?!"

"Lo mau nanya apa ngehina gue?" Aga menatap sinis manusia yang kini masih plonga-plongo di depan lemari.

"Dua-duanya."

"Karepmu cok." Aga kembali membanting tubuhnya diatas tempat tidur. Tanpa memedulikan suara ricuh Asahi yang kini sudah berada di kamar mandi. Entah itu dari gayung yang sengaja dijatuhkan atau Asahi yang protes dengan sampo yang tersisa di kamar mandinya.

"Pantes lo mirip lekong Ga, sampo lo sunsilk hijab ternyata!" Asahi terkekeh di dalam sana.

"Bacot! Yang penting wangi." Aga berusaha menulikan telinganya, namun tak bisa sebab sedari tadi Asahi terus mengomentari peralatan mandi miliknya. Agaknya pemuda itu tengah simulasi untuk menjadi salah satu komentator di kontes bintang pantura.

Aga mengenal Asahi sejak mereka mulai mampu membaca untaian kata demi kata disaat tk. Dan entah bagaimana, ada yang terasa asing dalam tatapannya saat Aga baru membuka jendelanya tadi. Aga memang masih mengantuk, namun bukan berarti Aga tak mengamati airmuka panodya itu.

Senandika Untuk Asa | Hamada Asahi [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang