13. Mas Reyhan kenapa?

2.7K 224 11
                                    

Happy Reading!!!

🏠🏠🏠🏠

Dan di sini lah aku sekarang, duduk di sofa ruangan Mas Reyhan sambil menatapnya yang sedang bergelung dengan pekerjaannya dan mengabaikan ku.

"Mas, aku pulang ya?"

"Nanti."

CK!

Udah seharian ini tingkah Mas Reyhan aneh banget. Aku sampai pusing mikirin tingkahnya yang aneh bin ajaib tapi ngeselin plus gemesin. Ngeselin karena dari jam makan siang sampai jam mau pulang aku nggak di bolehin keluar dari ruangan kerja di Restoran nya itu. Dan gemesin karena aku nggak berani nimpuk dia pakai high heels lima sentimeter yang lagi aku pakai karena takut dia marah.

Mungkin dia salah minum obat kali, ya.

Tingkah Mas Reyhan ini seakan-akan aku nggak boleh pergi jauh-jauh dari dia. Susah kalau aku nggak geer sama kelakuan dia hari ini. Baperin abis.

"Aku bisa di pecat kalau kayak gini, Mas."

"Udah aku izinin ke Arash."

Tuh, kan?

"Nggak baik loh Mas kita berduaan di dalam ruangan tertutup."

"Kamu nggak lihat pintunya dari tadi kebuka?"

Apa aku bilang? Yang ini boleh geer nggak sih?

Aku menghembuskan nafas lelah, lalu menyenderkan punggungku ke sandaran sofa yang empuk. Untung aja kerjaanku udah selesai. Kalau nggak, auto lembur deh besok. Sambil menunggu Mas Reyhan, aku mengirim pesan ke Mbak Siti kalau aku nggak akan balik ke kantor lagi. Telat sih bilang nya. Tapi ya udah lah dari pada Mbak Siti nyariin aku kan? Pede banget aku bakal di cariin sama Mbak Siti.

Sekarang udah jam empat lewat, dan suasana sunyi kayak gini bikin mataku ngantuk. Apalagi aku kan jarang banget tidur siang kecuali hari libur. Mas Reyhan pun kayaknya nggak akan peduli kalau aku numpang tidur sebentar. Suara jam dinding dan suara ketikkan bikin nambah berat mataku. Ngantuk banget. Lama-lama mataku terpejam dengan Ponsel yang masih ada di tanganku serta kepala yang sudah terkulai di sandaran sofa. Nggak ada suara lagi selain detak jantungku dan suara detikan jam. Bahkan suara ketikan dari laptopnya Mas Reyhan udah nggak kedengaran lagi. Nyaman banget. Ternyata seenak ini tidur siang, eh salah tidur sore.

Tapi suasana nyaman tadi sekarang udah berganti dengan titik-titik air yang mengenai mukaku. Hujan?

Dengan mata mengantuk, aku membuka kelopak mataku, menyipitkan pandangan karena cahaya ruangan yang silau. Mas Reyhan berdiri di depanku, menatapku datar dengan tangan yang memegang gelas berisi air putih. Nggak perlu repot-repot tanya, aku sudah tau jelas kalau air yang kukira hujan itu adalah ulah Mas Reyhan. Kejam banget dia bangunin cewek cantik kayak aku pakai air.

Aku mengusap wajahku yang basah, mendelik ke arah Mas Reyhan kesal. Bangkit dari posisi bersandar ku, aku duduk tegak lalu melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan angka lima. Lumayan, aku bisa tidur sebentar walaupun harus di bangunin pakai cipratan air.

"Ayo pulang!"

Mas Reyhan meletakkan gelas berisi air itu dan langsung melangkah keluar. Aku mendesah malas, nyawaku rasanya masih tercecer gara-gara tidur tadi. Kenapa dia nggak nungguin aku ngumpulin nyawa dulu, sih.

Dengan sempoyongan aku berdiri dan mengikuti langkahnya keluar dari ruangan yang sudah mengurungku dari siang. Restoran tampak sepi di jam-jam ingin mendekati waktu magrib, itu yang di katakan pelayan saat beberapa hari lalu aku bertanya. Memang sudah hampir seminggu aku bolak-balik mengantarkan makan siang untuk Mas Reyhan, dan baru hari ini dia tidak memperbolehkan ku kembali ke kantor. Selama seminggu itu pun menu makan siang Mas Reyhan tetap nasi Padang depan kantorku. Entah Mas Reyhan memang sesuka itu sama nasi Padang atau dia nggak mau aku repot kalau harus cari makan tempat lain di jam sibuk ini. Tapi aku berterima kasih karena aku nggak perlu mikir-mikir buat makan siang Mas Reyhan.

Tanpa di suruh aku membuka pintu mobil Mas Reyhan dan masuk kedalam. Mas Reyhan hanya melirikku sekilas. Dia menjalankan mobilnya dengan cepat. Tapi yang namanya Jakarta nggak akan pernah luput dari kata macet, kan? Mobil Mas Reyhan yang tadinya melaju sekarang berubah menjadi melambat. Jam pulang memang jam-jamnya macet.

Aku menguap entah untuk yang keberapa kalinya. Mataku masih sangat mengantuk. Kalau nggak inget tadi Mas Reyhan bangunin aku pakai air, sekarang aku pasti udah tidur. Tempat duduk mobil mahal emang beda. Empuk, persis kayak duduk di sofa dalam ruangan Mas Reyhan tadi.

Aku mengucek mataku, menahan kantuk yang kembali datang. Jalanan macet, mobil yang ku tumpangi ini lebih banyak berhentinya dari pada berjalan. Entah sampai jam berapa kami akan tiba kalau seperti ini. Kalau aku pakai ojol pasti lebih cepat. Sepeda motor gampang kalau mau nyalip. Andaikan mobil ini bisa terbang. Pasti seru.

"Macet banget ya, Mas?" Tanyaku basa-basi.

"Hmm."

Mas Reyhan kembali menjalankan mobilnya dengan pelan. Hari ini laki-laki itu tidak terlalu banyak bicara, lebih banyak diam dan hanya menjawab pertanyaanku dengan singkat. Bukan Mas Reyhan banget. Walaupun Mas Reyhan itu bukan tipe cowok yang banyak omong, tapi Mas Reyhan juga bukan cowok pendiam. Malah lebih ke galak sih menurutku. Dia kan kalau ngomong samaku selalu pakai urat. Dan hari ini Mas Reyhan hanya berbicara seperlunya saja. Membuatku heran dengan tingkahnya yang nggak bisa di tebak.

Bosan menunggu, aku mengambil Ponsel ku dan membukanya. Ada pesan dari Mama dan Mbak Siti.

Mama

Key, besok weekend mampir tempat Mama ya. Abangmu pulang.

Iya, Ma.
Tapi aku nggak nginep.

Aku tau kalau Bang Jimmy memang pulang membawa istrinya. Katanya sih ada yang mau di ambil sekalian liburan. Haah, sebenarnya aku malas kalau harus ketemu sama Bang Jimmy, tau sendiri kan kalau Bang Jimmy itu resenya minta ampun. Apalagi kalau ada Istrinya, makin-makin deh kelakuannya itu. Kayak anak-anak.

Mobil yang kami tumpangi akhirnya sampai. Perjalanan dari Restoran Mas Reyhan dan Kontrakan sebenernya nggak jauh-jauh amat, tapi karena macet kami jadi memerlukan waktu satu jam buat sampai. Aku sudah berdiri di depan mobil untuk mengucapkan terima kasih, tapi belum aku membuka mulutku Mas Reyhan sudah lebih dulu masuk ke Kontrakannya sendiri tanpa mengatakan apa-apa kepadaku. Seakan-akan aku hanyalah patung selamat datang.

Aku mendengus melihatnya. Entah ada apa dengan Mas Reyhan hari ini. Kelakuannya aneh banget. Nggak bisa di tebak. Setelah mengurungku tanpa ada alasan apapun, sekarang dia malah nyuekin aku. Ini maksudnya apa? Ha?

🏠🏠🏠🏠

Walaupun ini udah telat, aku tetep mau ngucapin selama idul Fitri teman-teman, mohon maaf lahir dan batin🙏🙏🙏

Udah lama banget aku nggak update, ya?

Masih ada yang nungguin nggak?
Semoga masih ada, ?

Sampai jumpa di Bab selanjutnya,
See you👋👋👋

Mas ReyhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang