'Lapor nona kecil. Setelah 'paket' itu diterima, winter terlihat lebih cemas dari sebelumnya.'
Arlene menggigit kuku kuku jarinya sambil mencari petunjuk lain dari kamar san.
"Okay, laporan diterima. Tetep pantau winter ya."
'Siap.'
Arlene memutuskan sambungan, lalu kembali pada kotak kotak berisi dokumen yang disimpan di lemari san.
"Mau sampai kapan 'orang'ku kamu jadiin bawahan?"
Arlene terperanjat mendengar suara dari pintu, lalu ia menoleh. Ternyata yves yang baru saja pulang dari luar negri.
"Hhhh! Yves, ngagetin aja! Aku mau pinjem 'dia' sampai aku bisa mastiin siapa yang bunuh mommy."
"Kenapa kamu jadi sepenasaran itu sama kematian elise?"
"Winter ada di hari pernikahan daddy sama mommy."
Yves berjalan mendekati keponakan satu satunya itu. Ia duduk sambil melihat arlene yang fokus mencari cari dokumen di dalam dus usang.
"Mau kukasih petunjuk?"
➿➿➿
Setelah menunggu yves membbongkar gudang kecil di rumahnya, ia datang membawa sebuah tas yang sangat berdebu. Tas itu diberikan pada arlene.
"Apa ini?"
"Ada rekaman di hari pernikahan san dan elise di sana."
Arlene membuka tas berukuran sedang itu. Ternyata isinya adalah sebuah handycam tua berwarna silver, dan sebuah kotak kecil berisi beberapa memory card.
"Aku tau kamu anak pinter. Use your brain, girl. Aku harap handycam ini bisa bantu."
Arlene tersenyum sambil mengangguk semangat.
➿➿➿
Sesampainya di rumah, arlene langsung memasukkan salah satu memory card dari tas handycam pemberian yves ke dalam pcnya.
Selagi menunggu layar komputernya menyala, ia melihat catatan catatan yang tertulis di memory card itu.
"Hhh.. kenapa mesti lupa sama tanggal nikah mommy sama daddy sih?? Kan jadi harus di cek satu persatu.."
Ia mulai mengecek vidio dari memory card pertama. Tapi memory card ini isinya hanyalah vidio saat keduanya baru pindah ke rumah ini.
"Bukan ini."
Ia mencabut, memory card pertama, lalu memasukan salah satu yang lainnya.
'Klik!'
'Okay. Udah direkam nih! Yuk ngomong semuanya!! HAWEDE SAN!! HAWEDE ELISE!!'
"BINGGO! Ini yang gue cari."
Ia membuka satu persatu vidio di hari itu, hingga..
'Yap, karena vidioin tempat resepsi udah mainstream, jadi aku vidioin tempat parkir aja.. AHAHHAA'
'Hey elise! Pengantin malah di parkiran sih?? Aneh deh! Sini sini!'
Beberapa saat, emosi arlene terpancing karena mendengar suara itu setelah 6 tahun tak didengarnya. Suara sang ibu.
Tapi ia baru sadar, selama percakapan ibunya dengan seseorang yang terdengar seperti yves itu, camera handycam menyorot pada sebuah mobil.
Mobil dengan kaca yang tembus pandang. Terlihat seorang wanita duduk di kursi kemudi. Wanita berwajah bulat dengan rambut pendek. Dan mobil hitam, yang terlihat sangat asing.
"Tunggu.. mobil ini.."
"Look! I got ur pink--"
'DDIIIiiiiIIiiinnNnnn!!!!!'
"--ball."
'BUuuUugGht!!'
"MOMMYYY!!!!!!!!"
➿➿➿
Merasa ada barang yang tertinggal, winter kembali ke kantornya untuk mengambil barang tersebut. Ia melewati ruang kerja bawahannya dan mendapati beberapa karyawan yang lembur sedang berkutat dengan komputernya.
"Seonghwa, giselle? Kalian masih belum pulang?" Sapa winter sambil berlalu.
"Bu kim emang suka gitu. Basa basi doang, jarang nanyain kar--" ucap giselle terpotong.
"KYAAAAAAAA!!!"
Mendengar teriakan melengking winter, keduanya langsung berlari ke kantor sekretaris pimpinan.
Mereka melihat winter yang terduduk di sudut ruangan. Pandangannya kosong menatap sebuah benda yang sepertinya ia lempar. Seluruh badannya bergetar ketakutan, dan keringat dingin membanjiri permukaan pelipisnya.
"Giselle, bawa bu kim ke tempat lain, dan kasih minum. Biar saya bersihin itu."
Giselle hanya mengangguk sambil membantu winter berdiri dan jalan keluar dari kantor.
Sedangkan seonghwa, ia mendekati beberapa pecahan kaca dari sebuah frame foto yang berisi foto winter dengan tulisan 'DASAR PEMBUNUH!' Berwarna merah darah.
Ia tersenyum sambil menatap foto tersebut, kemudian melihat ibu jarinya yang tertutupi oleh plester.
"Darah asli emang keliatan lebih serem ya."
➿➿➿
➿➿➿
NAHLOH ???
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Daddy ||
Fanfiction[ Disontinued ] ❝ arlene kehilangan sang ibu di ulang tahunnya yang ke 10. Setelah kematian ibunya, ia merasa dirinya hanya memiliki san─sang ayah─, dan yves─bibinya─. Hingga ia merasa diabaikan oleh san karena kekasih barunya, winter. Dan Arlene y...