📖 Fighting!!!📖

60 19 1
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Keberhasilan itu selalu ada untuk mereka yang percaya dan mau berusaha."

•••

     Anggra memakai jersinya. Lelaki yang baru saja mengeringkan rambut dengan hair dryer itu mematut diri di depan cermin. Saat melihat penampilannya, senyum Anggra mengembang sempurna. Dia tidak pernah sesemangat ini.

Demi sekolah.

Demi Pak Anas.

Demi pelatihnya di club.

     Dan yang membuat Anggra sangat bersemangat untuk memenangkan pertandingan adalah ....

Demi Anggi.

     Anggra akan membuktikan pada pacarnya itu bahwa selama ini, semua waktu yang terbuang untuk latihan tidak akan sia-sia. Anggra akan membuktikan pada Anggi, jika dia bukan hanya bisa memenangkan pertandingan biasa, dia juga bisa memenangkan turnamen yang diadakan setahun sekali ini.

    Anggra merapikan rambutnya dengan sela-sela jari. Dia melebarkan senyum sebelum mencangklong tas dan memakai sepatu. Lelaki yang mengenakan jaket kesayangannya itu berjalan cepat-turun dari lantai atas.

    "Pagi, Bu ...," sapanya pada Renita yang sedang mengaduk kopi untuk suaminya—Hadi.

     "Pagiii." Renita terkekeh kecil saat Anggra mengecup pipinya, lalu berganti pada pipi sang ayah.

     "Pagi, Yah."

    "Hmmm." Hadi hanya bergumam. Pria itu sibuk membaca dokumen-dokumen di tangannya.

     Anggra mencebik. Sudah tahu tabiat sang ayah, dia tidak mempermasalahkannya. Lelaki itu memilih menarik piring yang disodorkan oleh Renita kepadanya.

     "Ayah kenapa belum berangkat?"

     Hadi mendongak. "Ini, masih ngecek jumlah barang yang keluar masuk."

    "Ohh," Anggra manggut-manggut, "Ibu ke toko?"

      Renita yang sedang menikmati makanannya melirik Anggra sekilas. "Nanti sore. Habis ini ada janji sama Mbak Ani."

     Anggra tersendak nasinya. "Ibunya Anggi?" tanyanya panik.

      Renita saling melempar tatap dengan sang suami.

      Hadi tertawa Kecil. "Emangnya kenapa kalau sama ibunya Anggi?"

     Anggra meringis, menyuapkan sesendok nasi serta ayam goreng ke mulutnya, mengunyahnya sampai tertelan, lalu menjawab, "Ya nggak apa. Tumben aja gitu."

     "Orang mau silahturahmi itu nggak usah heran," Ani menambahkan sesendok tumis kangkung ke piring Anggra yang bebas sayur, "nih, makan sayurya. Jangan keringan doang."

Your Work My Work (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang