Lain Hangyul lain pula Jaehyun. Ketika sepasang suami istri yang yang tak lain adalah orang tua si kembar Hangyul dan Jaehyun itu berpisah, sang ayah enggan membawa Jaehyun yang tampak lemah dan mudah sakit. Jaehyun berakhir ikut dengan sang ibu dan dipaksa berpisah dengan ayah dan saudara kembarnya.
Diusianya yang belum genap sembilan tahun kala itu, Jaehyun dipaksa pergi ke luar negeri tanpa basis bahasa inggris sedikitpun. Membuat anak kecil yang pada dasarnya memang pemalu itu semakin menjadi penyendiri karna kesulitan bersosialisasi.
Orang tua Jaehyun dan Hangyul adalah pasangan menikah muda. Sang istri adalah seorang trainee dari salah satu agensi besar di korea dan sang suami merupakan anak dari seorang pengusaha dibidang transportasi laut di daerah Busan. Keduanya menikah karena kelalaian mereka hingga sang istri hamil. Sang suami yang kala itu seolah dapat menjanjikan segala isi dunia untuk wanitanya mengandalkan sang ayah dan nekat menikah meski belum bekerja.
Namun dunia mereka seolah terbalik ketika kakek Jaehyun dan Hangyul bangkrut serta mengalami stroke. Harta keluarga mereka habis untuk pengobatan dan pemakaman sang kakek hingga orang tua Jaehyun dan Hangyul tak memiliki apa-apa lagi. Sang istri yang terlanjur meninggalkan mimpinya merasa kecewa karna iming-iming sang suami kini hangus menjadi abu.
Hari-hari mereka dipenuhi pertengkaran dan teriakan hingga keduanya memutuskan berpisah. Hangyul bersama sang ayah menetap di Seoul. Sedangkan Jaehyun dibawa pergi oleh sang ibu ke Minnesota.
Jaehyun yang memiliki kulit pucat seputih susu dijadikan pelampiasan obsesi oleh sang ibu. Semenjak kecil sang ibu selalu mengatur segala hal dalam hidup bocah yang tengah patah hati atas kehancuran keluarganya itu. Jaehyun selalu diharuskan diet, harus selalu berlatih menari dan menyanyi, mengenakan pakaian yang ibunya pakaikan tanpa boleh ada bantahan sedikitpun.
Jaehyun tak ubahnya sebuah boneka bagi ibunya. Memuaskan hasrat sang ibu atas mimpinya yang tak tersampaikan. Hingga ketika usia Jaehyun mencapai 19tahun, Jessica ditegur hebat oleh orang tuanya. Saat itu adiknya, krystal yang tengah berlibur mengunjunginya, menemukan sang keponakan pingsan dan dibawa kerumah sakit karena malnutrisi. Beruntung mereka menjumpai bocah remaja itu sebelum ia mengidap anorexia, karna dokter yang menangani bocah itu mengaku melihat tanda-tandanya.
Orang tua Jessica begitu marah dan mengambil hak asuh atas cucunya. Meski telah mendapatkan berbagai penanganan dari pskiater dan mentalnya sudah cukup stabil, Jaehyun tetap menjadi pribadi yang tertutup. Ia hanya akan bicara pada orang-orang yang dikenalnya. Itupun hanya kakek, nenek, paman serta bibinya. Selebihnya, ia hanya akan bergumam atau mengungkapkan rasa setuju atau tidaknya kepada orang lain dalam satu atau dua kata.
*
**
***
"Jaehyun-ah, Grandma dan Grandpa memutuskan kita harus pulang ke korea. Grandpa idak bisa mengambil cuti lebih lama lagi. Kau setuju kan, uri kang sae-i?" Ujar sang nenek.
Selama ini, wanita paruh baya itu membiarkan sang cucu tinggal di Minnesota karna bagaimanapun yang terbaik bagi seorang anak adalah bersama orang tuanya. Namun tak disangka, anaknya bertindak begitu tak bertanggung jawab atas darah dagingnya sendiri.
"Hmm.." Jaehyun hanya mengangguk.
'Toh tak ada yang menahanku disini' batin remaja yang baru memasuki bangku perkuliahannya itu. Meski sesungguhnya dalam hati yang paling dalam Jaehyun tetaplah seorang anak yang mengharapkan kedekatan dengan sang ibu.
"Grandma tau semuanya akan sulit. Tapi Jaehyunie akan punya banyak kerabat disana, jadi jangan takut ne?"
Yang diajak bicara mendongakkan kepalanya, menatap wanita paruh baya yang mengelus rambutnya dengan lembut. Remaja berkulit putih pucat itu tersenyum menampilkan dua lubang cacat yang indah di wajahnya. Ia melingkarkan kedua tangannya dan mengusakkan wajahnya ke perut sang nenek. Membuat aura disekita mereka menghangat.
"Grandma."
"Heum? Ada apa uri kang sae-i?" Ujar sang nenek.
"Hangyul bogoshippeo." Jaehyun mencicit sangat pelan, namun keheningan membantu ketajaman pendengaran sang nenek hingga wanita paruh baya yang masih berparas cantik itu mampu mendengarnya.
Untuk sesaat sang nenek terdiam karna jujur saja, kebenciannya kepada sang mantan menantu membuatnya enggan menemui ayah dari cucu kesayangannya itu. Apalagi setelah mendengar kabar bahwa mantan menantunya itu terperangkap di bui. Ia tak pernah tahu lagi dimana keberadaan salah satu cucu kembarnya.
"Grandma dan Grandpa berjanji akan menemukannya sayang. Asal Jaehyunnie mau ikut Grandma dan Grandpa. Kuliah di korea saja ya, akan ada Krystal Noona dan Kai Hyung juga yang akan membantu kita mencari saudaramu."
Jaehyun mengeratkan pelukannya dan tersenyum dalam diam. Menciptakan senyum cerah di wajah sang nenek. Jaehyun memang dibiasakan memanggil paman dan bibinya dengan sebutan hyung dan noona karna jarak usia mereka yang cukup dekat.
"Jaa, tidurlah. Jaehyunnie tidak perlu berkemas, sampai dikorea besok Grandma akan menyuruh Kai mengantarmu membeli pakaian dan keperluan kuliah. Grandpa juga sudah mendaftarkanmu ke kampus swasta dan kau bisa langsung masuk semester depan."
"Thankyou grandma."
*
**
***
Sesampainya di korea Jaehyun pergi bersama Kai untuk berbelanja di pusat kota. Jaehyun yang tak terbiasa memutuskan segala sesuatunya sendiri banyak meminta pendapat Kai meski hanya lewat gestur atau tatapan. Kai cukup memaklumi hal itu, ia yang sudah cukup lama menjalin kasih dengan istrinya kurang lebih sudah paham dengan alasan Jaehyun yang tampak enggan berbicara itu.
"Jaehyun-ah! Mianhae, tapi Krystal menelfonku. Katanya ada masalah di toko."
Jaehyun menoleh, memiringkan kepalanya kemudian tersenyum cerah.
"Hyung akan mengantarmu dulu. Kaja, kita harus cepat."
Kai mencoba meraih pergelangan tangan Jaehyun, namun anak itu melepasnya dengan lembut. Mengisyaratkan bahwa ia sudah dewasa dan akan baik-baik saja.
"Its okay hyung, go on."
"Kau tahu jalannya? Biar hyung kirim lokasi kampusnya lewat pesan. Ingat kalau ada apa-apa langsung hubungi kami, okay?" Kai menepuk pelan kepala keponakannya.
"Ne," Ucap Jaehyun meyakinkan.
"Hubungi Granpa okay, Hyung pergi dulu." Kai berlari meninggalkan Jaehyun yang melambaikan tangan ke arahnya.
Matahari cukup terik membuat Jaehyun merasakan gerah dan kehausan. Ia memutuskan mampir ke sebuah kedai kopi disamping minimarket sebelum memasuki area kampus tempat sang kakek menunggunya.
Di perjalanan menuju tempatnya berjanji untuk bertemu sang kakek, Jaehyun merasa ada seseorang yang mengikutinya. Jaehyun menyadari eksistensi pria tinggi yang sedari tadi berjalan beberapa langkah dibelakangnya namun memilih acuh. Meski dalam hati Jaehyun merasa sedikit ketakutan, ia bernafas lega karena begitu sampai di lorong kampus yang cukup besar itu ia berbalik dan tak menemukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Twin [[JOHNJAE, SEUNGYUL]] End.
Fiksi PenggemarJaehyun dan Hangyul tak pernah menyangka bahwa mereka akan dipertemukan kembali. Setelah segala drama perpisahan orang tua mereka yang mengharuskan keduanya hidup dalam neraka yang berbeda. Namun pada dasarnya mereka tetaplah satu, sedarah, sempat b...