5. Mak! Aku baper!

3.4K 303 5
                                    

Hehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehe!!

Happy Reading!!!
🏠🏠🏠🏠

Aku berjalan dengan tangan yang sedikit gemetar menuju kontrakan Mas Reyhan. Lalu setelah sampai di depan pintu kontrakannya, bukannya mengetuk aku malah hanya berdiam diri sambil menelan ludah berkali-kali.

Kalau bukan karena Rasi, aku nggak mungkin berdiri di depan sini sekarang. Takut banget kalau harus lihat muka Mas Reyhan yang galak itu. Takut di galakin. Ditambah akhir-akhir ini muka Mas Reyhan kayak mau makan orang. Serem banget deh pokoknya.

Setiap berpas-pasan sama dia, matanya langsung natap aku kayak aku tuh udah buat masalah besar banget. Belum lagi cara bicaranya yang sedikit meninggi dan agak membentak dari biasanya saat berbicaara. Tapi itu sama aku doang, loh. Kemarin aku lihat dia ngobrol sama Pak Rt nggak ada tuh bentak-bentak. Kayak biasa aja. Malahan terkesan ramah.

Dasar pilih kasih!

Bahkan kebiasaanku saat libur yang akan duduk di depan sambil menikmaati semilir angin pagi, terpaksa aku hilangkan untuk sementara. takut kalau nanti ketemu dia tanpa sengaja.

Eh, si Rasi malah nyuruh aku lihatin Mas Reyhan yang katanya lagi sakit. Soalnya orangtua Mas Reyhan lagi nggak di sini. Makanya Rasi sama Pak Bosku itu di mintain tolong buat mantauin  Mas Reyhan, takut kenapa-napa katanya.

Ternyata Mas Reyhan manja juga, ya.

Karena jarak rumah Rasi dan Pak Bos ke sini itu lumayan, alhasil akulah yang di suruh nengokin.

Haah! Nasib-nasib!

Aku meremas tanganku dengan gugup terlebih dahulu, barulah aku memberanikan diri mengetuk pintu kontrakan Mas Reyhan. Hanya terdengar suara lirih dari dalam yang mengucapkan kata 'sebentar' pada ketukanku yang ketiga.

Lalu pintu terbuka.

Aku menggigit bibir bawahku saat melihat kondisi Mas Reyhan. Mengenaskan.

Bibirnya pucat, matanya merah dan terlihat sedikit sayu. Tapi masih tampak tajam. Rambutnya acak-acakan, badannya juga terlihat sangat lemas. Terbukti dengan Mas Reyhan yang menyenderkan tubuhnya di pintu yang terbuka.

"Ada apa?"

Aku meringis sebelum melihatnya takut-takut. Ternyata suaranya masih galak, guys.

"Maaf, Mas, anu ini di suruh Rasi nengokin Mas. Katanya sakit."

Mas Reyhan mengangguk sambil memijit keningnya, "Ya udah. Masuk!"

Hah?

Aku melihat Mas Reyhan yang berjalan masuk dengan tertatih-tatih. Ini beneran aku di suruh masuk?

Mas Reyhan yang sepertinya sadar kalau aku tidak mengikutinya menoleh ke belakang, "Masuk!"

Ck! Masih sempet-sempetnya bentak orang.

Dengan takut-takut aku berjalan masuk mengikuti Mas Reyhan. Mas Reyhan langsung merebahkam tubuhnya saat sampai di sofa ruang tamu. Dia berbaring dengan lengan yang menutup matanya. Kayaknya dia beneran sakit, deh. Kasihan.

Aku yang tidak tau mau ngapain, lebih memilih duduk di sofa tunggal didepan Mas Reyhan berbaring sambil melihat-lihat kontrakan Mas Reyhan. Rapi banget. Lebih rapi dari kontrakanku. Tapi susunan barang-barangnya tidak jauh berbeda, hanya saja di sini tidak ada televisi yang di pajang. Mungkin di pajang di kamarnya.

"Kamu di suruh kesini bukan cuma untuk lihat-lihat kontrakanku, kan?

Suara datar dan sedikit tinggi itu menyentakku. Aku melihat kearah Mas Reyhan yang sudah duduk. Ia menumpu sikunya di paha sambil menatapku dengan tajam. Heran, masih bisa gitu ya dia galak pas sakit gini. Kalau aku pasti bawaannya lemes aja gitu, nggak sanggup buat galakin orang.

Mas Reyhan memang ajaib!

Aku tersenyum menatap Mas Reyhan. Kata Pak Ustadz, kalau orang marah-marah itu kita senyumin aja. Jangan di balas marah. Padahal mah aslinya aku takut mau marahin balik.

"Iya Mas, ini obat penurun panas dari Rasi."

Aku menyerahkan bungkusan berlogo Apotik kepada Mas Reyhan yang memang sedari tadi aku bawa.

Cieeee! Kalian pasti nggak sadarkan kalau aku bawa obat? Iya! Aku emang bawa obat penurun panas buat Mas Reyhan. Tapi sebenernya itu bukan dari Rasi. Ingatkan tadi aku cuma di suruh nengokin, bukan untuk jagain. Kebetulan memang kemarin aku ke apotik buat beliin Mbak Siti obat penurun panas. Tapi kemarin nggak jadi antar karena hujan. Jadi pas aku tau kalau Mas Reyhan itu sakit aku bawa aja sekalian. Sesama tetangga kan memang harus saling peduli.

Halah, bilang aja lo emang perhatian ya, kan Key?

Hush! Siapa tuh yang ngomong? Enak aja, modelan kayak Mas Reyhan kok di perhatiakan. Nggak lah ya! Bagusnya tuh di sayang. Eaaaaa. Bercanda.

Type aku bukan yang tegas dan galak kayak Mas Reyhan itu. Tapi yang lemah lembut dan penurut. Biar bisa di jadiin sopir sekalian. Hehehe

Kalau kalian mau daftar juga bisa kok.

Back to the topic

Aku melihat Mas Reyhan yang hanya diam melihat bungkusan obat di atas meja. Lalu, tak lama kemudian tatapannya naik menatapku tepat di mata.

Deg!

Kok Mas Reyhan natap aku kayak gitu sih? Aku kan jadi deg-degkan. Aduh! Mau ngalihin pandangan tapi mata aku udah kayak terikat aja. Nggak bisa di lihat lain selain Mas Reyhan. Bisa gawat ini. Bisa-bisa nanti Mas Reyhan jatuh cinta lagi sama aku yang cantik dan imut ini.

"Kamu......,"

Aku menatap Mas Reyhan dengan alis terangkat semua. Nggak bisa sebelah soalnya.

".....Cantik."

MAK! AKU BAPEEEER!

🏠🏠🏠🏠

Maaf pendek.

Update berikutnya deh aku buat panjang. Ok.

See you.

Jangan lupa Vote, Coment, and Follownya guys.

Bye bye

Mas ReyhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang