•
"Kita bahagia. Saling suka dan terbuka. Berjalan bersama-sama, meniti tiap asa dan luka. Lalu, kamu melihatnya. Perasaanmu luntur seketika. Semua suka duka seakan tak ada artinya."
•••
Jalanan cukup ramai. Kerlap-kerlip lampu jalan dan lampu yang dipasang di tiap ruko membuat suasana malam itu romantis. Tak ada bintang di langit, hanya ada sebuah bulan dengan langit yang terang benderang.
Anggi mengeratkan pegangannya pada ujung jaket Anggra, kepalanya menoleh ke kiri—menatap jajaran gerobak dorong dan banyaknya pejalan kaki yang singgah di sepanjang jalan.
Suasana seperti ini yang membuatnya sering keluar malam dengan sang ayah. Saat ayahnya masih ada, Anggi kerap kali diajak keliling kota hanya untuk menghabiskan waktu berdua sambil makan jajanan pinggir jalan. Jika Mbak Anggun—kakak Anggi—idak sibuk, maka mereka bertiga akan berboncengan sambil bersenda gurau di atas motor sebelum melipir ke pedagang dorongan.
Kepalanya beralih ke kanan. Alun-alun pada malam hari ramai oleh orang-orang yang penat atau muda-mudi yang asyik ketawa-ketiwi di gerai sambil makan makanan penghangat tubuh, seperti bakso misalnya. Itu makanan kesukaan ibunya.
"Kita mau ke mana, sih, Nggra?"
Anggra tersenyum samar. Dia pikir, Anggi pasti akan menyukainya. "Nonton pertunjukan wayang kulit di ujung jalan sambil makan wedang ronde, mau?"
Mata Anggi kontan berbinar. Anggra selalu tahu apa yang dia suka. "Mau bangettt!"
Anggra tersenyum senang melihat keantusiasan Anggi. Lelaki itu terus melajukan motornya hingga di sebuah persimpangan, membelokkan motornya ke kanan.
Sebuah gang yang bagian depannya penuh sepeda dan sepeda motor tampak dari kejauhan. Anggra melambatkan kecepatan motornya sampai motor bebeknya itu terparkir mulus di sebelah sepeda antik.
Anggi turun, mencoba membuka pengait helmnya yang tak mau lepas.
"Bisa nggak?" Anggra yang sudah membuka helmnya terlebih dahulu, turun dari motor dan menghampiri Anggi yang meringis kesulitan.
"Alot, kayak kamu," guraunya. Dia mencebik, menyerah karena tak bisa.
"Lah? Kok aku?" Anggra tertawa, menarik Anggi agar berdiri berhadapan dengannya.
Anggi hanya diam, tak ingin menjawab. Matanya terus menatap paras Anggra yang sering mengingatkannya pada aktor Indonesia—Adipati Dolken. Terkadang, Jefri Nichol. Anggi mendengus, jelas bagusan Adipati dan Jefri ke mana-mana.
Anggra menarik dagu Anggi agar mendongak. "Jangan ngeliatin aku mulu, susah ini jadinya."
Anggi tertawa. "Kamu makin hari makin ganteng, sih," jujurnya.
Clek!
Anggra berhasil melepas kaitan helmnya. Gadis itu menyeringai saat melihat Anggra salah tingkah hanya karena dipuji ganteng. "Diem," ketusnya. Anggra tak mau menatap matanya.
"Gantenggg," Anggi merengek sambil mengikuti Anggra yang berjalan menuju tenda setelah meletakkan helmnya di atas motor.
"Shhh." Telinga Anggra memerah.
"Ih, ganteng. Masa gitu, sih."
Gadis itu tergelak saat Anggra mendelik padanya. Kadang, Anggra itu gila pujian. Sering sekali minta dipuji. Misalnya, Anggi, aku ganteng, 'kan? Iya, dong. Anak siapa dulu? Anak Pak Aji. Namun, lelaki itu juga sering salah tingkah jika secara jujur Anggi memujinya.
Anggi meraih tangan Anggra, membuat lelaki itu melambatkan jalannya. Anggra menoleh, menatap Anggi yang tersenyum senang. "Malam ini, kita berdua aja, ya. Jangan ada futsal di antara kita. Aku mau egois sebentar. Semalemmm aja."
Anggra tersenyum. Lelaki itu mengusap puncak kepala Anggi, tidak menghiraukan beberapa orang yang mengamati mereka dari dalam. Toh, mereka tidak terganggu. "Oke. Siap, Tuan Putri."
Sayangnya, harapan Anggi tak semulus yang dia pikir. Saat mereka kembali melangkah dengan Anggra yang menuntunnya, seseorang memanggil Anggra.
"Anggra!"
Anggra menoleh, otomatis Anggi juga.
Seorang gadis yang baru saja turun dari sepeda ontelnya berjalan menghampiri. "Hai, kita ketemu lagi." Dia tersenyum kelewat manis.
Secara tidak sadar, Anggra melepas genggamannya dengan Anggi. Anggi pias. "Hai, Ra. Seneng ketemu lagi sama kamu."
Anggra langsung melupakan dirinya.
"Sendirian aja?"
"Iyap." Gadis itu mengangguk kecil pada Anggi.
Anggi bergeming.
"Pas banget, dong," mata Anggra berbinar, "makan sama kita aja."
Anggi menatap Anggra cepat. Baru saja Anggra mengiyakan ajakannya untuk menikmati malam minggu berdua. Nyatanya apa? Dia malah menghabiskan sepanjang malam dengan gadis itu, gadis yang Anggi ketahui bernama Rana.
Dengan pertunjukan wayang yang makin ramai, ditemani semangkok wedang ronde, Anggi tetap merasa kesepian. Rasanya, keramaian itu hanyalah topeng, penutup kesunyian antara dirinya dengan Anggra.
"Wah, kamu sering ke sini, ya, Nggra?" Rana menopang dagu, menatap Anggra lurus-lurus.
"Iya. Emangnya kamu enggak?"
"Ini pertama kalinya, sih. Dan semenyenangkan ini, apalagi ada kamu. Jadi nggak sendiri, deh." Rana tertawa renyah.
Tawa itu menular pada Anggra. "Sering-seringin aja ke sini, tempatnya asyik."
"Iya, bener. Cuma kalau sendirian sama aja bohong."
"Lain kali sama kita lagi juga nggak apa." Anggi melihat ada percikan di mata Anggra.
"Serius?"
Anggra mengulum senyum. "Iya, nggak apa. Biar rame juga. Kadang aku aja ngajak anak futsal ke sini sama Anggi."
"Wahh, boleh, tuh."
"Atau kalau nggak ada kendaraan, nanti biar temen aku yang jemput kamu. Pulangnya aku anter juga bisa."
Anter...
Anter...
Anter...
Anggi membuang muka. Gadis itu bungkam. Asyik dengan dunianya sendiri. Dia membiarkan sesuatu dalam dirinya terdesak dan tabir-tabir dalam hati Anggra berguguran.
Saat Anggi melamun, sebuah notifikasi pesan masuk ke dalam ponselnya. Layar ponselnya berkedip-kedip menampilkan pop-up.
Ical
Bolpoin yang ada kepala Doraemonnya ketinggalan, besok aku balikin. Kasian, dia kayaknya sedih banget ketinggal. Mukanya jadi suram. Atau jangan-jangan kamu kasih jin, ya, Nggi? Makanya auranya beda.Entah Ical menyindirnya atau bagaimana, Anggi tidak tahu dan tidak peduli. Yang Anggi tahu, malam itu Ical menyelamatkannya dari kesunyian. Ical membuatnya merasa memiliki teman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Work My Work (TELAH TERBIT)
Novela Juvenil[ S e l e s a i ] ⚠Beberapa part telah dihapus untuk kepentingan penerbitan @moccachinopublisher⚠ Trilogi Strong Woman [1] #Ramadanseries2021 ••• Punya pacar tukang nyontek dan minta tolong dikerjain tugasnya kadang membuat Anggi merasa dimanfa...