Should i ?

1.7K 240 35
                                    

Jujur aku kaget waktu ada yang minta si kembar cepet2 diketemuin  di chap kemaren karna di chap ini aku emang udah berencana buat bikin mereka ketemu 😀
astaga berarti ini ketebak banget alurnya yaaa  😀 aduhh semoga tetep ada yang tertarik yahhh ...
BTW aku seneng banget 24jam udah ada lebih dari 20 vote 😭😭😭😭😭
makasih temen-temennnnn
selamat membacaaaa...









Beberapa hari berlalu dengan kehidupan Jaehyun yang tak banyak berubah. Rutinitasnya hanya disekitar apartemen, kampus, kedai milik Amber, ataupun rumah kakek neneknya. Pun dengan orang-orang yang ditemuinya, Jaehyun kini lebih banyak menghindar dari Johnny. Setidaknya berkat bantuan Rowoon dan Seungyoun, Jaehyun kini dapat mengamati hangyul dari jauh.

Setiap sore, jaehyun akan meminta pegawai Amber yang lain untuk memberikan segelas tambahan smoothies jika Johnny datang berkunjung. Ia ingat jika sewaktu kecil, smoothies pisang yang dicampur strawberry dan buah persik adalah minuman favoritnya dengan Hangyul. Dulu, mereka akan berebut hingga salah satu dari mereka menangis, dan orang itu pasti Jaehyun. Ahhh, jaehyun jadi ingin kembali ke masa-masa itu.

“Jaehyun-ah, mau kemana sepagi ini?”

“A-aku ada kuliah pagi hyung.”

“Oh, kebetulan aku juga akan kesuatu tempat dan sepertinya kita searah. Mau ikut denganku saja? Maksudku, aku akan mengantarmu jika kau mau.”

“Uh-hum. Gumawo.”

Jaehyun mengangguk antusias. Surai tebal sewarna coklat madunya bergoyang seirama dengan anggukan kepalanya. Senyum diwajahnya membuat kedua pipi kemerahannya terangkat dan membentuk bulan sabit dari matanya. Matanya yang terkena sinar matahari memantulkan cahaya ketika ia berusaha membukanya lebar-lebar. Gemas sekali.

Di dalam mobil, Rowoon banyak membicarakan Hangyul. Tentang bagaimana anak itu selalu ceria sebelumnya. Tentang bagaimana ia dan teman temannya sangat menyayangi Hangyul. Tentang bagaimana cerewetnya Hangyul yang tampak berlainan dengannya. Dan Rowoon sangat puas karena Jaehyun benar-benar mendengarkannya dengan antusias, menatapnya dengan tatapan berbinar setiap kali ia menceritakan kehidupan Hangyul yang bahagia.

“Jaehyun-ah?”

“Eum?”

“Apa kau benar-benar baik-baik saja dengan semua ini?”

Jaehyun memiringkan kepalanya pertanda tak mengerti. Ketika mobil yang mereka kendarai berhenti, ia melepas sabuk pengaman yang melilit tubuhnya. Mengerahkan atensinya sepenuhnya pada pria yang lebih tinggi.

“Maksudku, kau tak perlu menahan diri untuk untuk bertemu Hangyul. Kalau semua yang kau ceritakan pada Johnny itu benar, kupikir kau harus mengatakannya pada hangyul. Setidaknya dia harus tau jika masih banyak orang menyayangi dan merindukannya.”

“Dari mana .. . h-hyung tau?”

“Aku mendengar pembicaraanmu dan Johnny dimalam setelah kita mencari Seungyoun dan Hangyul. Maaf, Jaehyun-ah. Bukan maksudku untuk menguping, aku hanya...”

“Tidak apa hyung, kau tidak sengaja. Kami yang terlalu ceroboh.”

“Jadi? Apa yang akan kau lakukan setelah ini Jaehyun-ah? Kau... eum, kau bisa mengatakannya padaku jika butuh bantuan apapun.

Jaehyun diam, mencerna segala hal yang baru saja Rowoon katakan. Kenapa tak terpikirkan oleh Jaehyun sebelumnya. Rowoon benar, selama ini Hangyul mungkin merasa begitu kesepian. Hangyul berhak tahu jika ia ada disekitarnya dan merindukannya. Setidaknya Hangyul harus tau jika ia tak pernah ditinggalkan.

Dalam sepersekian detik atmosfer diantara mereka terasa beku. Tapi Rowoon jelas tak tahan lagi melihat situasi yang ada.  Sejak pertemuan pertama mereka, Jaehyun berhasil menggetarkan sesuatu dalam dirinya. Pria manis dengan kulit cantik dan tatapan mata lembut yang baru saja pindah didepan unit apartemennya. Masih Rowoon ingat betapa ia terlihat malu ketika Rowoon memintanya bertukar sapa.

Tapi terkadang Rowoon harus merutuki dirinya yang terlalu peka pada situasi. Jaehyun yang begitu polos dan baru merasakan cinta pertamanya, justru harus terseret dalam cinta segitiga yang rumit yang melibatkan saudara kembar yang begitu dirindukannya. Andai jika itu dirinya, dan bukan Johnny yang Jaehyun cintai. Andaikan Rowoon tak meyakini jika Johnny akan berpaling pada Jaehyun jika pria manis itu berusaha. Andai Rowoon biya meyakinkan Johnny untuk tak keras kepala dan berpegang teguh pada cintanya yang salah pada Hangyul. Jaehyun mungkin takkan terjebak di posisi sesulit ini.

Terdengar sangat pengecut memang, ketika ia menyadari semuanya secara tidak langsung namun tak bisa mengambil langkah apapun. Bagaimanapun juga, Seungyoun adalah sahabat yang sudah seperti keluarga untuknya. Begitupun Hangyul yang bagaikan separuh hidup bagi Seungyoun. Tapi manusia memang tak pernah tahu kapan dan pada siapa cinta akan tiba. Dari awal Rowoon sadar ia berada pada lingkaran cinta yang takkan dapat ditembusnya. Tapi jika Johnny terus menyia-nyiakan Jaehyun yang tepat berada didepannya, salahkah jika Rowoon ingin berusaha sekali lagi?

“Rowoon hyung, gumawo.”

Setelahnya Jaehyun tak mengatakan apapun lagi. Ia segera beranjak keluar dan memasuki gedung kampusnya. Jaehyun mencoba berkonsentrasi pada kuliahnya, namun hatinya tak berada disana meski otaknya berusaha mencerna segala perkataan dosen didepannya. Jaehyun ingin bersabar, tapi ia tak bisa bertahan lebih lama.

“Jaehyun ssi, kelasku belum selesai.” Gertak dosen paruh baya yang tengah mengajar.

“Mian ssaem, tapi aku harus pergi.”

Jaehyun berlari menuju ruang tata usaha, mengecek dimana kelas Hangyul. Ia mendatangi kelas yang seharusnya dihadiri saudara kembarnya itu namun nihil, Hangyul tak menampakkan diri disana. Jaehyun sudah siap menerima segala bentuk reaksi yang akan diterimanya nanti. Berbekal alamat kediaman keluarga Seo yang disimpannya di pondelnya, Jaehyun memberhentikan taxi dan bergegas pergi.

Bola mata Johnny rasanya hampir lepas bersamaan dengan jantungnya yang terasa akan berhenti berdetak. Ia tengah menyuapi Hangyul yang tampak hidup tapi mati ketika Jaehyun tiba-tiba berjalan memasuki pekarangan rumahnya. Johnny melihat Hangyul dan Jaehyun bergantian. Otaknya terasa berehenti sejenak melihat Hangyul yang hanya diam membeku. Jaehyun berjalan kearah Hangyul dengan air mata yang tampak sudah hampir tumpah dari pelupuknya.

“Jaehyun-ah.”

“Hangyulie.”

Jaehyun berlari dan memeluk Hangyul erat. Seolah menumpahkan segala perasaannya yang selama ini tak bisa ia bagi. Hangyul yang masih terdiam tak membalas pelukan Jaehyun. Anak itu masih belum bisa mencerna apa yang sedang terjadi padanya. Terlepas dari apa yang ada di pikirannya, hatinya seolah faham dan mendesak air mata keluar dari kelopak mata indahnya yang serupa dengan milik Jaehyun.

“Hangyulie hiks, ini aku Jaehyun, hyungmu. Hiks aku merindukanmu hangyul-ah, maafkan aku baru datang padamu.”

Johnny menatap keduanya dengan tangan yang terkepal. Merasa terhianati dengan Jaehyun yang baru saja mengingkari janjinya. Ketakutan akan Hangyul yang akan dibawa pergi darinya melingkupi hati Johnny. Membutakannya dari akal sehatnya. Johnny menarik Jaehyun yang masih memeluk Hangyul hingga tubuh keduanya terpisah dan Jaehyun mundur beberapa langkah.

“Apa yang baru saja kau lakukan Jaehyun-ssi.”

“Hangyulie, aku Jaehyun saudara kembarmu. Kau pasti mengingatku kan?” Jaehyun tetap tak menyerah dan menggenggam kedua tangan Hangyul.

“JAEHYUN-SSI!!!”

Hangyul terus bergeming dan menunduk tanpa mengucapkan sesuatu. Membiarkan airmatanya mengalir mengikuti arah gravitasi. Sesuatu yang amat berharga baru saja diambil darinya hingga rasanya ia tak punya apa-apa lagi. Sedangkan saat ini seseorang yang mengaku separuh dirinya datang kembali padanya. Haruskah Hangyul bahagia atau ketakutan jika ia akan membawa masalah bagi orang lain lagi?

“GEUMANNN!!!”

Tubuh Hangyul bergetar, pikiran buruk menyerbu otaknya. Ia tak ingin dibuang lagi, ia tak ingin membawa masalah pada orang lain lagi.

“Pergilah kumohon.” Entah pada siapa Hangyul berbisik setelah teriakannya yang terdengar begitu menyayat hati.

Hangyul meremat rambutnya, merasakan sakit yang teramat sangat pada kepalanya. Ia histeris, menundukkan dirinya dan memeluk lututnya sendiri. Hangyul benar-benar tak bisa memikirkan apapun lagi.











Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Twin [[JOHNJAE, SEUNGYUL]] End. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang