Arlene dirangkul oleh san untuk berjalan keluar dari pemakaman. Beberapa bagian di ujung dress hitamnya basah karena tak berhenti menangis."D-daddy.." lirihnya.
"Yes, baby." Jawab san yang sebelumnya menyeka air matanya. Ia memaksakan diri untuk tersenyum pada arlene.
"Please tell me, m-mommy will back for me." Arlene ikut mengelap matanya yang basah.
Melihat betapa polos anaknya yang baru saja ditinggal sang ibu, membuat mata san kembali berkaca kaca. Ia menggigit bibir bawahnya menahan tangis, sambil mengangguk.
"Y-yes, baby. She'll back for us." Ucapnya sambil tersenyum sekuat tenaga.
Arlene berhenti menangis, dan tersenyum tipis. San yang melihat senyum putrinya itu, semakin tak sanggup menahan air matanya lagi. Tangisnya pecah dihadapan arlene.
"D-daddy-- j-jangan nangis. M-mommy kan nanti balik lagi." Arlene secara panik menghapus air mata san, dan menangkup pipi ayahnya itu.
Hati san semakin terasa hancur mendengar arlene percaya bahwa istrinya akan kembali untuk mereka. Ia menarik anaknya kedalam pelukannya.
"Hiks! Aaa-- d-daddy engga nangis, sayang--hiks!"
Anak berumur 10 tahun yang tebilang pintar itu tak mungkin tak tahu kalau yang ayahnya lakukan sekarang adalah menangis, meraung, dan meringis.
"San, ayo pulang, sudah agak mendung disini." Yves datang dan mengusap punggung san, sambil menarik arlene dari pelukan san secara perlahan.
"Arlene jangan nangis lagi ya, ada daddy." Ucap san sebelum berdiri tegak.
"Daddy yang jangan nangis lagi.." gumam arlene.
"Hi princess, would u like to sit on my lap?" Tanya yves pada arlene untuk meneduhkan suasana hati gadis kecil ini.
"I want!!" Serunya.
"Kalau gitu, ayok ke mobil." Yves tersenyum sambil menggandeng tangan arlene.
➿➿➿
"Tidak ada yang menggunakan mobil hyundai xxx di komplek ini." Gumam san sambil melepas dasi hitamnya dengan satu tangan, tangan yang lainnya sedang memegang gelas.
"Itu semua kecelakaan san, ikhlaskan saja elise.." yves menaruh gelasnya diatas meja kaca itu.
"Lebih baik kamu mandi dari pada minum alkohol terlalu banyak seperti ini." Lanjutnya sambil mengambil gelas dari tangan san.
"Arlene sudah tidur, aku akan datang kesini lagi besok. Kamu lebih baik banyak istirahat dan perlahan ikhlaskan kepergian kakak ku." Ia membereskan barang barangnya dan berdiri dari kursi.
"Aku pulang." Lanjutnya.
San hanya mengangguk tanpa mengantar yves ke pintu. Ia hanya terdiam bahkan hingga suara mobil yves sudah terdengar menjauh dari kediamannya.
"Elise.." lirihnya dengan tatapan kosong.
"Miyeon-ah.."
"Choi miyeon..." setetes air mata mengalir diatas pipinya.
"Arlene's mom.."
"Choi san's wife.."
Ia bangkit dari kursinya, dan pergi ke kamar arlene. Perlahan ia membuka pintunya, mengintip ke dalam kamar putrinya yang sudah gelap.
Ia menekan seklar lampu di dekat kusen pintu, agar bisa melihat kondisi anaknya. Ia tersenyum getir melihat anaknya yang sudah terlelap dengan badan yang ditutupi selimut berwarna soft pink.
San mendekati arlene, dan duduk di lantai. Kepalanya tepat menghadap wajah arlene yang sedang terpejam. Perlahan ia mengelus kepala gadis itu sambil terus berusaha mengembangkan senyumnya.
"Pretty like ur mum.."
"Daddy akan selalu ada buat arlene, arlene juga harus selalu ada buat daddy ya.." San mencium kening arlene dengan penuh rasa cinta.
Setelahnya, ia berdiri sambil menaikkan selimutnya hingga menutupi leher arlene. Lalu pergi meninggalkan kamar arlene setelah mematikan lampunya.
Arlene membuka matanya.
"Gaperlu daddy suruh.. arlene pasti selalu ada buat daddy. Daddy satu satunya yang arlene punya.." gumamnya.
➿➿➿
➿➿➿
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Daddy ||
Fanfiction[ Disontinued ] ❝ arlene kehilangan sang ibu di ulang tahunnya yang ke 10. Setelah kematian ibunya, ia merasa dirinya hanya memiliki san─sang ayah─, dan yves─bibinya─. Hingga ia merasa diabaikan oleh san karena kekasih barunya, winter. Dan Arlene y...