Di bawah langit biru yang begitu indah. Entah apa yang dipikirkan oleh Jungkook, semakin hari ia semakin murung dan pendiam. Begitu pula Bomin dan Soobin saat bertemu Jaehyun. Mereka tidak bereaksi apapun selain menganggukan kepala.
"Ada apa dengan kalian? Setiap kali aku berbicara kalian hanya diam saja, apakah ada yang salah dengan ide ku? Atau apa? Katakan, jangan hanya bungkam,"
"Tidak apa-apa Hyung, kami hanya berusaha mencernanya," ucap Soobin.
"Jika sekali dua kali masih bisa aku toleransi tapi ini sudah kesekian kalinya kalian seperti ini. Apakah ada yang kalian sembunyikan dariku? Jungkook-ah kau adalah sahabatku kan mana mungkin kau berbohong kan,"
"Tidak ada yang kami sembunyikan Jaehyun-ah, beberapa hari ini aku merasa tertekan karena masalah keluargaku yang tidak bisa aku bicarakan denganmu, Soobin dan Boomin seperti itu sebentar lagi mereka akan ujian," ucap Jungkook dengan kepala tertunduk.
"Baiklah aku percaya dengan kata-katamu,"
Jaehyun begitu percaya dengan Jungkook, sahabatnya. Tapi hati Jungkook semakin hari, semakin gelisah. Rasa bersalah tiap hari menghantui Jungkook.
"Aku berjanji akan mengatakan kebenarannya nanti Jaehyun-ah, aku ingin kau tahu dengan caramu sendiri," isak tangis Jungkook begitu menggema di ruangannya.
Hari ini ibu Jaemin sampai di Korea akan tetapi tidak bersama dengan Tuan Shim, disitulah Jaehyun harus menemukan ia dan ibunya. Tapi dia takut jika pertemuan ini akan membuat rencana yang telah disusun sedemikian rupa hancur begitu saja. Segera, ia menghubungi Soobin dan Bomin untuk rencana ini semua.
"Kalian sudah tau kan apa yang ku maksud? Bagaimana pun kita harus bisa mempertemukan mereka tapi jangan sampai ada konflik yang terjadi,"
"Bisa, Hyung,"
Jaehyun hanya bisa kebingungan mengapa ia tiba-tiba dibawa oleh Jungkook, "Kau ingin bertemu dengan ibu Jaemin bukan?"
"Iya, Kook tapi apakah dengan cara ini kita seperti seorang penguntit,"
"Kau ini seperti tidak pernah melakukan hal ini,"
Setelah beberapa jam menunggu akhirnya ibu Jaemin pun datang memeluk Jaemin, disitulah Jaehyun terkejut ia merasa familiar dengan wanita itu.
"Aku yakin kau merasa familiar kan dengan wanita itu,"
"Kook?"
"Iya, Jaehyun-ah dia ibumu. Maafkan aku telah berbohong kepadamu. Tapi, tolong jangan merusak rencana ini kau harus bisa mengendalikan dirimu,"
"Kau berbohong kan, ayo Bomin kita turun sekarang, "
Bomin hanya bisa melihat Jungkook dan Jungkook hanya menganggukan kepalanya sebagai tanda setuju. Sudah cukup ia menanggung hal ini, semakin ia tutupi rasa bersalah yang dihatinya akan semakin besar.
"Hyung, jika benar itu adalah ibumu aku mohon kau tenang,"
"Kita lihat saja nanti,"
Jaehyun berjalan bersama Soobin mendekati kediaman Tuan Shim.
"Jaemin-ah,"
Wanita itu menoleh melihat ke arah Bomin dan juga Jaehyun. Kaki Jaehyun terasa begitu lemas ternyata ibunya ada di depan mukanya dan Jaemin ialah adiknya yang dicari-cari.
"Perkenalkan, saya Jung Jaehyun sepupu dari Bomin, disini saya hanya mengantarkan Bomin untuk bermain dengan Jaemin saya permisi dulu,"
Nyonya Eunji hanya bisa mengkerutkan dahinya, ia merasa sangat kenal dengan pemuda yang ada didepannya. Begitu juga Jaemin yang melihat ke arah Bomin dengan tatapan yang sangat masam.
Jaehyun langsung pergi begitu saja dan memasuki mobil Jungkook, "Kau, kenapa Kook?"
"Aku tahu kau akan terluka, wanita itu banyak menyimpan rahasia dari kalian berdua, lebih baik kita bicarakan di taman,"
Soobin yang melihat kejadian itu hanya menatap kebingungan, ia bagaikan nyamuk yang hanya numpang lewat saja.
"Aku tahu kau akan terluka, aku tahu. Sudah cukup kau terluka aku tidak mau kau terluka lagi,"
"Aku sudah menyusun segala rencana dengan baik, kau boleh dendam dengan ibumu tapi tidak merusak rencana kita," lanjut Jungkook.
"Aku bisa membantu kalian,"
"Jake?"
"Siapa dia? Kenapa banyak hal yang telah ku lewati," kesal Jaehyun.
"Biar aku saja Jungkook Hyung yang menjelaskan pada Jaehyun Hyung,"
"Dia adalah putra Tuan Shim, Jake Shim. Ia adalah putra Tuan Shim dengan istri pertamanya,"
"Terserah kalian bisa percaya padaku atau tidak. Tapi, aku bisa membantu kalian. Sudah cukup ayah seperti ini," ucap Jake.
"Di surat mendiang ibuku, ia meminta jika ayahku melakukan kesalahan fatal dan harus dihukum maka ia harus dihukum. Aku pun sebagai anak tidak menyukai cara dia mendidik Jaemin Hyung,"
"Aku senang mendapatkan kakak, karena aku kesepian. Tapi, ia membenciku karena aku putra ayahku. Aku mau dia menyayangi ku sebagai adiknya," suara Jake semakin melirih, matanya pun berkaca-kaca.
Sebaliknya Jaehyun dengan tatapan amarah melihat Jake, "Bagaimana kita bisa percaya padamu?"
"Kalian bisa melakukan sesuatu hal jika ucapan ku tidak bisa dipertanggungjawabkan,"
"Baiklah, aku akan percaya pada mu,"
"Rencana pertama adalah mengetahui alasan ibumu meninggalkan ayahmu,"
"Kenapa kita harus membahas wanita itu? Ia meninggalkan ayahku karena dia ingin hidup mewah sebagai nyonya besar Kook,"
"Hyung, ibumu juga menderita kita ikuti saja rencana Jungkook Hyung," kata Jake.
"Apa yang dikatakan Jake benar, Hyung. Dengan mengetahui itu semua, kemungkinan kita akan mendapatkan bukti yang besar," ucap Soobin.
Di lain sisi, Bomin yang berada di ruang tamu kediaman Tuan Shim hanya bisa diam. Ia bahkan tidak sanggup melihat Jaemin.
"Siapa dia?"
"Sepupu,"
"Sepupu mana?"
"Sepupu jauh Jaemin, kau ini kenapa ia adalah putra adik ibuku,"
"Ibumu punya adik?"
"Iya, cuma bukan adik kandung seperti adik adopsi tapi aku belum pernah kan bercerita denganmu,"
"Baiklah, aku hanya tidak suka dengannya,"
"Kenapa?"
"Wajahnya sangat menyebalkan,"
Bomin hanya bisa tertawa melihat tingkah laku Jaemin, walaupun dalam hatinya ia mengumpat karena menjadi tumbal rencana ini semua.
Hai semuanya maaf ya aku ngilang 2 bulan. Karena aku ada masalah yang membuatku harus istirhat selama itu apalagi tugas kuliah semakin membuatku menangis. Maaf banget okey
Happy reading.....TBC.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Begin
FanfictionPerceraian kedua orang tua membuat Jaemin dan Jaehyun terpaksa berpisah sejak kecil. Kedua anak ini hidup memiliki takdir yang berbeda dan membuat pikiran mereka pun berbeda. Setelah dewasa, mereka dipertemukan dalam situasi yang tidak tepat.