▒᳢𝟷 𝟹 .᳢᳟⇀

91 18 5
                                    

"Kamu mirip banget sama mommy.." gumam san sambil mengelus rambut arlene.

"Kenapa emang?"

"Menstruasi pertamanya diumur 16 tahun."

"Tapi daddy agak khawatir.."

Arlene menatap muka daddynya yang sedang terpejam hendak tidur.

"Karena menstruasinya agak telat, dia jadi kurang subur.."

"Makannya waktu tau mommy hamil kamu, rasanya itu hal yang paling bahagia di hidup daddy, setelah nikah sama mommy."

Arlene tersenyum. Ia ikut memejamkan matanya, dan menarik selimut.

"Maafin daddy.." ucapnya sebelum benar benar terlelap.

➿➿➿

"UNO!"

"Uno, uno game."

"Ah! Jeno terus yang menang, ga asik nih."

Jeno berdiri dari bangkunya, dan mulai berjalan. Tapi panggilan olivia membuatnya terhenti, tepat disebelah bangku arlene.

"Mau kemana?" Tanyanya.

"Beli sandwich."

"Biasanya juga nyuruh arlene, udah suruh aja dia. Kita main lagi sini."

Jeno melirik arlene yang sedang menulis. Lalu menatap ketiga temannya.

"Gue mau jalan jalan. Pegel duduk terus."

Ia berdiri dari kursinya kemudian berjalan melewati arlene. Sekilas ia melirik arlene yang terlihat sedang menulis di bukunya.

'Kematian mommy bukan kecelakaan.'

Jeno mengerutkan dahinya melihat apa yang ditulis gadis itu diatas kertasnya. Tapi jeno hanya mengacuhkannya, lalu pergi meninggalkan kelas.

"Jeno kenapa dah?"

"Gatau, udah lanjut main aja."

➿➿➿

Seseorang tiba tiba menarik tangan arlene, hingga ke tempat yang sepi. Tidak seperti biasanya arlene yang tersipu jika berada didekat orang ini, kini ia hanya menatapnya datar.

"Xiaojun mau main sama lu." Ucapnya sambil menyodorkan ponselnya yang tersambung dengan xiaojun.

'Arlene!! Sini main!!' Seru xiaojun.

"Kenapa aku, jen?"

"L-lu satu satunya temen xiaojun."

Arlene sedikit menjauh dan mulai menelfon seseorang. Ia terdengar sedikit berdebat di telfonnya karena nada bicara arlene yang cuek.

'Arlene. Daddy ingetin. Mulai saat ini, arlene harus lebih menjaga diri. Kalau kamu ngelakuin kesalahan sedikit aja, daddy bisa kehilangan kamu. Apalagi sama cowo, jangan gampang mau diajak ke rumah cowo.'

Jeno berdecih saat tak sengaja mendengar nasehat dari san, kesannya jeno tidak bisa dipercaya oleh san. Padahal jeno sudah merasa dekat dengan san saat ia bermain baseball waktu itu.

My Perfect Daddy || Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang