Tuan Seo pergi ke luar kota, dan Johnny yang merajuk adalah kombinasi buruk bagi Hangyul. Serba salah ia dibuatnya, melihat hyungnya yang mengabaikannya sejak siang tadi. Hangyul rasanya ingin sekali marah karna hyungnya baru saja menyeretnya dari kediaman sang kekasih sebab Moonbin mengirim foto dirinya yang tengah dicumbu oleh Seungyoun.
“Youngho hyung, jangan abaikan aku. Hangyulie minta maaf.” Rengek si babi gembul sambil menggoyang-goyangkan lengan Johnny yang tengah dipeluknya.
“Sudah berapa kali kukatakan untuk memanggilku Johnny.”
“Baiklah, baiklah. Tapi senyumlah sedikit hyung, kau mulai membuatku takut.”
Johnny hanya terdiam menatap sang adik. Rasa kesal karena foto yang dikirimkan Moonbin padanya belum sedikitpun memudar. Tapi sang adik yang terus-terusan ber-aegyo didepannya sayang sekali untuk diabaikan.
“Hyunggg jeballl...ARGHH”
Tanpa terduga petir menyambar diluar sana, menengahi suara hujan yang semenjak sore sudah menjadi backsound mereka. Gelegarnya membuat yang lebih muda berjengit kaget. Raut takut yang disembunyikannya justru tertangkap oleh yang lebih tua dan meluruhkan dinding amarahnya. Johnny mengelus punggung sang adik dengan sayang. Melupakan fakta bahwa ia baru saja geram padanya beberapa saat sebelumnya.
“Uljima Hangyul-ah, hyung disini.” Sedikit demi sedikit bahu Hangyul yang biasanya tampak tegap itu terasa melorot disusul dengan isakan tertahan dari ranum manis yang lebih muda.
Johnny refleks membawa Hangyul ke pelukannya. Masih terngiang dikepalanya ditahun pertama Hangyul resmi menjadi adiknya, ia sempat menemukan bocah itu menangis dibawah meja belajarnya ketika hujan dan petir menggema. Melihat wajah bocah yang berurai air mata itu membuatnya ikut merasakan perih di hatinya. Hingga rasa ingin melindungi begitu lekat pada sifatnya.
Dulu ketika bersama sang ayah kandung, Hangyul kerap kali dihukum dengan dikunci di balkon hingga pagi jika ia pulang ke rumah tanpa membawa uang hasil kerja paruh waktu. Tak perduli cuaca malam yang dingin disertai hujan petir sekalipun. Meski ingin, tapi detik-detik menuju hipotermia yang dialaminya masih menjadi triger cukup buruk bagi mentalnya.
“Hangyul-ah, kau dengar apa yang hyung katakan?” Yang lebih tua menangkup wajah sang adik, memastikan harta berharganya itu baik-baik saja.
Sang adik menatap Johnny tepat di kedua netranya. Tampak berusaha sebaik mungkin membendung airmata yang siap jatuh dari pelupuknya. Hangyul yang sedang dalam mode manjanya memilih mendusalkan wajahnya di dada hyungnya yang terasa begitu hangat.
“Hyung jangan marah padaku, pada kak youn juga. Maaf karna hari ini aku membuatmu marah.” Ucapnya sambil membuat pola-pola abstrak dengan telunjuknya di dada sang kakak.
“Hyung tidak akan marah padamu jika saja kau bilang kalau hari ini kau tidak membolos kerja paruh waktumu Hangyul-ah. Hyung sudah menyuruhmu berhenti dan berjanji untuk membiayaimusejak dulu tapi kau tak pernah mau dengar. Sekarang kau bahkan bahkan membolos hanya karna bocah sipit itu mau memanfaatkanmu? Hah?”
Tanpa disadari nada suara Johnny meninggi di akhir kalimatnya. Membuat Hangyul mati-matian merapalkan pada diri sendiri bahwa ia tak boleh ikut terbawa emosi. Karna ia sangat tahu jika hyungnya yang berada dalam mood serius seperti ini, maka ia takkan punya kuasa untuk membantah.
“Kak Youn bukan pria seperti itu Hyung. Itu hanya kemauanku sendiri.”
“Hangyul-ah, apa kata-kata hyung tidak pernah ada artinya untukmu?”
“Hyung, maksudku bukan seperti itu.”
Hangyul gelagapan, semenjak pulang dari studynya di amerika Johnny memang sama sekali tak mengurangi rasa sayangnya pada sang adik. Hangyul sadar akan hal itu. Hanya saja, hyungnya itu bertambah menjadi lebih protektif dan juga tegas padanya. Terlebih ketidakcocokan hyungnya itu dengan kekasihnya, seungyoun, yang semakin menjadi saja.
“Hyung maksudku tidak seperti itu. Hanya saja, tempat kerja paruh waktuku sudah menunggak gajiku cukup lama. Jadi karna kesal aku membolos, dan kebetulan kak Youn mengajakku bertemu. Jadi ini salahku hyung, jangan marah pada pacarku.” Jelas Hangyul panjang lebar.
“Terserahmu saja.” Ucap Johnny segera bangun dari duduknya setelah melpas pelukannya pada sang adik.
“Hyung akan tidur. Cuci kakimu dan menyusullah, sepertinya hujan akan bertahan cukup lama.” Tambahnya sebelum ia menghilang dibalik pintu kamarnya. Meninggalkan Hangyul yang mengekorinya dengan bibir manyun yang tengah menggerutu sebal.
Hangyul bersumpah lain kali teman dari kekasihnya yang berwajah seperti anjing dan kucing itu takkan selamat darinya. Kekanakan sekali sih mengadukan Hangyul dan Seungyoun pada Johnny. Padahal kan tadi Seungyoun hanya menciumnya karna spontanitas saja. Rasanya juga itu Hanya sebuah kecupan.
“Hmmm aku jadi ingin berciuman sungguhan dengan kak Youn. Mungkin lain kali jika tidak ada Rowoon hyung dan lainnya seperti tadi.” Gumam yang lebih muda yang asyik pada dunianya sendiri.'ish apasih yang kupikirkan, aku bukan orang yang mesum'
batin Hangyul atas dirinya sendiri.
*
**
***
Johnny merasa semakin kesal, karena meski Hangyul berada dalam pelukannya (posisi spooning) adik manisnya itu masih saja sibuk dengan gawainya. Terlihat sangat asyik bertukar pesan dengan sang kekasih yang sudah dipukuli Johnny berkali-kali dalam imajinasinya karna berani-beraninya mencium sang adik.
Hangyul sebenarnya peka dengan moodswing yang dihadapi yang kakak. Sedikit merasa bersalah juga mengingat siang tadi hyungnya sampai menyusulnya ke apartemen Seungyoun. Hanya saja ia terlalu bingung memikirkan bagaimana caranya memecahkan keheningan diantara mereka. Meski disamping itu, ia juga tengah mencuri-curi kesempatan untuk membalas pesan Seungyoun diseberang sana.
“Hyung sepertinya ponselmu berbunyi.” Cetus Hangyul yang masih tak mengalihkan perhatiannya dari gawai ditangannya.
“Segera berhenti memainkan ponselmu, lalu tidur.”
“Ish buka dulu hyung ponselmu.”
“Tidur atau kembali ke kamarmu sendiri.” Gertak Johnny.
“Ish selalu saja bermain dengan ancaman.” Gerutu Hangyul sambil merapatkan kelopak matanya dan berusaha untuk tertidur.
Johnny mengecup pucuk kepala Hangyul kemudian mengambil gawainya yang sebelumnya tergeletak di nakas. Sedikit mengerutkan dahi melihat beberapa pesan dari sang Daddy yang berisikan kasus apa saja yang beliau limpahkan padanya dihari pertama kerjanya besok.Satu pesan dari nomor tak dikenal-
From : 08XXXXXXXX
Annyeonghaseyo, Jung Jaehyun imnida. Aku ingin mengabari bahwa wajahku baik-baik saja. Johnny-ssi tidak perlu khawatir memikirkan tanggung jawab karna yang tadi pagi hanya kecelakaan.
-dan satu pesan lagi dari seseorang yang tengah berada dalam pelukannya.
From : Dongsaengie❤
Sepertinya hyung belum sepenuhnya memaafkanku. Padahal aku ingin ciuman selamat malam seperti dulu. Maafkan Hangyulie ya hyungie sayang~ jaljayong~ hyungie-neun saranghae~”
Pesan itu sukses membuat sisa-sisa kemarahan Johnny menguap begitu saja. Dengan segera ia membalik posisi Hangyul menjadi berhadapan dengannya. Dengan gemas Johnny menciumi wajah sang adik yang pura-pura tidur sambil memejamkan matanya karena terlalu malu telah mengirim pesan bernada aegyo yang menurutnya menggelikan itu. Namun tangan Hangyul yang menggenggam gawainya semakin erat itu berhasil membuat Johnny tersenyum.
“Acting tidurmu itu buruk sekali. Lain kali jangan izinkan siapapun menciummu dengan sembarangan Hangyul-ah.” ucapnya sambil memeluk sang adik hingga keduanya terbang ke alam mimpi.
.
..
...
Halo, maaf double up tapi tengah malam. Semoga aku tidak menganggu. BTW aku sayang kalian yang sudah Read, Rate, Comment, atau melakukan satu atau dua diantaranya.
bonus pic jaehyun yang super duper gemay buat kalian
KAMU SEDANG MEMBACA
My Twin [[JOHNJAE, SEUNGYUL]] End.
FanfictionJaehyun dan Hangyul tak pernah menyangka bahwa mereka akan dipertemukan kembali. Setelah segala drama perpisahan orang tua mereka yang mengharuskan keduanya hidup dalam neraka yang berbeda. Namun pada dasarnya mereka tetaplah satu, sedarah, sempat b...