3. Bertamu

4.1K 346 20
                                    

🏠🏠🏠🏠

Bercanda.

Aku nggak pingsan kok. Cuma emang hampir pingsan kalau seandainya aku nggak kuat iman. Gimana nggak, Mas Reyhan dengan pakaian yang masih sama seperti tadi, sedang berdiri di depan pintu rumahku sambil bilang ; "Aku boleh masuk?"

Kata-kata dia nggak salah sih. Yang salah itu mimik muka dia yang dataaaaar kayak jalan tol. Di tambah dengan tatapan dia yang, huuu tajam. Aku sempet ragu dia itu minta izin atau ngancam.

Kalau kata Pak RT, kita kan harus rukun sama tetangga. Jadi aku bolehin deh dia masuk. Aku buka tuh pintu lebar-lebar pas dia udah masuk. Jadi kalau dia mau niat jahat sama aku kelihatan dari luar.

"Silahkan duduk, Mas." pintaku sopan.

Kalau nggak sopan takutnya nanti aku di cekek sama dia.

Aku berjalan ke dapur. Mengambil dua minuman kaleng dan satu toples kue coklat dari dalam kulkas. Aku hidangin tuh buat Mas Reyhan yang lagi lihat-lihat kontrakan ku. Buat apa dilihat coba? Orang sama aja.

Mata tajam nya menatap sekeliling dengan seksama. Fokus banget. Sampai-sampai alisnya yang hitam itu menekuk. Jadi kelihatan galak. Aku aja sampai gemetaran ngelihatnya. Padahal bukan aku yang di tatap kayak gitu.

"Kenapa berdiri?"

Eh?

"Ini juga mau duduk kok, Mas."

Aku mengambil tempat duduk di depan Mas Reyhan dengan kikuk. "Ada apa ya, Mas?"

Mas Reyhan menatapku datar, "Nggak papa. Tadi aku di suruh ngecek kamu sama Rasi. Takut kamu ada apa-apa."

"Oooh." aku tersenyum menanggapinya. Diam-diam aku mengumpati Rasi. Awas kamu, Rasi!

"Di minum, Mas!"

"Iya."

Aku memperhatikan lengan kekar nan berurat Mas Reyhan  yang sedang membuka minuman kaleng. Kokoh banget, guys.

Sebenernya Mas Reyhan ini ganteng. Banget malahan. Mukanya mulus, nggak berewokan. Dia itu kelihatan serem karena alis sama matanya itu. Jadi kelihatan galak. Padahal, mah aslinya aku juga nggak tau.

"Kenapa?"

"Ha?"

Aku menatap Mas Reyhan yang balik menatapku dengan datar.

"Eh, nggak papa Mas, hehehe."

Garing banget lo, Key.

"Kamu kenapa tinggal di kontrakan? Bukannya kamu punya rumah?"

"Oh, cuma mau mandiri aja Mas. Makanya ngontrak."

Mas Reyhan mengangguk.

"Terus, Mas gimana? Bukannya Mas juga punya rumah, ya? Kenapa malah ngontrak?"

Mas Reyhan menatapku tajam, "Bukan urusan kamu."

"Eh?"

Aku mengerjap. Dia seriusan jawab kayak gitu? Galak bener.

"Oh, oke Mas."

Aku meringis melihatnya yang masih menatapku dengan tajam. Aku nggak ada salah ngomong kan sampe bikin dia marah? Padahal kan yang harusnya marah itu aku. Waktu dia nanya aku jawab baik-baik. Eh, pas giliran aku yang nanyak, dia jawabnya kayak gitu. Aku dong yang harusnya marah. Ya kan? Ya kan?

Untung aku baik hati dan penyabar jadi nggak suka marah-marah.

Bilang aja lo takut, Key

Siapa coba yang ngomong kayak gitu? Berani banget.

Mas ReyhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang