Happy reading ✨
Hinata tengah merebahkan diri nya di futon kesayangannya.
Sambil mengistirahatkan tubuhnya yang lelah setelah seharian berpergian jauh.
Namun ia tidak bisa tidur, padahal fisik jasmani nya lelah namun tidak dengan pikiran rohaninya.
Pikiran nya saat ini di penuhi banyak pertanyaan atau pernyataan yang membuatnya semakin tidak bisa tidur.
"Apa jalan yang kupilih ini adalah yang terbaik?"
"Apa yang terjadi bila jalan yang kupilih ini adalah kesalahan besar?".
Pikiran seperti itu lah yang membuat dirinya semakin stress dan membuat keadaan semakin runyam.
Hinata merutuk dirinya sendiri, apa dia gagal menjadi pendamping Tobio yang baik?
Apa selama ini kasih sayangnya tidak cukup untuk Tobio?
Tapi kalau Tobio Seperti itu, kami pasti tidak akan menikah...
Tapi kenapa dia menikahi ku?
Aku mengira dia menjadi lembut padaku karena dia mencintai ku.
Jadi semua perlakuan nya padaku hanya bualan belaka?
Setelah sekian lama memikirkan sebuah pertanyaan itu, ia tak menyadarinya.
Setetes air mata jatuh berderai, lalu air mata itu kian mengalir dengan deras.
Pria bersurai oranye tak berani mengeluarkan suaranya, semua perasaan nya tertahan seketika.
Rasanya pedih, dadanya sakit, sungguh sakit hati ini.
Kini yang bisa dia lakukan hanya meratapi semua masalah dan menerimanya secara terpaksa.
Namun sebuah keyakinan buruk muncul didalam pikiranya.
Apa perlu ku akhiri hidupku?
Dug, dug.
sebuah tendangan kecil dari dalam perut membangunkannya dari pikiran tak jelas itu.
Bayi itu seolah-olah memberi respon pada sang ibu.
Untuk mengingat bahwa ia hadir di sini untuk menemaninya.
Hinata tersentak kecil, lalu tersenyum kecut.
"Apa yang kau pikirkan Shoyo, ada dua bayi disini dan kau masih kesepian?"
Dengan tegar, Hinata menyeka air matanya dan bangun dari futon itu.
Kini ia sibuk mengelus perutnya dengan lemah lembut.
Sebuah senyuman tipis mendarat walau nyaris tak terlihat.
"Setidaknya aku masih mempunyai bayiku..."
Itulah yang ku pikirkan...
.
.
.
.
.
"Aku pulang" Ucap seorang gadis SMA dengan Surai oranye panjang.
Kini dia tengah sibuk melepas
sepasang sepatunya, sang ibu tak luput hadir sekedar menghampiri sang anak yang tak lain adiknya Hinata sendiri."Udah pulang? Gimana ekskul nya? lancar?" Tanya sang ibu.
Gadis itu menatap wajah ibu dengan wajah akan perasaan senang, lalu mengacungkan kedua jempolnya ke hadapan sang ibu dengan wajah senang sambil menyengir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Family [KageHina] Omegaverse
Teen Fiction"Kageyama, aku mau punya anak". Cerita kehidupan sehari-hari tentang Kageyama dan Hinata setelah menikah. Sudah berjalan 6 bulan setelah mereka menikah, Hinata merasa bahagia, melalui susah senang hidup dalam berumah tangga bersama kageyama. Tanpa i...