▒᳢𝟶 𝟿 .᳢᳟⇀ ⚠️ tw! ; harsh word, bullying ⚠️

113 18 0
                                    

Jeno berjalan memimpin teman temannya memasuki rumah besar miliknya yang cukup sepi itu. Hanya ada jeno dan 2 pembantunya disini.

"Momless." Itu adalah panggilan yang dibuat heejin untuk arlene.

"Alat alat udah dibawa semua kan?" Tanya heejin.

"Udah."

"Sip." Heejin memegang tangan olivia, lalu

"lo kerjain ya. Jen, gue ama olivia mau pinjem sauna lu yaa." Mereka berdua lari meninggalkan ruang tamu.

"No, main ps kuy." Ajak mark.

Mark mengulas senyumnya, lalu mendelik tajam pada arlene sebelum pergi meninggalkan arlene di ruang tamu.

Yap, arlene sendiri.

Ia duduk di lantai marmer itu, lalu membuka gulungan karton untuk membuat tugas mindmaping dari bu vivi.

Beberapa saat kemudian, ia mendengar suara pintu terbuka. Tapi tidak seberisik mark, maupun olivia dan heejin.

Karena penasaran, arlene berjalan kearah sumber suara. Terdengar dari dapur, sedang mengisi air ke gelas.

Sesampainya di dapur, yang dilihat arlene adalah punggung jeno, ia seperti sedang menyeduh susu. Arlene berbalik karena itu semua sudah membayar rasa penasarannya.

"Heh?! Siapa itu?!"

Tunggu. Itu suaranya sedikit lebih lembut dari jeno.

Pundak arlene dicengkram dan ditarik kasar oleh pria itu. Karena takut jeno akan menyiksanya, arlene menutup matanya dan menunduk.

"Maaf aku ga sopan, jeno. Ga akan aku ulangin janji." ucap arlene dengan suara bergetar.

"Temennya jeno?" Perlahan cengkraman tangan di pundaknya terlepas.

Mendengar pertanyaan itu, arlene membuka matanya. Ia melihat wajah pria itu. Bukan, ini bukan jeno. Matanya lebih bulat, rahangnya tidak setegas jeno..

"Aku xiaojun.. adik kembarnya jeno."

➿➿➿

"Aku homeschooling, karena madame bilang kepribadian aku terlalu lembut buat berbaur sama dunia luar yang kejam. Bertolak belakang banget sama jeno." Jelas xiaojun sambil menaruh secangkir teh dihadapan arlene.

"Madame?" Ulang arlene.

"Panggilan untuk ibu."

Arlene mengangguk sambil membereskan alat alat tulisnya. Lalu mengambil teh dari nampan yang dibawa xiaojun.

Mata arlene tertuju pada bingkai foto kecil di sebuah etalase, disana ada seorang wanita dengan wanita yang sedang merangkul jeno dan xiaojun kecil yang menggunakan seragam. Tapi melihat bangunan dibelakang mereka, suasananya seperti berada di daerah eropa.

"Kita tinggal di prancis dari lahir sampai umur 9 tahun."

"Dan pindah kesini, karena madame pengen kita ketemu sama papa. Ta--"

"Look!! This momless girl have a new friend!!!" Teriak heejin memotong ucapan xiaojun.

Setelah teriakan heejin, terdengarlahh suara derapan kaki dari lantai 2, yang tak lain adalah jeno.

Diujung tangga, langkahnya sedikit lebih pelan dan menatap xiaojun sengit. Tiba tiba saja, jeno menarik lengan arlene kencang hingga cangkir tehnya jatuh dan pecah.

"Kenapa kamu ada diluar kamar?" Tanya jeno dengan mata yang masih menatap xiaojun tajam. Tapi xiaojun hanya diam dengan ekspresi datar.

"MADAME!!!!! XIAOJUN KELUAR DARI KAMAR!!!!!!" Teriak jeno.

Tak lama seorang wanita muncul merangkul xiaojun. Wanita yang arlene lihat di foto sedang merangkul jeno dan xiaojun. Tapi... ia menggunakan pakaian...


maid?


"Maaf madame lalai." Ucap wanita itu pada jeno, lalu membawa xiaojun pergi.

"Madame, baju madame.. ini udah ada yang robek, kenapa gak beli yang baru?" Tanya xiaojun polos.

"Cuman robek kecil, udah xiao masuk kamar sana."

Setelah xiaojun memasuki kamarnya, suasana kembali hening. Tangan jeno masih mencengkram lengan arlene keras.

Karena sudah merasa kebas, arlene menarik paksa lengannya dari tangan jeno.

"Apa yang lu obrolin sama dia?" Tanya jeno dengan rahang mengeras.

"Dia cuman bantuin aku bikin mindmaping selagi kalian main."

"Oi momless--"

"JANGAN PANGGIL AKU MOMLESS LAGI!" Sentak arlene.

"Sebentar lagi aku punya ibu baru. Ibu yang lebih baik dari ibu kalian." Lanjut arlene.

"Step mum?" Celetuk mark.







"Ppftt! BAHAHAHAHAHA PUNYA IBU TIRI BANGGA??????"

"Seriously??? Gue sih lebih milih gapunya ibu, daripada punya ibu tiri."

"Ibu tiri lebih buruk dari pada gapunya ibu AHAHAHAHA."

"Arlene. Bokap lu itu orang kaya. Gue yakin itu cewe calon ibu tiri lo cuman mau ngambil duit ayah lo. HAHAHA"

mata arlene memanas. Tangisnya pecah. Badannya bergetar saking kesalnya dengan tawa mengejek yang mereka keluarkan.

Saat itu juga, ponsel arlene berbunyi dan tertera nama winter di layarnya. Memang winter sudah berjanji untuk menjemputnya hari ini.

"Siapa yang telfon? Ibu tiri kamu? AHAHAHAHHAHA"

Arlene mengambil tasnya, lalu pergi keluar dari rumah itu. Benar saja, didepan gerbangnya sudah ada mobil putih milik winter.

"Arlene, ayo masuk, mommy winter udah ga sabar mau masakin kamu makan malem lagii." Seru winter dari jendela mobilnya.

Tapi arlene tak menghiraukannya, dan hanya menatap tajam winter. Ia berjalan melewatinya sambil berkata,

"U don't deserve to be called mommy."

➿➿➿

➿➿➿

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

➿➿➿

My Perfect Daddy || Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang