Jaehyun sudah siap dengan baju barunya, beranjak keluar dari kamarnya. Hari ini ia hendak kembali ke kantor Taebaek bersama dengan sang paman karna grandpanya sedang memiliki banyak urusan. Dalam hati ia sudah bersenandung riang, berharap akan bertemu pria tampan bernama Johnny yang semalaman berlarian di pikirannya karena dengan kejamnya mengabaikan pesan Jaehyun.
“Jaehyunie, kau sudah siap?”
“Eum, ya.”
“Ayo, temani hyung mampir ke tempat Amber sebentar ya. Kemarin krystal sudah memperkenalkan kalian kan?”
Jaehyun hanya mengangguk dengan senyum manisnya menanggapi Jongin yang tengah menatapnya. Ia merapatkan bomber jacket yang melekat ditubuhnya karena hari ini cuaca cukup dingin. Lengan jaket yang panjang sampai menutupi jari-jari cantiknya dan membuat Jaehyun tampak sangat menggemaskan bagi siapapun yang melihatnya.
“Jae, kau mau kopi juga?” Tawar Jeongin sesampainya mereka di depan meja kasir karna kondisi kedai yang belum terlalu ramai.
Jaehyun sedikit terlonjak, sedikit malu karena sedari tadi ternyata ia melamun mencari-cari keberadaan amber yang tak tampak di matanya. Ia menggeleng ke arah Jongin yang sepertinya masih menunggu jawaban.
“Eum, itu.. hyung, lemonade.”
“Ini masih pagi Jaehyunie, kau juga hanya memakan sedikit salad sewaktu sarapan. Nanti perutmu bisa sakit jika minum lemonade. Bagaimana dengan susu?”
Jaehyun menggesekkan kuku kuku jarinya, kemudian mencicit. “Tapi mom bilang susu akan membuatku jadi gendut dan jelek.”
Jongin merasa sesuatu memeras hatinya kuat-kuat. Sebenarnya Jongin tak terlalu paham bagaimana menghadapi Jaehyun yang seperti ini. Tampaknya obsesi yang dilampiaskan kakak iparnya pada sang keponakan masih terlalu dalam membekas di benak keponakan manisnya itu.
“Chogiyo, menurutku anda tidak akan menjadi jelek hanya karna segelas susu. Boleh kami menyela? Kami buru-buru dan kalian terlalu banyak berbincang.”
Seseorang berbicara tepat dibelakang Jaehyun dengan nada suara yang cukup Jaehyun hafal meski baru sekali mendengarnya sebelumnya. Lagi-lagi Jaehyun ingin memarahi diri sendiri karna tampak bodoh didepan pria yang ‘disukai’nya pada pandangan pertama itu. Namun sosok manis itu hanya bisa terdiam dengan telinganya yang memerah.
“Sebentar tuan kau harus mengantri. Jaehyun-ah hyung pesankan susu saja dan jangan terlalu banyak berpikir ne, kau bisa meminum dan memakan apapun yang kau suka mulai sekarang.” Ucap Jongin sebelum menyampaikan pesanannya pada kasir.
“Cih, berlebihan sekali. Dia pikir dia anak-anak.” Ucap sosok lain yang tengah disamping Johnny.
“Bisa bicara lebih sopan? Kata-katamu menyinggung keponakanku.” Jongin hampir saja kehilangan kesabaran jika saja Jaehyun tida menarik ujung coat yang tengah dikenakannya.
“J-johnny ssi, mian.”
Jaehyun menarik coat yang dikenakan Jongin dengan lebih kuat kemudian menunduk dan membawa pesanan keduanya menjauh. Tapi Johnny lebih dulu mencekal tangan pucatnya dan menarik atensi Jaehyun untuk menatapnya.
“Seharusnya aku yang minta maaf karna kata-kata temanku, dan karena tidak membalas pesanmu semalam Jaehyun-ssi.”Jongin dan Sehun, teman Johnny, hanya terdian melihat interaksi kedua orang tersebut karna tak menyangka jika mereka saling kenal.
“Darimana Johnny-ssi tau namaku?”
“Pesan singkatmu semalam, ingat? Dan apa kau Jung Jaehyun yang membutuhkan pengacara dari Taebaek untuk kepengurusan hak asuh?” Tanya Johnny sambil menatap lekat wajah Jaehyun, meninggalkan Sehun yang memilih acuh dan memesan dua americano untuk mereka.
“N-ne.” Ingatkan Jaehyun untuk minum banyak minum air mulai sekarang karna pria didepannya ini mudah sekali membuat jantungnya bertalu-talu dan kekurangan oksigen.
“Kalau begitu kebetulan, berkasmu ada padaku. Pengacara Seo adalah ayahku dan kau tuan-?” Johnny mengalihkan atensinya ke Jongin yang sedari tadi memperhatikan interaksi mereka.
“Oh, aku Kim Jongin. Pamannya.” Mereka bertiga kemudian memilih tempat duduk tak jauh dari meja kasir dengan Jehyun yang berhadapan dengan Johnny, sedangkan Jongin duduk disampingnya.
“Sepertinya kita bisa membicarakan masalah kelengkapan dokumen pemindahan hak asuh Jaehyun-ssi disini. Sehun hyung, apa tidak apa jika kau ke kantor sendirian?” Johnny memastikan temannya tak keberatan.
“Its okay, lagipula Chanyeol hyung akan menjemputku sebentar lagi. Ini kopimu.” Sehun menyerahkan segelas hot americano yang ada ditangan kirinya tepat kedepan wajah Johnny sebelum berpamitan dengan ceria.
Setelah berbincang cukup lama Jongin berpamitan karena sang istri, Krystal memintanya menjemput di tempat kerja.
“Em, Johnny-ssi. Boleh aku titip keponakanku? Ia belum begitu mengenal Seoul. Istriku kurang sehat dan memintaku menjemputnya. “
Jaehyun hendak menolak namun Johnny yang mengangguk sembari tersenyum membuatnya membeku hingga Jongin menghilang dari jangkauan pandangannya. Ia menunduk malu ketika tersadar dan menyadari bahwa Johnny menatapnya dengan intens. Telinga Jaehyun semakin memerah hingga menjalar ke wajah putih bagai saljunya, membuat yang lebih tua sedikit tergelak.
Suasana diantara mereka mulai mencair karena pembawaan Johnny yang memang humble dan bersemangat. Ia bahkan tak menganggap Jaehyun aneh meski pria manis itu jarang sekali bicara dan hanya menanggapi candaan Johnny dengan gestur-gestur sepele seperti anggukan, gelengan atau senyum cerah. Namun ketertarikan jelas terlihat dari pancaran matanya, membuat Johnny merasa segala leluconnya dihargai meski sang lawan bicara tak banyak berkata-kata.
“Kau manis Jaehyun-ssi. Mengingatkanku pada seseorang.” Ungkap Johnny masih setia dengan senyum diwajahnya.
“A-aku?”
“Ya, kalian sama-sama terlihat manis dan menggemaskan saat tertawa.”
Jaehyun yang salah tingkah hanya menggosok-gosokkan tangannya yang tertutup lengan bomber ke telinganya yang memerah. Dalam hati ia sangat penasaran dengan siapa orang yang dimaksud, Johnny. Sedikit merasa was-was karena pria itu tampak sangat bahagia ketika membayangkannya. Jaehyun merapal dalam pikirannya, merasa khawatir jika yang dimaksud Johnny adalah kekasihnya.
‘Pria tampan dan mapan seperti Johnny tidak mungkin masih single bukan?’ sekiranya begitulah isi kepala cantik Jaehyun.
“Eum, apa d-dia kekahsihmu?”
Johnny tergelak, ia tertawa cukup lama meski pada akhirnya tatapannya justru menyendu. Segera Johnny merubah kembali ekspresinya menjadi Johnny yang simpatik dengan tatapan berkharismanya. Ia menopang dagu dengan kedua tangannya. Menenggak habis sisa hot americano di gelasnya, kemudian menghela nafas berat.
“Kuharap juga begitu, sayangnya ia orang yang takkan pernah bisa jadi kekasihku. Bahkan mungkin, selamanya dia takkan pernah tahu jika aku menyukainya sejak lama. Bodohnya, ternyata aku sendiri yang menciptakan situasi itu.”
Pria itu menyamankan duduknya “Aku terdengar seperti pria yang terlalu banyak mengeluh ya? Kau tak keberatan kan Jaehyun-ssi?” Tanya Johnny dengan senyum cerahnya.
Dihadapannya, Jaehyun kembali salah tingkah. Ia takut jika pertanyaannya tadi menyinggung sang pujaan hati. Disatu sisi, cerita Johnny membuatnya iba dan penasaran. Tapi disisi lain itu berarti ada kesempatan untuknya mendekati Johnny kan?
Jaehyun kembali menggosokkan kuku-kuku jarinya dibalik meja hingga tak sengaja melukai salah satu buku jarinya.
“Ahh..aww..”
Johnny yang panik karena mendengar rintihan tiba-tiba dari lawan bicaranya refleks meraih lengan Jaehyun. Melihat jari cantik itu berdarah, ia memasukkannya ke mulutnya dan menghisapnya untuk menghentikan laju darah.
Jaehyun? Rasanya ia membeku hingga tulang dan sum-sumnya mungkin sudah menjadi es. Tidak ada rasa sakit sedikitpun yang dirasakan dari jarinya. Teralihkan oleh debaran jantungnya yang semakin kurang ajar. Kedua telinga kelewat jujurnya itu kembali memerah padam sampai keseluruh permukaan pipi putihnya hingga-
“YAK!!! SEO JOHNNY APA YANG SEDANG KAU LAKUKAN PADA ADIKKU?” Teriakan Amber yang baru datang mengakhiri roman picisan johnjae..
..
...Hellowwwwwww semoga masih ada yg baca 😂 dan semoga typo serta ketijelanku tidak membuat mata kalian iritasi 😳
BONUS PICT JOHNNY DAN JONGIN HYUNG
buat kalian yang kasi bintang dan comment ..
sini Jaepeach kasih chuu~chuu~
KAMU SEDANG MEMBACA
My Twin [[JOHNJAE, SEUNGYUL]] End.
FanfictionJaehyun dan Hangyul tak pernah menyangka bahwa mereka akan dipertemukan kembali. Setelah segala drama perpisahan orang tua mereka yang mengharuskan keduanya hidup dalam neraka yang berbeda. Namun pada dasarnya mereka tetaplah satu, sedarah, sempat b...