Haiiii
Selamat membacaaaa.....“Semua orang sudah bahagia, aku tak ingin merusaknya.”
Sungguh, Seungyoun tak pernah sekalipun bermimpi akan mendengarnya dari Hangyulnya. Rasanya ia ingin menghajar dirinya sendiri setiap kali kalimat yang Hangyul ucapkan itu bersarang diotaknya. Hangyul tidak pernah merusak apapun, siapapun. Ia yang salah disini, tapi justru kekkasihnya yang harus menanggung segala konsekuensinya.
Seungyoun menggendong Hangyul yang tampak begitu kosong tanpa jiwa di kedua perpotongan lengannya. Membuka mobil minibus yang tadi dikendarainya dengan susah payah dan meletakkan sang terkasih disana. Tak perduli dengan dingin air yang menyerap di pakaiannya, Seungyoun memilih untuk berjalan memutar untuk mengambil beberapa barang di bagasi.
Hangyul hanya diam, seperti berada diambang sadar dan tidak. Fisiknya bergeming namun genangan dimatanya tak juga jatuh atau menguap. Dan saat kesadarannya sudah hampir seluruhnya kembali, Hangyul mash harus dihadapkan oleh kebingungan yang ada didepan matanya saat ini.
Seungyoun kembali, seungyoun ada di depannya. Meski sudah sekeras apapun ia mencoba mempersiapkan hatinya, rasanya ini masih terlampau sulit.
Tanpa mengucap sepatah katapun Seungyoun kembali. Membawa beberapa potong baju dan mantel yang entah milik siapa. Seungyoun masuk dan menutup pintu mobil seraya sedikit memundurkan jok mobilnya. Mendekati Hangyul untuk membantu melepas kain basah yang membungkus tubuhnya, dan tentu saja dihadiahi sebuah penolakan oleh siempunya.
“Hangyul-ah...”
Si pemilik nama tampak terkejut, takut, dan tak percaya. Ia beringsut mundur sambil mencengkeram kerah bajunya yang tadi sempat disentuh oleh Seungyoun. Rasanya sungguh menyakitkan ketika eksistensimu saja menjadi ketakutan terbesar bagi orang yang amat kau cintai. Terlebih kematian saja tak mampu membuatnya bergetar. Seungyoun merutuki diri, sudah seburuk apa Seungyoun menghancurkan sosok yang dicintainya itu.
Melihat Hangyul yang menggeleng dengan airmata yang mengalir kian deras, Seungyoun hanya bisa menunduk paham. Tapi Hangyul akan sakit jika ia tak segera mengganti bajunya. Ketika ia mencoba meraih tangannya pun, Hangyul menolak dan memalingkan wajah.
Seungyoun tersenyum pedih, meletakkan baju dan mantel yang tadi ia bawa ke jok sebelah Hangyul. Ia kemudian membuka satu sisi pintu mobilnya.
“Pakailah, ini milik Rowoon. Aku akan keluar.”
“Kenapa..?”
Seungyoun jelas tau apa yan akan Hangyul tanyakan. Tapi otak dan seluruh tubuhnya sudah membeku. Bukan karna basah yang juga melingkupi tubuhnya. Tapi karna melihat apa yang sudah terjadi karna ulahnya.
“Jangan mengata-
“Kenapa kak Youn tak membiarkanku mati saja.”
-kannya. Hangyul-ah, jangan seperti ini. Kumohon! Ganti dulu pakaianmu, kita bicarakan ini baik-baik setelah ini nanti. Heum?”
Seungyoun ingin memeluk Hangyul-nya, menyeka airmata di pipi Hangyulnya, mengelus punggung ringkih pria manisnya itu. Tapi Seungyoun tahu diri, sejak awal ia sudah kehilangan haknya untuk melakukan itu.
Ia akhirnya menutup pintu mobilnya dan meninggalkan Hangyul bersama pakaian milik Rowoon didalamnya. Kaki-kakinya melemas, Seungyoun berjongkok disisi mobilnya dan menenggelamkan wajahnya diantara lututnya. Masih samar-samar mendengar isakan sang terkasih disana.
.
..
...
....
.....
“Sejin mendatangiku.”
“Sejin? dia siapa hyung?”
Jaehyun mungkin menjadi satu-satunya yang tak mengerti apapun diantara mereka. Namun a berusaha untuk tak menyela. Ia ingin mendengar seutuhnya mengenai penjelasan Johnny. Mereka berempat –Jaehyun Johnny Rowoon Mingyu, baru saja bertemu Seungyoun. dan Jaehyun tak bisa untuk tak merasa binging ketika Johnny hanya diam dan menyuruhnya pergi menemui Hangyul yang sedang entah dimana disekitar pesta.
“Sejin adalah mantan kekasih Johnny dan Seungyoun.” Jelas Rowoon ketika Mingyu mulai hendak merasa emosional pada Johnny yang berbelit-belit.
Lain dengan jaehyun yang mencoba tetap tenang meski hatinya terasa gundah tanpa alasan. Tapi Johnny menggenggam erat tanggannya, dan itu cukup bagi Jaehyun untuk percaya. Bahwa ia boleh sedikit menyandarkan hatinya pada pria yang akan menjadi suaminya itu.
“Di hari terakhir Hangyul dirawat, Sejin menemuiku-
Johnny menghela nafas panjang.
-selama ini ia dirawat dirumah sakit itu sebab gangguan mental yang dimilikinya. Aku yang saat itu menyukainya bahkan tak tahu keadaan yang sesungguhnya. Ia terobsesi padaku, dan ketika aku memperkenalkan teman-temanku –termasuk Sejin- pada Hangyul, ia begitu benci pada Hangyul karna waktuku lebih banyak kuhabiskan untuk Hangyul dan mendiang mommy. Sejin meminta maaf padaku karna ia sempat berencana menyingkirkan Hangyul dengan cara apapun. Tapi Seungyoun yang saat itu sudah menaruh hati pada Hangyul mulai menghalanginya.”
Jaehyun mulai paham, ia mengelus punggung tangan Johnny sebagai bentuk simpati. Hangyul pernah menceritakan jika sewaktu Johnny SMA, ada seorang ‘hyung’ yang selalu memintanya untuk tahu posisi jika ia hanya adik angkat Johnny. Semuanya mulai menampakkan benang merah sekarang.
“Aku membenci Seungyoun ketika ia mencoba menyelamatkan Hangyul. Sejin mengaku jika selama Seungyoun menjadi kekasihnya, ia menghujaninya dengan segala perlakuan manis. Namun semua itu terasa hambar untuknya karna sejak awal hati Seungyoun sudah sepenuhnya milik Hangyul. Lalu mommy meninggalkan kami dan saat itu aku mulai tersesat atas perasaanku pada hangyul sampai-“
Johnny merasa tenggorokannya tercekat. Tapi lain dengan Jaehyun dan Mingyu yang masih berada dalam kebingungan, Rowoon hanya menatap Johnny dengan pandangan biasa. Masih sedikit menyayat rasanya jika mengingat Johnny pernah menaruh hati pada orang lain. Tapi Jaehyun terus meyakinkan dirinya jika ia dan Johnny kini hanya milik satu sama lain tanpa ada celah lagi bagi siapapun untuk memasukinya.
“Aku bertemu dengan Seungyoun di awal kita kuliah. Saat itu aku tak mengerti kenapa ia terus-menerus mendampingi seorang pasien kejiwaan bernama Lee Sejin meski ia sendiri juga hanya pemuda biasa yang rasanya bisa kabur saat itu juga. Ketika Sejin dinyatakan sembuh Seungyoun benar-benar tampak bahagia dan dari sana ia mulai mendekati Hangyul kembali.”
“Seungyoun merasa begitu marah ketika mengetahui jika Johnny mencintai Hangyul. Segala spekulasi bersarang diotaknya. Mungkin efek dari rutinitasnya mengurusi Sejin setiap hari di rumah sakit jiwa selama bertahun-tahun. Ia takut Hangyul mengalami kesulitan yang jelas-jelas akan terjadi jika ia berhubungan dengan Johnny. Tapi karna otak bodohnya itu dia terlalu cepat cemburu ketika melihat Johnny mencium Hangyul didepan apartemen. Lalu entah kerasukan setan mana ia jadi nekat begitu.”
Jelas Rowoon terlihat sedikit lega, selama ini hampir tak punya kesempatan untuk membela Seungyoun dengan waktu dan langkah yang tepat.
“Sejin, ia berkata padaku jika ia mengatakan pada Seungyoun tentang kebiasaan kami ketika bersama dulu. dan kemungkinan yang lebih karna aku dan hangyul yang selalu punya banyak waktu bersama. Mungkin itu yang memicunya.”
Johnny menatap Jaehyun, menciumi kedua tangan Jaehyun yang digenggamnya. Tersirat penyesalan yang amat dalam disana. Pasti berat bagi Johnny menceritakan masa lalu didepan seseorang yang sangat ia dambakan untuk menjadi masa depannya. Lidahnya seolah sudah kelu ketika menatap manik surgawi Jaehyun yang bahkan tak menunjukkan amarah sedikitpun. Padahal Johnny yakin, jika orang lain yang berada diposisi Jaehyun saat itu, mungkin ia kini sudah tak bernyawa.
“Jaehyun-ah...”
“Tidak perlu meminta maaf hyung. Terimakasih sudah menceritakan semuanya dan merasa menyesal atas semua itu.”
Johnny segera menarik Jaehyun ke pelukannya. Entah seluas dan sedalam apa hati Jaehyun itu, yang jelas Johnny takkan pernah puas menyelaminya. Ia hanya bersyukur bahwa akhirnya Jaehyun masih sudi untuk diajaknya berjalan beriringan menuju masa depan.Keuuuuttttttttt....
Ini wei lagi.
Aku sayang sejin kok temen2, tapi maaf ya disini aku bikin dia sedikit antagonis.
Maaf juga kalo ceritanya makin gak jelas. Bentar lagi END sih ini.
Makasih ya buat temen2 yang setia sama book ini.
Oh iya, TMH updatenya nanti agak maleman ya...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Twin [[JOHNJAE, SEUNGYUL]] End.
FanfictionJaehyun dan Hangyul tak pernah menyangka bahwa mereka akan dipertemukan kembali. Setelah segala drama perpisahan orang tua mereka yang mengharuskan keduanya hidup dalam neraka yang berbeda. Namun pada dasarnya mereka tetaplah satu, sedarah, sempat b...