6. 드라마 - Drama

1.5K 139 2
                                    

Hal yang kau anggap kecil dimata orang lain begitu besar. Saat kau melihat sesuatu dari sudut pandang berbeda maka yang kau lihat pun berbeda. Seperti kita melihat sisi negatif dari sesorang kita akan terus melihat sisi itu bukan sisi terbaik dari dirinya. Mungkin itu yang di rasa Soobin melihat Jaemin begitu pun Jaemin melihat Soobin. Dan yang menjadi penengah di antara mereka hingga sekarang belum ada yang bisa menjadi tim netral.

Mungkin jika temen sekelas memilih antara Soobin dan Jaemin mereka akan memilih Soobin, tapi bagi Jaemin yang mereka lihat hanya topeng tebal Soobin, dia tau sisi gelap dari seorang Choi Soobin. Pria bermarga Choi ini telah memikat hati teman dengan gurunya hingga mereka tidak sadar bahwa Soobin sedang bermain dengan mereka.

"Liatlah kau Soobin apa kau tidak lelah memakai topeng itu, huh?"

"Ck, bagaimana dengan dirimu sendiri menjadi alibi untuk melindungi seseorang?"

"Setidaknya aku tak seperti dirimu, munafik,"

"Aku tidak munafik, mereka saja yang bodoh,"

"STOP, KALIAN BERDEBAT MEMBUATKU MAKIN PUSING,"

"TIDAK ADA YANG MEMBUTUHKAN KATA-KATAMU BOMIN, DIAM," ucap Soobin dan jaemin bersamaan.

Seketika Bomin duduk kembali di bangku bawah pohon sekolah. Dia hanya ingin menjadi penengah bukan santapan harimau dan buaya yang kelaparan.

"Ya, ya aku hanya ingin melihat kalian damai Tuan Choi dan Tuan Na. Jika kalian akur akan terlihat menyejukkan di pandang,"

"Tidak usah di pandang,"

"Oke, serah kalian berdebat sampai lalat berjalan atau kucing terbang. Terserah kalian,"

"Aku akan selalu mengawasi mu Jaemin-ah,"

"Aku pun akan mengawasi mu. Padahal kita bisa menjadi teman yang baik karena kita satu tujuan tapi keras kepalamu itu-,"

"Kenapa? Jika itu masalah untuk mu kau bisa mengabaikan ku mudah bukan,"

"Jika bukan karena aku berjanji ke ibu mu sudah ku habisi kau Choi Soobin,"

"Ha? Janji apa Na?"

Perkataan Jaemin membuat Soobin terdiam dan termenung ia tak sanggup melihat Jaemin dan hanya menunduk. Di sisi lain Choi Bomin bingung janji apa yang dibuat bersama ibunya Soobin.

Boomin kira, Soobin dan Jaemin itu berselisih paham karena perbedaan pikiran. Setelah mengetahui janji itu, Boomin yakin jika hubungan mereka itu retak karena suatu hal. Boomin bertekad untuk mencari tau sendiri apa yang terjadi antara Soobin dan Jaemin.

"Dari perkataanmu, ku yakin kalian pasti sangat akrab, iya kan?"

Pertanyaan Boomin tidak dijawab oleh Soobin maupun Jaemin. Jaemin langsung menarik tangan Bomin untuk segera masuk kelas meninggalkan Soobin yang masih termenung dengan wajahnya yang merah seperti tomat. Bomin yakin jika ekspresi dari Soobin menunjukkan sebuah amarah, dendam, dan kekesalan.

"Na jelaskan perihal tadi, apa maksudmu janji kepada ibu Soobin?"

"Itu janji dulu. Ah, sudah jangan dibahas aku tidak ingin membahas Soobin sekarang,"

"Hari ini kau ada waktu, Na?"

"Tidak sebentar lagi ibu dan ayah tiriku akan kembali dari Australia kesini jadi aku akan mengawasi pekerja yang akan membereskan rumahku nanti. Wae?"

"Aku ingin bermain gim kurasa nanti saja ku tunggu sampai kau ada waktu luang,"

Sepulang sekolah Bomin mengabari Jaehyun tentang kepulangan Tuan Shim dan Nyonya Shim dari Australia kembali ke Korea.

BeginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang