6. Ha?

3.4K 296 9
                                    

Update, update, update!

Happy Reading!

🏠🏠🏠🏠

"Tapi lebih cantik lagi kalau kamu keluar dari rumahku. Aku pusing lihat kamu ada di sini."

Ish, kesel deh kalau ingat-ingat itu lagi. Mana aku sempet baper lagi. Ya walaupun cuma sedetik, karena detik berikutnya langsung di jatohin dengan kejamnya.

Hiks!

Dasar ya Mas Reyhan itu, parah banget main usir orang aja. Untung nggak lama dari itu Mama telfon, kalau nggak udah aku sleding itu Mas Reyhan karena udah berani-beraninya ngusir aku.

Tapi kalian tenang aja, aku nggak akan apa-apain Mas Reyhan kalian kok, soalnya aku lagi nggak di Jakarta tapi di..... mana, ya? Coba tebak!

"AKHIRNYA AKU BISA KE BALI JUGA, YUUUHUUUU!"

Yup! Anda benar sekali. Sekarang saya sedang berada di Bali. Selamat!  Anda mendapatkan uang dua juta rupiah! Jangan lupa bayar pajak sebesar tiga juta rupiah ya. Hehehe!

"Norak, lo!"

Bang Jimmy menggeplak kepalaku dengan santainya dari belakang.

Ck! Nggak sopan. Nggak tau ya kalau kepalaku itu slalu di Fitrain setiap tahun.

"Suka-suka gue lah! Iri? Bilang, Bu!"

Bang Jimmy mengernyitkan dahinya, "Bu? Apaan tuh?"

Aku mendekatkan wajahku ke arahnya, lalu berteriak, "BABU! Hahahaha!"

"SIALAN! NGGAK SOPAN! SINI LO!"

Aku berteriak memanggil nama Mama dan langsung lari sambil tertawa-tawa melihat Bang Jimmy yang mengejarku dengan wajah memerah. Dengan gesit aku menghindari tangannya yang hampir saja menggapai tubuhku.

"KEJAR KALAU DAPET! DASAR CEMEN!"

Aku terus berlari sambil melihat Bang Jimmy yang tampak kesusahan mengejarku di belakang. Dia terus-terusan memegang perutnya sambil berteriak mengejarku. Aku tertawa puas melihat itu. Pasti karena dia kekenyangan, kami tadi sempat makan terlebih dahulu saat sampai di bandara, makanya dia tidak bisa mengejarku dengan cepat. Rakus sih.

Aku terus berlari sambil tertawa tanpa melihat ke depan. Hanya fokus melihat Bang Jimmy di belakangku yang terlihat menderita. Sampai akhirnya....

BRUK!

"Aw!"

Aku meringis sakit. Memegang jidatku yang kuyakini memerah sekarang. Aku berdiri dari jatuhku lalu menatap objek yang membuatku jatuh dengan kesal.

Pohon kelapa sialan!

Bang Jimmy datang dari belakang sambil tertawa melihat penderitaanku. Abang yang tidak patut di tiru, ya. Adiknya lagi kena musibah malah di ketawain. Abang durhaka!

"Makanya kalau jadi adik itu jangan suka jahilin Abangnya. Kena karma kan sekarang."

Karma gundulmu!

Aku menatap Bang Jimmy yang masih tertawa dengan kesal, lalu melirik sinis pohon kelapa yang tadi ku tabrak.

"Awas, lo!" gumamku pada pohon kelapa.

Sambil menghentak-hentakkan kakiku di pasir pantai yang panas, aku meninggalkan Bang Jimmy yang masih asik tertawa. Tapi sebelum itu, aku sempatkan untuk meninju perut datarnya lumayan keras.

Terdengar suara 'aduh' darinya di sertai teriakan yang memekakan telinga, "ADIK DURHAKA!"

Aku mengacungkan jari tengahku sambil menjulurkan lidah mengejeknya.

Mas ReyhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang