Tuan Seo sempat menyayangkan kedatangan anaknya, Hangyul. Terlebih dengan Seungyoun yang sedari tadi tengah memohon-mohon padanya. Apalagi raut wajah Hangyul yang tampak masih menyimpan seribu luka.
Firma hukum tentulah tak memiliki sistim pengamanan yang sebebas perusahaan biasa. Jadi alih-alih mengusir Seungyoung dengan sepasang bodyguard seperti yang sering ada dalam cerita-cerita, Tuan Seo memilih mendekap anaknya sembari meraih ponsel untuk menelfon keamanan.
Takut takut bila anak manisnya akan histeris ketakutan seperti biasanya.
Seungyoun membeku melihatnya. Betapa ia tak bisa menyalahkan ketika dunia menjauhkannya dari sang terkasihnya. Tapi ia bukan orang tidak tahu diri yang tidak sadar akan perbuatannya.
Hanya kali ini Seungyoun ini sedikit keras kepala. Ia ingin berusaha, untuk yang terakhir kalinya. Jikapun kata penolakan dan pengusiran itu sudah benar-benar hangyul sendiri yang mengucapkannya, Seungyoun baru akan menurutinya.
Tuan Seo merasakan tangan halus sang anak menahan jadi-jarinya untuk menekan tombol dial di ponselnya. Tuan Seo menoleh ke wajah anaknya yang cukup pias meski tetap indah. Melihat Hangyul dengan tatapan memohon dan senyum tipisnya menggeleng pelan.
"Hangyul, ingin keluar saja bersama daddy? Sebentar ya, daddy akan mengusirnya. Tenang sayang, kita keluar dulu okay."
Lagi. Hangyul menggeleng sembari menyentuh paras sang daddy yang masih teramat tampan.
"Hangyul... Boleh bicara dengan kak Seungyoun dad?"
Kedua orang lain disana sama-sama terkejut. Hingga tuan Seo melepaskan dekapannya pada si bungsu. Sedangkan Seungyoun yang masih menunduk sembari terduduk didepan singgasana tuan Seo, mendongak.
Entah ia harus bahagia sebab Hangyul tengah menahan sang ayah untuk mengusirnya. Atau khawatir karna jelas Hangyul tengah bersikeras menahan ketakutannya. Terlihat dari kedua tangan Hangyul yang bergetar memegang tangan sang ayah, ketika Hangyul meliriknya sembari meminta izin untuk bicara padanya.
Jadi setelah meyakinkan tuan Seo bahwa ia akan baik-baik saja, Hangyul melihat kearah Seungyoun yang masih membeku. Seungyoun begitu terpesona untuk kesekian kalinya. Melihat betapa sepasang manik indah itu masih bercahaya meski diliputi kabut ketakutan dan kekecewaan disana.
Ia melirik sebentar tuan Seo yang menatapnya tajam tanpa tak mengatakan apapun padanya, ketika ia berlalu mengekori Hangyul yang sempat henti untuk menyerahkan bunga yang tadi dibelinya, dan menerima satu kecupan sayang dari sang daddy di pipi tirusnya yang dulu amat gembil itu.
Seungyoun berjalan mengekori Hangyul. Setiap langkah terasa begitu lama baginya. Entah berapa kali ia sempat berpikir untuk meraih dan menggandeng jari-jari gemuk Hangyul yang mengayun seiring langkah yang diambilnya. Namun urung sebab ia takut Hangyul justru akan risih dan menolak eksistensinya.
Mereka duduk berhadapan di ruang konseling yang memang merupakan salah satu fasilitas di firma hukum Taebaek. Memang dirancang seperti sebagaimana nilai kenyamanan yang dibutuhkan bagi seseorang untuk berkonsultasi mengenai masalah yang mereka hadapi.
"Kak..." / "Gyul..."
Sangat sulit bagi Seungyoun untuk bicara. Terlebih setiap kata rasanya tak pantas untuk diucapkannya. Akan lebih baik jika Hangyul memakinya, atau berteriak tepat diwajahnya. Tapi Hangyul justru diam dan mengajaknya untuk bicara empat mata.
Seungyoun berkeringat dingin. Apa setelah Johnny dan keluarga Jung, kini giliran ia harus mendengar sendiri pengusiran dari Hangyul-nya. Ahh,,, preposisi itu pun tak bisa lagi dipakainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Twin [[JOHNJAE, SEUNGYUL]] End.
Fiksi PenggemarJaehyun dan Hangyul tak pernah menyangka bahwa mereka akan dipertemukan kembali. Setelah segala drama perpisahan orang tua mereka yang mengharuskan keduanya hidup dalam neraka yang berbeda. Namun pada dasarnya mereka tetaplah satu, sedarah, sempat b...