▒᳢𝟶 𝟺 .᳢᳟⇀

154 26 0
                                    


Aku terduduk sambil memakan sandwich yang dibuat yves untuk sarapanku. Ia meninggalkanku untuk menjawab telfon. Tapi kemudian ia kembali dan menyerahkan ponselnya padaku.

"Daddy kamu."

Aku mendekatkan mulutku pada microphonenya.

"Ya?"

'Malam ini, akan ada acara makan malam.. buat ngerayain ulang tahun kamu.'

"Engga. Arlene mau ke makam mommy.."

'Iya pulang dari makam, kita makan malem ya..'

"Terserah."

Aku berhenti mengunyah sandwichku dan menggendong ranselku. Aku keluar meninggalkan yves, lalu menunggunya di dalam mobil sedan hitam miliknya.

➿➿➿

Benar saja. Sepulang dari makam, daddy menyuruhku mengganti pakaian menjadi dress berwarna peach. Ia menyuruhku pergi bersama yves, karena ia akan pergi ke kantornya sebentar.

Aku duduk di salah satu ruang makan vip di sebuah restoran eropa. Hanya aku dan yves. Kali ini, yves tidak terlihat banyak bicara karena merasakan suasana hatiku yang buruk.

"Arlene.. ada masalah?"

"Engga. Aku cuman lagi marah sama daddy."

Yves hanya mengangguk dan kembali terdiam. Beberapa saat kemudian, pintu ruangan terbuka. Menampilkan daddy yang juga sudah mengganti setelannya. Bersama..

seorang wanita..

Wanita yang tadi malam..

Ia mengekori daddy di samping kanannya. Ia juga menenteng tas kerja daddy di tangannya.

Sebelum duduk, daddy menarik kursi yang berada di hadapanku, dan mengintruksi wanita itu untuk duduk. Kenapa daddy menaruhnya dihadapanku!? Sedangkan ia duduk di hadapan yves.

"Perkenalkan, saya sekretaris baru tuan choi. Nama saya kim minjeong, tapi, panggil saja winter." Ucap wanita itu lembut.

Ia menaruh tas kerja daddy, dan melipat tangannya diatas meja. Jari lentik itu.. bahkan aku jijik melihatnya. Aku hanya menatapnya datar, tanpa membalas ucapannya.

"Arlene, yves, perkenalkan diri kalian juga.."

"Aku yves, adik ipar san." Ucap yves singkat.

Aku menyungging senyumku.

"Aku, choi arlene. Itu nama asliku, daddy emang kasih aku nama western karena dia cinta banget sama mommy yang memiliki darah british." Ucapku penuh penekanan pada kata cinta.

Senyum manis winter seketika sedikit luntur. Tapi kemudian ia kembali tersenyum seperti semula. Cih Sok tegar.

Daddy? Dia hanya menaikan alisnya, terlihat sedikit panik. Tapi saat winter tersenyum lagi, ia kembali seperti semula.

Daddy memanggil pelayan untuk membawakan makanannya. Lalu kami makan dengan tenang. Tapi winter sedikit kaku untuk menggunakan beberapa sendok yang ada diatas meja.

Haha, ia baru mempelajari table manner sepertinya.

Aku menahan tawaku sambil menyuap steak yang baru ku potong kecil.

"Kak.. kamu salah pakai sendok. Buat makan creamsoup, harusnya pake yang itu." Aku menunjuk salah satu sendok.

"Ah.. baik.." balasnya sambil mengganti sendok.

Aku menoleh dan mendapati yves yang sudah menghabiskan makanannya. Ia sedang mengelap sudut bibirnya, dan meminum winenya sedikit sedikit.

"Yves. Ayo liat air mancur di kolam ikan koi yang ada di tengah restoran tadii.." ajakku.

Sebelum yves mengiyakan, ia menoleh pada san. Kemudian kami pergi setelah san mengangguk.

Kami keluar dari ruang vip itu, dan pergi ke sebuah kolam ikan koi dengan air mancur tengah restoran itu.

"Yves." Panggilku memulai pembicaraan.

"Yep?"

"Aku gak suka winter."

➿➿➿

Author side'

"Yves, bisa bicara sebentar?" Ucap san begitu yves memasuki ruangan vip itu kembali bersama arlene.

"Ngobrol sama arlene ya." Bisik san pada winter setelah yves mengangguk.

Yves membukakan pintu agar san keluar terlebih dahulu. Setelah san benar benar keluar, ia menoleh pada arlene, dan memgedipkan mata kanannya sambil tersenyum.

"Kenapa?" Tanya yves to the point.

"Apakah ini milik arlene?"

San mengeluarkan sebuah benda kecil dari saku celananya.

Yves sedikit terkejut karena yang ada di tangan san adalah jepit berbentuk kelinci yang tersusun dari beberapa berlian dan batu ruby, yang sebelumnya ia berikan pada arlene sebagai hadiah ulang tahun.
 

Dengan kondisi yang sudah sedikit rusak.

"E-entahlah.. seharusnya kamu yang lebih tau bukan? Kamu ayahnya arlene."

"Hhh... aku pikir kamu lebih tau.." san menggaruk tengkuknya sambil menatapi jepit itu.

"San, kamu harus lebih perhatian sama arlene. Dia lebih kesepian semenjak kamu lebih sibuk di kantor. Jangan terlalu sering lembur. Kamu itu ayahnya, harusnya kamu ada di sisi dia terus.."

"Iya.. seharusnya gitu.. aku jadi agak nyesel ga seperhatian itu sama arlene.."

➿➿➿

➿➿➿

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

➿➿➿

My Perfect Daddy || Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang