Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Bianglala ada disana Bersemu bersama gradasi warna Menatap malu-malu dibalik purnama Salam rindu, untuk Aswanda.
***
"Namanya Hamada Asahi." Seorang laki-laki bertubuh tegap disertai wajahnya yang beku berkata seperti itu pada laki-laki yang tengah duduk membelakangi di kursi kerjanya. Hampir sama seperti sinetron-sinetron pada umumnya.
"Menarik. Jadi kapan dia akan bergabung di label saya?" Suara bariton itu memenuhi ruangan berwarna putih susu itu.
"Saya akan membawa anak itu kesini secepatnya tuan," Laki-laki itu menunduk sebagai tanda penghormatan.
"Bagus. Bawa surat yang pernah ditandatangani Andika sepuluh tahun yang lalu kemari!" Laki-laki yang disebut tuan itu tampak membenarkan posisi kacamata hitam yang bertengger pada batang hidungnya.
"Maaf tuan, tapi sepertinya itu sedikit sulit. Karena sepuluh tahun yang lalu, itu masa yang terlalu lampau dan mungkin membutuhkan waktu yang lumayan lama. Mengingat begitu banyaknya draft milik mereka yang terbilang cukup banyak."
Brakk.
Meja digebrak dengan kuat, membuat Laki-laki bertubuh tegap sedikit terjingkat kaget. Lantas menunduk dalam, mungkin dalam penuturannya sedikit menyinggung tuannya.
"Saya tidak ingin tahu, bawa bocah itu BE-SOK kesini!!!"
"Dan temukan surat persetujuan itu secepatnya, atau nyawa kamu penggantinya."
Dia meneguk ludah kasar. Lelaki di depannya ini memang benar-benar licik dan berbahaya. Kalau bukan masalah finansial yang dialami keluarga kecilnya, dan juga membutuhkan uang untuk perawatan anaknya yang tengah sakit dalam. dari awal dia tidak ingin berurusan dengan psikopat gila dan label ilegalnya ini. Laki-laki yang disebut tuan bernama Taksanaga, seseorang yang mendirikan perusahaan yang menaungi pembunuh bayaran kelas atas. Pembunuh-pembunuh yang dinaungi bukan pembunuh bodoh modal amarah. Semua jejak yang sejauh ini tak begitu kentara. Sebenarnya adanya hitam diatas putih pun sia-sia. Mereka bisa disebut sekumpulan psikopat yang beruntung karena mampu menghasilkan pundi-pundi uang yang tidak bisa dibilang kecil jumlahnya. Selain erangan kesakitan yang menyerupai alunan musik yang indah, melihat darah yang mengalir serta ukiran-ukiran yang diciptakan pada bagian tubuh korban adalah candu bagi mereka.
Tidak ada ruginya untuk mereka bergabung dengan Taksanaga corporation.
Taksanaga sudah menantikan saat-saat ini, masa dimana Hamada Asahi beranjak dewasa. Lusa, dia akan mengadakan pertemuan rahasia dengan client utamanya untuk sebuah kontrak kerjasama-dan dia perlu bocah itu. Hamada Asahi.