📖 Sainganmu Berat, Nggi 📖

98 28 7
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mungkin, memang seperti ini siklus orang jatuh cinta. Berbunga-bunga beberapa pekan, lalu gugur dalam satu waktu. Sayang, bunganya terlalu banyak jatuh berserakan."

•••

     Anggi tidak pernah melupakan tatapan Rana yang begitu melas. Gadis itu ketakutan. Senyumnya yang menawan seperti direnggut oleh pusaran hitam tak terlihat yang langsung menghilangkan semua raut serinya.

     Anggi juga tidak bisa melupakan perkataan lelaki itu, "Jagain. Biar dia nggak gangguin pacar orang."

     Memangnya kenapa? Anggra dan Rana benar-benar main belakang? Atau Rana sebenarnya sudah punya pacar, tetapi Anggra mendekatinya? Akhirnya, karena usaha Anggra, Rana luluh dan merenggangkan hubungan Rana dengan pacarnya?

    Anggi tidak tahu. Dia merasa, dirinya adalah orang paling tidak tahu apa-apa di sana. Dan memang benar seperti itu. Entah apa yang sebenarnya terjadi di antara ketiganya. Yang Anggi tahu, yang Anggra bagi tahu, Riang, pacar Rana, hanya salah paham.

     Jika memang hanya salah paham, kenapa Anggi bisa melihat kilatan amarah di dalam mata Anggra? Kenapa? Kenapa Anggra marah? Kenapa Anggra seperti tidak rela saat Riang membawa Rana? Kenapa? Anggra seperti ingin mengejar keduanya dan membalas pukulan-pukulan Riang, tetapi Anggi bisa merasakan, Anggra menahan semua amarahnya.

    Anggi juga tidak lupa, bagaimana Anggra terus diam sepanjang perjalanan pulang ke rumah Anggi dan melamun saat dia mengobati lukanya, bahkan saat Ani sempat menemani mereka karena khawatir pada Anggra, sebelum wanita itu sadar, Angga dan Anggi butuh waktu berdua.

     "Kamu udah sedeket itu, ya, sama Rana?" tebak Anggi. Itu adalah percakapan ketiganya setelah teh hangat yang Anggi hidangkan dan plester di kotak P3K yang habis.

    Anggra sedikit mendongak. Lelaki itu menatap Anggi bingung. "Maksud kamu?"

     Anggi tersenyum tipis. Gadis itu memelankan kompresannya pada luka lebam di wajah Anggra. "Ya ..., deket. Kalau Riang aja bisa sampai salah paham dan kamu yakin Rana bakal baik-baik aja secara dia cewek kuat, itu artinya kalian sedekat itu. Deket lebih dari temen maybe, sampai kamu kenal Rana luar dalem dan yakin kalau dia bakalan baik-baik aja, padahal aku liat Riang kayaknya temperamen-"

     "Nggi." Anggra menatap Anggi tajam. Tatapan tak suka itu sangat jelas, dan Anggi tahu di mana letak kesalahannya. "Rana bakal baik-baik aja." Kekhawatiran itu sama seperti saat Anggra tahu kaki Anggi sakit karena kecelakaan tunggal dulu, sewaktu awal masa PDKT mereka.

     "Nggra." Anggi membalas tatapan Anggra, tangannya yang sejak tadi sibuk meringankan luka Anggra turun. "Segala kemungkinan itu ada. Makanya aku khawatir. Aku cuma takut Rana kenapa-kenapa. Oke, aku emang bukan temennya, bukan juga siapa-siapanya, nggak kayak kamu. Tapi, aku juga punya perasaan, aku punya firasat buruk soal Riang. Aku kasihan. Harusnya tadi kita. Ah, atau aku, ngejar Riang-"

Your Work My Work (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang