Johnny kepayahan didepan kamar rawat adiknya. Seharian kemarin ia membolos bekerja kerja karena tak kunjung menemukan adik kesayangannya itu dimanapun. Bahkan hingga ia mengantar Jaehyun pulang dan berakhir adu pukul dengan Seungyoun yang ditemuinya didepan apartemen Jaehyun pun Johnny tampak linglung. Hingga ia memilih rehat sejenak ditemani beberapa botol soju dan rokok untuk sekedar menenangkan syarafnya.
Baru dalam perjalanan pulang dari pencarian panjangnya, Johnny menemukan sang adik hendak memasuki rumah mereka. Melihat wajah sang adik yang pucat, Johnny memilih mengurungkan niatnya untuk menginterogasinya. Johnny hampir saja kehilangan detak jantungnya saat itu ketika melihat sang adik yang dikenalnya hampir tak pernah sakit itu jatuh pingsan tepat didepannya.
Sayangnya sang daddy tak bisa berbuat banyak karena pekerjaannya menuntutnya untuk tak memiliki banyak waktu luang. Johnny mau tak mau pasang badan, karena kekasih sang adik yang terus-terusan memaksa untuk menemuinya. Karena itulah Johnny memutuskan mematikan dan mengabaikan penuh ponselnya meski ada ribuan pesan serta telfon masuk yang salah satunya dari Jaehyun.
“Tuan Hangyul hanya mengalami malnutrisi dan kelelahan. Mungkin selama dua atau hari terakhir Tuan Hangyul terlalu stress sampai tidak memperhatikan makanan dan kondisi fisiknya. Sebaiknya untuk saat ini jangan sampai Tuan Hangyul kelelahan atau terlambat makan karena itu akan cukup buruk untuk kondisi lambungnya.”
Penjelasan sang dokter membuat Johnny tak tahu harus merespon seperti apa. Setelah mengucapkan terimakasih, Johnny memilih menebus obat yang diresepkan sang dokter dan kembali ke kamar rawat sang adik.
“Hangyul-ah, jebal mianhae.”
Sayup-sayup Johnny mendengar suara orang lain dari dalam ruang rawat sang adik. Emosi dalam dirinya memuncak karna sebagian besar hati Johnny memang menyalahkan pemilik suara itu atas keadaan adiknya saat ini. Namun dengan senyum diwajah sang adik dan ketidak mungkinannya membuat keributan dirumah sakit, Johnny lebih memilih menahan diri ketika melihat Seungyoun berlutut disamping tempat tidur rawat Hangyul.
“Hangyul-ah, kau sudah sadar?” Hangyul mengangguk dan tersenyum kecil dengan pertanyaan sang kakak.
Johnny benar-benar membendung emosinya untuk tak memukul Seungyoun lagi yang menurutnya sangat tidak tahu diri. Tapi ia urungkan sebab dokter sudah menyuruhnya untuk menjaga emosi Hangyul tetap stabil. Lagipula sudah cukup baginya melihat Seungyoun yang babak belur karena dihajarnya semalam.
“Hyung akan membari kalian waktu bicara.” Dengan kalimat itu Johnny berlalu, meninggalkan Seungyoun yang masih mengemis maaf pada sang kekasih.
“Hyung, maaf merepotkanmu.” Cegah Hangyul ketika melihat sang kakak hampir tenggelam dibalik pintu ruang rawatnya.
“Nevermind, kau tak pernah merepotkanku. Kau dan daddy adalah yang paling berharga bagiku.”
.
..
...
....Sementara Johnny tak lagi terlihat, keadaan canggung memenuhi ruang rawat. Seungyoun seratus persen yakin jika kekasihnya tak baik-baik saja dengan ucapannya dimalam sebelumnya. Seungyoun jelas tahu, ia bukanlah tipe yang melupakan segalanya saat sober. Jadi dari tadi hanya kata maaf yang bisa diucapkannya.
“K-kak Youn, mungkin sebaiknya kita berhenti.”
Seungyoun menengadahkan kepalanya yang sedari tadi tertunduk. Menggamit tangan sang kekasih yang tampak pucat. Membuat hati Hangyul sedikit tercubit melihat beberapa luka lebam yang menghiasi wajah tampan kekasihnya, yang bisa Hangyul pastikan ada sedikit andil dari sang kakak atasnya.
“Sayang, aku salah. Kumohon maafkan aku. Semalam aku mabuk, aku benar-benar tidak sadar tentang apa yang kukatakan. Baby, please im sorry, heum?”
Wajah tampan Seungyoun memerah, terlebih melihat Hangyul yang tak mengarahkan atensi padanya. Kedua netra pemuda manis itu terrarah pada langit-langit kamar yang hanya menampakkan putih polos. Tapi Hangyul tampak tak tergoyahkan tutur katanya, dan Seungyoun makluk karna memang itu salahnya.
“Kata orang-orang, ada kebenaran dalam alkohol. Maafkan aku kak, dan terimakasih karna membuatku sadar jika aku terlalu kekanakan. Maaf aku meminta terlalu banyak waktumu, dan maaf karna menerima semua afeksi dari hyungku yang tanpa kusadari menyakitimu.”
“Tidak sayang, aku hanya asal bicara. Jangan seperti ini, kumohon. Baby gyulie, maaf karna kakak cemburu pada Johnny hyung. Maaf karna sudah kasar padamu. Maaf karna membuatmu kelelahan. Kakak mencintaimu sayang, kakak janji ini yang pertama dan terakhir.”
“Kak Youn tahu? Selama hidupku, aku tak pernah benar-benar memiliki keluarga. Sewaktu kecil, orang tuaku terlalu sibuk dengan kakakku yang sakit-sakitan. Ketika mereka bercerai aku harus hidup dengan appa yang hanya butuh uang dariku. Daddy dan Johnny hyung adalah satu-satunya yang kupunya, dan karna aku yang tidak bisa menolak setiap bentuk kasih sayang mereka, itu justru membuatku melukai orang yang kucintai.”
Seungyoun menatap nanar kekasihnya yang tampak mulai berlinang airmata. Ingin sekali rasanya menyeka air mata yang mengalir di pipi gembil kesayangannya itu namun kedua tangannya terasa membeku. Ia tidak sanggup melihat Hangyulnyaseperti ini, tidak setelah segala kekacauan yang ia timbulkan.
“Jangan meminta maaf padaku dan membuatku semakin merasa bersalah kak. Aku yang seharusnya memohon maafmu karena selama ini sudah menjadi kekasih yang kurang pantas dan kurang peka atas apa yang kak Youn rasakan. Kak youn harus bahagia, dan sepertinya aku tidak mampu memberikan kebahagiaan itu.”
“Ha-hanyul sayang jebal...” Seungyoun tidak lagi bisa menahan tangisnya, ia menggenggam sebelah tangan Hangyul dan mencium telapak tangan kekasih manisnya.
“Hangyul minta maaf juga kalau Johnny hyung yang buat kakak jadi seperti ini. Hangyul cuma bisa bawa hal buruk ke kak Youn. Kak Youn berhak... bukan, kak Youn harus dapet orang yang lebih bisa bikin kak Youn bahagia.”
“No, baby i can’t. If its not you, i can’t.... baby please.”
“Lebih baik kak youn istirahat, pasti kepala dan badan kak Youn maih sakit. Maaf Hangyul ngga bisa buatin sup pereda pengar buat kakak.”
“Hangyul-ah, dont be like this please. I need you baby, i love you so much.”
“Pulang kak, Hangyul mau istirahat.”
Hangyul menarik tangannya yang sedari tadi masih dalam genggaman Seungyoun. Menarik selimut berbau bahan bahan medis itu sebatas leher dan memiringkan tubuhnya ke arah lain membelakangi Seungyoun yang menatapnya sayu. Terkesan memaksa yang lebih tua untuk meninggalkannya sendiri. Dan Seungyoun bukan orang yang bodoh untuk tak mengerti jika kekasih-atau sekarang adalah mantan kekasih-nya itu butuh waktu sendiri. Tak ada yang bisa dilakukannya saat ini kecuali pergi.
Seungyoun membawa rasa bersalahnya yang menggunung berjalan keluar. Tatapannya bersiborok dengan johnny yang tampak terduduk lesu di bangku depan ruang rawat Hangyul. Seungyoun rela jika Johnny menghajarnya lagi, toh ia lebih dari pantas mendapatkannya. Tapi yang dilakukan Johnny hanya berjalan melewatinya dan menepuk bahu kirinya.
“Hangyul mungkin sedang sangat risau sekarang. Tapi sepertinya ia memang sangat mencintaimu. Jadi kumohon jangan sampai hal ini terulang lagi atau aku sendiri yang akan membunuhmu.”
Hari itu, tiga hati patah karna satu peristiwa. Atau mungkin, empat.
.
..
...
....Hallooooooooo....
ini wei, maaf yaaaaa beberapa hari nggak update padahal WFH ...
tapi tugas kuliahku banyak, jadi mohon ditolerir dikiiiittt ajaAnglenya itulohhhhhh....
KAMU SEDANG MEMBACA
My Twin [[JOHNJAE, SEUNGYUL]] End.
FanfictionJaehyun dan Hangyul tak pernah menyangka bahwa mereka akan dipertemukan kembali. Setelah segala drama perpisahan orang tua mereka yang mengharuskan keduanya hidup dalam neraka yang berbeda. Namun pada dasarnya mereka tetaplah satu, sedarah, sempat b...