***Asa marah dalam diamnya
Namun, entah pada siapa
Semesta yang selalu mempermainkan takdirnya
Atau Dia yang mencipta kubangan luka.***
Asahi memutuskan untuk pulang saja. Ia dan Aga berpisah di Indoapril setelah Aga memilih untuk nongki-nongki asoy sama Javier and the gank. Dia sih males kalau harus satu circle sama Javier. Meskipun dia tahu satu fakta tentang preman bojong gede itu.
Asahi benar-benar seperti gelandangan saat ini.
Keesokan harinya, setelah bekas pukulan dari Ayah sudah lebih baik dari hari sebelumnya--Asahi pergi ke sekolah. Dan disambut oleh tendangan pada tulang keringnya oleh Ben.
"Lo bolos anjing kemaren. Nggak ngajak-ngajak?!" Lantas rangkulan bersahabat diberikannya pada Asahi.
"Kenapa gue harus ngajak elo?" Asa membalas cuek sembari meletakkan tasnya dan memeriksa lacinya. Dahinya terlipat saat mendapati bungkusan nasi dengan sticky notes disana. Ah, pasti dari cewek bodoh itu.
"Kita pan bespren poreper." Ben berucap lantang sembari ongkang-ongkang.
"Najis."
Asahi tersenyum tipis lantas membuka nasi campur itu dan memakannya. Karena tadi pagi Ia belum sarapan. Terjadi perang Dingin antara dirinya dan kedua orangtuanya. Sementara Ben melotot mendapati guru mata pelajaran sudah masuk ke kelas tak berselang lama.
"Ada guru cok." Ben berbisik.
"Kenapa? Biarin aja." Asahi masih menikmati nasi campur itu dengan khidmat. Tanpa memperdulikan tatapan tajam dari sang guru. Teman-teman yang lain juga ikut menatap anak itu dengan ngeri. Berani-beraninya si gembel Asahi itu. Padahal statusnya disini masih terbilang murid baru.
"Saat proses KBM dimulai, siswa tidak diperkenankan makan di dalam kelas!!" Tegas gurunya.
Asahi mengakhiri kegiatan makan nya dan beranjak dari tempat duduk nya.
"Kalau begitu saya permisi?!" Asahi menunduk di depan sang guru dengan senyum lebar. Tampak bahwa dia sangat senang untuk tidak mengikuti pelajaran pagi ini. Bukankah itu adalah ciri-ciri murid kurang ajar?
***
Gelaknya terbawa anila. Diatas sana, ada tiga cowok bodoh yang tengah menghabiskan waktu jam pertama di rooftop. Asahi menjadi salah satunya diantara David dan Hanis. Hanis dan David adalah salah satu bukti nyata dari kata-kata don't judge the book by cover. Antara tampang dan otak udang yang mereka miliki sangat tidak sinkron.
"Nih si minceu gabut kali ya. Tumben banget gosip nya nggak berbobot." Gerutu David setelah melihat salah satu postingan akun lambe turah yang dia ikuti. Ganteng-ganteng gini, David nggak mau ketinggalan gosip gosip masa kini.
"Coba lihat!" David menyodorkan hengpon nya pada Hanis.
Asahi masih melanjutkan sarapannya dengan begitu khidmat. Sebiasa apapun rasanya, kalau Laluna yang ngasih jadi terasa luar biasa. Dibandingkan dengan nasi padang, Nasi campur jadi lebih berkali-kali lebih nikmat kalau itu dari Laluna.
"Foto masa kecil tersebar, Model ini banjir pujian." Ejanya.
"Lo nggak tau dia siapa?" Hanis menatap kedua kawannya itu bergantian. Namun David hanya menggeleng acuh.

KAMU SEDANG MEMBACA
Senandika Untuk Asa | Hamada Asahi [✔]
Fiksi RemajaKetika langit mulai mengabu, lantunan sendu untuk Asahi mengudara. Tepat saat biru lukanya mampu menepikan mendung-mendung diatas sana. Membawa sajak-sajak luka dari Laluna untuk pergi menemuinya. [Proses Revisi] ©Sembilanxxx, 2021 [Senandika Untuk...