📖 Sibuk Futsal 📖

117 38 25
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku begitu percaya padamu. Menaruh semua rasa aman dan nyaman. Namun, kamu mempemainkanku, merusak rasa percaya, dan membuatku ingin selalu mewaspadaimu."

•••

      Kelas sangat ramai. Anak laki-laki bermain bola di depan. Yang perempuan setengah menonton drama di belakang dan lainnya menyebar—ada yang belajar, main ponsel, main uno milik kelas, bahkan ngaca sambil make up-an. Lain lagi dengan Anggi. Seperti yang akhir-akhir ini sering terjadi, gadis itu sedang menemani Anggra yang menyalin 10 soal plus jawaban dari kertas HVS di depannya—kuis matematika. Lelaki itu tampak terburu-buru karena sebentar lagi bel masuk berbunyi.

     "Nggra?"

     "Iya, Nggi?" jawab Anggra tanpa menatap Anggi. Dia harus cepat menyalin semuanya, jangan sampai guru yang mengajar di kelas Anggi mendapati dirinya berada di kelas ini.

     Anggi menatap Anggra serius. "Akhir-akhir ini kenapa jarang ngerjain PR?"

     Anggra membatu. Lelaki itu mendongak lalu nyengir lebar mendapati wajah Anggi yang galak. "Sibuk futsal."

      Anggi memicikkan matanya. "Segitu sibuknya futsal kah?"

      Anggra mengangguk. Lelaki itu beralih pada kertas di tangannya, kembali menyalin. "Dari sekolahan kan langsung ke Pro, pulangnya malem sekitar jam 8. Ntar di rumah bersih-bersih, salat, makan. Udah capek mau mikir tugas sekolah."

     "Aku pernah bilang kan kalau mandi malem itu nggak baik?" Anggi salah fokus. Tadinya, dia ingin memarahi Anggra yang jadi pemalas. Namun, saat mengetahui Anggra sering mandi malam, dia teralihkan.

     "Mau gimana lagi? Lengket badannya kalau nggak mandi," jawab Anggra tenang. Rasanya, sama sekali tidak memperhatikan kesehatannya.

     "Anggraaa," rengek Anggi.

     "Anggiii," balas Anggra.

     Anggi mendengus. "3 bulan lagi ulangan kenaikan kelas. Kamu lupa?"

     Anggra mengangguk kecil. "Iya, aku tahu. Aku nggak lupa."

     "Nggra, kesehatan kamu sekarang mungkin baik-baik aja, apalagi kamu sering olahraga. Nilai kamu juga gitu. Nggak ada yang di bawah KKM karena ada aku," Anggi mengepalkan tangannya erat, "nilai UKK gimana? Sekolah kita ketat banget, nggak mungkin kamu nyontek, Nggra."

      Anggra tersenyum tipis. Dia menutup bolpoinnya lalu menatap Anggi. "Nggak usah khawatir. 2 minggu sebelum UKK, aku udah nggak sesibuk sekarang. Kemungkinan besar, aku bisa belajar bareng kamu kayak dulu."

      "Kamu yakin dalam 2 minggu bisa ngejar ketertinggalan?" tanyanya skeptis. Melihat perubahan mimik wajah Anggra, Anggi menambahi, "Bukannya aku ngeremehin kemampuan kamu, cuma waktu 2 minggu itu cepet banget kayak 3 bulan."

Your Work My Work (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang