2 hari sebelumnya.
San bilang dia dulu nulis semua rumus kimia di buku khusus pelajaran kimia yang sampai sekarang masih ada di ruang kerja dia. Dan sekarang arlene butuh banget buku itu.
Diem diem arlene masuk ke ruangan san sebelum ia pulang. Bukunya warna coklat, dan di taruh di rak paling atas.
"Euggghh ga nyampe.." gumamnya sambil berusaha menjangkau buku itu.
susah payah berjinjit untuk mengambil buku itu, akhirnya ia bisa menarik bukunya. Tapi sebuah album besar ikut tertarik, dan jatuh.
Jika refleks arlene jelek pasti ia sudah tertimpuk album putih besar itu.
Ia melihat album foto besar berwarna putih itu. Di sampulnya tertulis nama 'choi san & cho elise'.
'Cklek!'
"Daddy pulang~"
Mendengar suara daddynya, arlene buru buru mengambil album itu, dan keluar dari ruangan ayahnya. Ia berlari menuju kamarnya.
"Honeey~?? Kok ga nyambut daddy??" Protes san melihat anaknya memasuki kamarnya terburu buru.
"Welcome home daddy!" Sahut arlene dari kamar.
Tanpa menghiraukan lagi ayahnya, ia kembali menatap album putih itu sambil menaruh buku kimia san di meja belajarnya.
Ia mengambil posisi tengkurap diatas kasurnya. Membuka halaman pertama album itu, yang dilihatnya adalah kedua orang tuanya yang sedang mengenakan gaun dan jas pengantin.
Senyum arlene mengembang melihat foto kedua orang tuanya yang sedang tersenyum lebar sambil berpose ala pasangan pasangan pengantin.
Beberapa halaman selanjutnya, adalah foto san, dan elise beserta keluarga keluarganya. Kemudian foto foto mereka bersama para tamu undangan.
Tiba tiba dahi arlene berkerut. Matanya menyipit agar bisa melihat dengan jelas seseorang yang tak asing di foto itu. Ia mengucek matanya untuk meyakinkan ia tidak salah lihat.
"Winter?"
Yap, seseorang yang ia lihat adalah winter. Winter yang sebagai tamu undangan disana terlihat menatap san yang sedang merangkul elise.
Diantara rekan rekan kerja san yang ada di foto itu, hanya winter lah yang tidak tersenyum sedikitpun.
"Winter.. kenapa natep mommy sinis gitu..?"
➿➿➿
Sambil bersenandung kecil, winter berjalan menuju meja kerjanya di pagi hari. Ia menyapa karyawan karyawan yang sudah datang dengan senyum manisnya.
Sesampainya di meja kerja, ia melihat sebuah kotak berwarna biru pastel dihiasi pita dengan warna senada.
Ia tersenyum sambil menatap kotak berukuran sedang itu dengan penuh tanda tanya. Perlahan ia membuka kotaknya, dan
"KYAAA!!" Pekiknya.
Pupil winter mengecil dengan mata membulat melihat isi dari kotak tersebut adalah sebuah burung merpati yang sudah mati dengan darah dari burung itu yang masih terlihat hangat.
Sebuah kertas kecil menempel di dinding kotak itu, dengan tulisan berwarna merah.
'Jauhi choi san, atau kau akan bernasib sama seperti burung ini!'
"Ada apa bu kim?!"
Winter melihat kedatangan bawahannya yang mendengar pekikannya tadi. Dengan wajah paniknya, winter menutup kembali kotak itu.
"Bukan apa apa, hwa.. aku dapat hadiah, makannya aku teriak saking senengnya.." jawabnya tersenyum.
Dilihatnya seonghwa yang ikut tersenyum lega. Ia menyentuh bahu winter,
"Kalau ada apa apa, jangan sungkan minta tolong ya."
Winter mengangguk, diikuti pamitnya seonghwa dari sana.
"Siapa pengirimnya.." gumamnya sambil menatap horor kotak di mejanya.
➿➿➿
➿➿➿
NGABISIN DRAFT AHAHAHAHHAAGapapa deh ini draft terakhir.. nanti juga tiba tiba muncul moodnya:))
Kasian chapt ini udah berdebu:")
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Daddy ||
Fanfiction[ Disontinued ] ❝ arlene kehilangan sang ibu di ulang tahunnya yang ke 10. Setelah kematian ibunya, ia merasa dirinya hanya memiliki san─sang ayah─, dan yves─bibinya─. Hingga ia merasa diabaikan oleh san karena kekasih barunya, winter. Dan Arlene y...