"Di kelompok berikutnya ada Jeno, mark, olivia, heejin, dan....""..Arlene." Lanjut gurunya.
Pipi arlene bersemu merah. Ia menoleh pada teman sekelompoknya satu persatu, tapi semuanya malah mendelik tajam pada arlene.
Terakhir ia menoleh pada jeno... yang juga menatapnya penuh amarah.
"Oiya, arlene, jam istirahat ibu tunggu di ruang guru ya."
Atensi arlene teralihkan pada gurunya, ia mengangguk dan kembali menatapi buku buku dihadapannya.
➿➿➿
Bel istirahat pun berbunyi, bukannya buru buru ke ruang guru, arlene malah melihat keluar jendela. Ada banyak murid yang berbondong bondong menuju kantin, tapi hanya satu orang yang dilihat arlene.
Jeno.
Arlene ikut tersenyum saat jeno tertawa sambil bercanda dengan 3 temannya. Ia melipat tangannya di bingkai jendela, dan membiarkan angin menerpa wajah cantiknya sambil terus menatapi jeno dibawah sana.
"An ordinary girl, choi arlene~"
Arlene menoleh, setelah menyadari bahwa disana jeno hanya dengan 2 temannya.
"O-olivia..?"
"Ngapain liatin jeno terus sih?" Tanya dia sambil melipat tangannya didepan dada.
"Sadar diri, arlene. Jeno gabakal suka sama kamu. U're just an orphan." Lanjutnya.
"AKU MASIH PUNYA DAD--" ucapan arlene tiba tiba terpotong. Lalu olivia terkekeh.
"Bu vivi nanyain tuh. Sana ke ruang guru, dasar trouble maker."
Ia pergi meninggalkan arlene sendiri di kelas. Sebelum meninggalkan bangkunya, arlene mengelap bagian bagian matanya karena terasa basah.
Ia kembali menatap keluar jendela, dan mendapati jeno yang sedang menatapnya tajam.
Buru buru arlene membuang mukanya dan pergi keluar kelas menuju ruang guru. Di ruang guru hanya ada bu vivi dan 4 orang guru lainnya yang sibuk dengan pekerjaan masing masing.
"Bu vivi?"
"Eh arlene, sini duduk, cantik." Ia menoleh sambil menarik kursi kecil di sampingnya.
Arlene mengikuti perintahnya. Bukannya langsung ngomong, bu vivi malah membenarkan rambut arlene yang sedikit berantakan, yang mungkin belum disisir dari pagi.
Selesai merapihkan rambut arlene, bu vivi sedikit menjauhkan badannya sambil menghembuskan nafas pelan.
"Tadi pagi setelah nganter kamu, yves marah marah karena kemarin kamu bilang ke dia, kalau kamu kebasahan karena keran sekolah rusak."
Arlene menunduk sambil memainkan jarinya.
"Kenapa kamu bohong..?"
"..kamu disiram sama temen temen kamu kan?"
Arlene langsung mendongak, dan menatap bu vivi tak percaya.
"E-engga, i-itu cuman main kok, bu.."
"Siapa yang nyiram kamu?" Tanya bu vivi sambil menyentuh pundaknya.
"Hhhh... aku-- aku gatau, mata aku kehalang sama air mata, j-jadi mukanya mereka ga keliat.." arlene mengalihkan pandangan menyembunyikan kebohongannya.
"Okay.. kalau kamu gamau kasih tau, biar ibu yang cari tau sen---"
"Jangan!"
Bu vivi mengernyit melihat reaksi arlene.
"K-kapan kapan aku ceritain bu, aku pergi dulu ya."
Arlene pergi keluar dari ruang guru, dan masuk ke kelasnya. Ia langsung disambut dengan 4 orang bermuka sadis, yang salah satunya merupakan pujaan hati arlene.
"Ditanyain apa sama bu vivi?"
"Bu vivi mau cari tau sendiri siapa yang jahatin ak--"
"Gak lu cegah?" Sela mark.
Arlene terdiam. Dan diamnya itu membuat amarah jeno mencuat, ia memcengkram kedua bahu arlene dengan sangat keras hingga arlene menggaduh kesakitan.
"J-jeno-- sakit-"
"Udah gapunya ibu, belagu pula!" Sentak jeno.
"Lu mau kita semua di hukum?! Kita lagi ngajarin lu attitude yang baik loh. Kita kan baik ngegantiin sosok ibu yang harusnya ngajarin banyak hal buat lu. Terus lu mau ngebiarin kita dihukum?"
Arlene menggeleng dalam tundukannya.
"Yaudah, beliin gue sandwich ayam, gapake selada, telurnya double, kejunya dipotong jangan diparut. Sama black tea esnya sedikit aja." Ucap jeno sambil mengeluarkan selembar uang.
"Jeno, uangnya kurang.." lirih arlene sambil mengambil uang dari tangan jeno.
"Buat apa punya bokap CEO kalau bukan buat nambahin uang buat beli sandwich gue?" Bisik jeno sambil tersenyum.
➿➿➿
Arlene berjalan masuk ke kelas sambil kembali memeriksa detail pesanan jeno. Tapi,
'Duk!'
'Bruk!!'"Whoopsie, gasengaja arlene. Maafin aku ya."
Arlene tersandung kaki heejin yang sengaja diselonjorkan saat ia sedang menambah make up di wajahnya. Arlene mematap wajah tanpa dosa heejin dengan kesal,
"SANDWICH GUE?!"
Arlene langsung menoleh, dan mendapati sandwich dan black tea jeno yang sudah tumpah kemana mana.
Jeno jongkok didekat arlene yang masih berada di posisi tersungkurnya. Lalu tiba tiba rambutnya dijenggut oleh jeno, hingga kepalanya terangkat.
"Gue tau lu gapunya nyokap. Tapi bokap lu ga nyuruh lo buat hati hati apa?! ceroboh banget sih?!"
"Gantiin sandwich gue." Lanjut jeno sambil melepas jenggutannya kasar.
➿➿➿
➿➿➿
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Daddy ||
Fanfic[ Disontinued ] ❝ arlene kehilangan sang ibu di ulang tahunnya yang ke 10. Setelah kematian ibunya, ia merasa dirinya hanya memiliki san─sang ayah─, dan yves─bibinya─. Hingga ia merasa diabaikan oleh san karena kekasih barunya, winter. Dan Arlene y...