▒᳢𝟶 𝟼 .᳢᳟⇀

110 23 4
                                    

Arlene sedikit berlari memasuki gedung kantor ayahnya. Sebelum memasuki ruangan san, arlene melihat winter yang terlihat sedang mengerjakan sesuatu di mejanya.

"Hai winter!" Sapa arlene.

Mendengar suara anak itu, membuat winter sedikit terkesiap. Ia menatap arlene yang tersenyum sambil melambaikan tangan padanya. Perlahan pipinya memerah dan matanya berbinar.

"H-halo arlene.." winter melambaikan tangannya juga.

Setelah itu, arlene melesat masuk ke ruangan san masih dengan senyum manisnya.

"Arlene mulai suka sama kamu." Celetuk yves yang baru datang.

Winter mengerjapkan matanya beberapa kali. Rasanya seperti mimpi melihat arlene yang sebelumnya, penuh rasa tidak suka pada winter, dan hari ini ia tiba tiba tersenyum padanya.

"Selamat." Sahut yves sebelum memasuki ruangan san.

Tapi saat masuk ke ruangan itu, winter melihat yves yang mendelik tajam padanya. Lagi lagi winter mengerjapkan matanya, lalu menggelengkan kepalanya beberapa kali.

Setelahnya, winter kembali mengerjakan laporan laporan yang ada di mejanya sambil mengulum senyum.

➿➿➿

'Duk!'

"AAK!!"

"ARGHHH WINTER!"

Winter mengambil beberapa alat make up yang berserakan dari pouchnya. Sedangkan karina hanya berdiri menatapnya penuh rasa benci.

"Aku heran sama kamu! Kok bisa sih, orang se-ceroboh kamu jadi sekertarisnya pak choi?!" Sentak karina.

"Maaf, karina.." cicitnya.

"Ck! Nyebelin banget sih! Liat nih, lipstick aku jadi blepotan. Lagian apasi?! Jalan kok sambil ngelamun?! Mana senyum senyum lagi. Geli ngeliatnya."

Jujur saja, winter masih kepikiran tentang senyum ramah arlene padanya tadi. Ia menggaruk tengkuknya sambil tersenyum kikuk pada karina. Yang disenyumin malah nautin alisnya, ngeliat winter kayak orang aneh.

"Ih, kenapa lagi?! Dah ah, males ada di deket kamu." Ia pergi keluar dari toilet wanita di lantai itu.

Setelah winter men-touch up make upnya, ia keluar dari toilet juga. Karena haus, ia pergi menuju dapur kantor.

"Aaa.. gitu, makasih y--"

"Arlene??"

Arlene menoleh karena suara winter. Seorang pria tinggi yang ada di sebelah arlene ikut menoleh juga.

"Selamat siang nona kim. Kenapa kamu cuman berdiri disana, sini masuk." Sapa pria itu.

"Selamat siang, seonghwa. aku baru nyampe sini sih, ini baru mau masuk.. by the way Kamu lagi ngapain sama anaknya pak choi?"

"Aaaah.. ini, tadi om ini bantuin arlene bikin teh manis. Om nya baik banget. Sekali lagi makasi ya om." Sela arlene sambil keluar dari dapur.

Winter pergi mengambil gelas berwarna merah doff, lalu mengambil teh celup dan gula.

"Gimana hari hari kerjanya?" Tanya winter sambil mengisi air pada gelasnya.

My Perfect Daddy || Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang